Penggalang Dana Solidaritas Cinta untuk Korban Bom Bunuh Diri Oleh 40 Sekolah
Sementara itu, Yasin mengaku takjub saat para guru dan kepala sekolah bahu membahu mengumpulkan dana solidaritas cinta.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Yayasan Indonesia Sejahtera Barokah dengan sejumlah organisasi lain diantaranya Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, Ikatan Sarjana Katolik Indonesia, Maarif Institute AGPAII menggelar acara bertajuk 'Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusian' di Ciputra Hall, Sabtu (19/5/2018). Acara ini di hadiri oleh Profesor Ahmad Syafii Maarif serta Ratusan mahasiswa dan para guru.
Acara ini diisi oleh diskusi-diskusi singkat mengenai islam, doa bersama serta ditutup oleh pembagian dana solidaritas cinta dari untuk dua korban bom bunuh diri.
"Dalam dua hari kami berhasil mengumpulkan dana solidaritas sebesar Rp 24.250.000. uang tersebut didapat dari 40 sekolah yang tergabung dalam Terang Surabaya," ujar Yasin Wijaya ketua Yayasan Indonsesia Sejahtera Barokah.
Ia melanjutkan, tujuan diadakannya acara ini yakni untuk membangkitkan rasa toleran antar umat beragama. Sebab, menurut Yasin Akhir-akhir ini negara kita dihadapkan oleh masalah intoleransi dan kecurigaan antar suku serta agama.
"Dengan adanya acara ini agar menghapus kecurigaan dan intoleransi di masyarakat," terangnya.
Sementara itu, Yasin mengaku takjub saat para guru dan kepala sekolah bahu membahu mengumpulkan dana solidaritas cinta. Sebab, 40 kelompok tersebut terbilang pra sejahtera lantaran gaji pokok guru yang masih rendah.
"Dengan dana yang terkumpul sebanyak Rp 24.250.000 saya sangat menghormati pemberian tersebut. Nantinya dana tersebut akan kami serahkan ke Daniel korban GPPS Arjuno dan Yesaya korban GKI Diponegoro," ujarnya.
Saat puluhan guru tersebut membentangkan banner dana solidaritas cinta diatas panggung ditemani dua pendeta dari gereja GKI Diponegoro dan GPPS Arjuno suasana haru pun terasa. Mata dua pendeta tersebut terlihat berkaca-kaca karena tersentuh dengan aksi solidaritas yang dilakukan oleh para guru yang beragama muslim.
"Semoga isu-isu terorisme ini dan intoleransi semakin berkurang, kalau bisa tidak ada lagi," harapnya.
Mohammad Sholeh selaku kepala sekolah SD Hidayatur Rohman mengaku tergugah untuk membantu karena para korban adalah saudara. Lalu Ia berinisiatif untuk menghubungi dana dari 10 para kepala sekolah untuk membantu para korban bom bunuh diri yang menimpa 3 gereja di Surabaya pada, Minggu (13/5/2018).
"Ini aksi nyata kami menggalang dana untuk saudara-saudara yang mengalami musibah bom bunuh diri. Hari itu juga 10 sekolah tersebut mentransfer dana solidaritas cinta," katanya.
Sholeh mengatakan, bantuan tersebut murni dari para guru. Kami ingin menunjukan meski beragam agama kami tetap bersaudara.
"Sekolah yang mengumpulkan dana solidaritas cinta dibawah naungan komunitas terang. Dalam agama manapun bom bunuh diri tidak dibenarkan. Itu ideologi rongsokan," ujarnya seraya menirukan pernyataan Buya Syafii soal ideologi terorisme.
Sementara itu, Wahyu Pramudia selaku pendeta perwakilan dari GKI Diponegoro mengaku terharu saat salah satu guru meminta maaf karena kejadian bom bunuh diri.
"Saya terharu saat salah seorang guru meminta maaf kepada kami," ucapnya.
Wahyu mengatakan, sangat berterima kasih atas dana solidaritas yang dikumpulkan oleh para guru. Selanjutnya Ia akan menyalurkannya ke GKI Diponegoro.
"Yang pertama mereka bagi adalah hatinya," pungkas Wahyu. (Danendra Kusumawardana)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul 40 Sekolah Galang Dana Solidaritas Cinta untuk Korban Bom Bunuh Diri
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.