Hari Ini Digelar Upacara Pasupati Patung Garuda Wisnu Kencana
Progres pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung semakin tampak.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MANGUPURA - Progres pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung semakin tampak.
Sebanyak 510 modul dari total 754 modul kini sudah terpasang.
Badan patung Wisnu yang menunggang garuda juga telah dinaikkan.
Bahkan, Minggu (20/5/2018) ini akan digelar upacara pasupati patung GWK sekaligus pemasangan mahkota Wisnu.
Advertising & Promotion Sec Head GWK, Lucky Martaguna menyebutkan modul yang terpasang sudah mencapai 70 persen.
Sedangkan, untuk struktur (rangka) baja dinyatakan telah rampung 100 persen.
Pada Februari hingga April lalu, kata dia, pengerjaan struktur baja lebih diprioritaskan.
Selanjutnya, sejak awal Mei dan seterusnya pemasangan modul dilaksanakan setiap hari.
Baca: Kisah Yudi Lepas dari Cengkeraman Ideologi Aman Abdurrahman yang Menghalalkan Darah Aparat
"Mulai Mei hingga Juli nanti penaikan modul akan dilakukan setiap hari. Namun, tetap bergantung pada cuaca terutama hujan dan angin," kata Lucky kepada Tribun Bali, Sabtu (19/5/2018).
Lucky menambahkan, patung badan Wisnu dan garuda yang sudah ada sebelumnya tetap dipertahankan.
Patung GWK di pedestal yang baru seluruhnya dibuat ulang.
Namun demikian, ukuran patung badan Wisnu maupun garuda sama persis dengan yang sebelumnya.
Banyak yang mengira warna patung karya Nyoman Nuarta ini sengaja dicat hijau seperti itu.
Padahal, kata Lucky, warna patung yang kehijauan itu memang warna alami.
Sebagaimana diketahui, lempengan modul yang membentuk patung GWK terbuat dari bahan tembaga dan kuningan.
"Tembaga yang mengalami korosi akan terlihat kehijauan. Perlu diketahui, pada bagian badong (kalung), hiasan bahu, dan mahkota Wisnu akan dilapisi gold mozaik sehingga warnanya keemasan," imbuhnya.
Lucky optimistis pengejaan patung GWK bisa selesai sesuai target yaitu Agustus atau September mendatang.
Target tersebut sesuai dorongan dari pemerintah pusat mengingatkan GWK diproyeksikan sebagai tempat gala dinner saat pertemuan IMF-Bank Dunia, Oktober nanti.
Kilas balik pada pembangunan GWK yang dirintis sejak tahun 1989, pengerjaan patung setinggi 121 meter ini dikebut dua tahun terakhir.
Sempat mangkrak beberapa tahun lantaran terkendala biaya, akhirnya ada semacam angin segar.
Patung GWK akan selesai Agustus 2018.
Rabu (25/10/2017), paruh dan kepala garuda sudah dipasang.
Direktur PT Nuart Consultant, Ersat B Amidarmo menceritakan gagasan pembangunan patung monumental ini berawal pada era gubernur Bali, Ida Bagus Oka.
Semula, Nyoman Nuarta sebagai seniman patung GWK ditawari membangun sebuah ikon pariwisata Bali berupa patung di dalam Bandara Ngurah Rai.
Tetapi, karena Sang Maestro merasa akan terbatas oleh ruang, ia mengusulkan pembangunan patung itu dilakukan di luar bandara.
Baca: 701.377 Surat Suara Pemilihan Bupati Karanganyar Tiba di KPU
Setelah mencari lahan, disepakatilah lokasinya di tempat sekarang yang dikenal GWK.
"Lahan ini dulunya bekas galian C, lokasinya berantakan sekali. Pak Nyoman mendapat inspirasi untuk dikembangkan. Bukit-bukit kapur itu diiris-iris, dibikin koridor-koridor dan dijadikan karya seni. Dalam istilah seni rupa disebut land art (seni lahan)," ujar Ersat di kawasan GWK, Rabu (25/10/2017).
Dijelaskan, seni lahan akan memberikan atmosfer khusus yang khas dan punya daya tarik tersendiri.
Terlebih lagi, prinsip pembangunannya juga memperhatikan perencanaan arsitektur Bali yang membuatnya kuat secara filosofis.
Hirarki ruang dan hirarki ketinggian betul-betul dipertimbangkan.
Dengan istilah lain, posisi patung GWK dirancang letaknya di utama mandala, ruang-ruang pendukungnya berada di madya mandala, dan bagian tepi atau pinggiran letaknya di nista mandala.
"Bagi Pak Nyoman (Nuarta), patung ini yang kedua kalinya berskala besar, pertama monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya yang diresmikan tahun 1995," imbuhnya.
Baca: Jenazah Seorang Pelaku Penyerangan Mapolda Riau Dimakamkan di Desa Pasiran
Mengingat tingginya patung, kata dia, pembangunannya tidak menggunakan perancah (scaffolding).
Sempat mendapat tawaran menggunakan perancah khusus dari Inggris, tetapi biayanya lebih mahal dari harga patungnya.
Akhirnya, pengerjaan patung dilakukan tanpa menggunakan perancah, melainkan dengan menyusun kulit patung dari dalam struktur.
Jadi, strukturnya dikerjakan terlebih dahulu sehingga kulit patung bisa dipasang dari dalam.
"Memang ada bercak kotor pada sambungan-sambungan (las), tetapi nanti akan dibersihkan. Alam akan memelihara patung itu, seperti bangunan yang dibuat dari tembaga, akibat oksidasi membuat warnanya kehijau-hijauan," imbuh Ersat.
Sementara itu, sang maestro patung, Nyoman Nuarta mengaku saat ini dirinya akan lebih sering berada di Bali.
Ia mengungkapkan, beberapa kendala yang dihadapi timnya dalam pembangunan patung GWK antara lain terkait cuaca dan detail patung yang agak rumit.
Selain itu, tower crane yang digunakan hanya bisa mengangkat maksimal 5 ton modul (kulit patung).
Padahal, bulu garuda saja beratnya mencapai 22 ton.
Oleh karenanya, lempengan-lempengan tembaga atau kulit patung harus dipotong-potong dulu agar bisa dinaikkan dengan tower crane.
"Kelak, pemasangan bulu (garuda) akan sulit karena jumlahnya banyak," ujar Nuarta.
Ia menambahkan, pembangunan patung ini bisa dipertanggungjawabkan secara science, teknologi, dan seni.
Patung yang disebut-sebut menjadi tertinggi di dunia ini sudah melalui berbagai proses untuk memastikan ketahanan patung.
Termasuk melakukan tes hancur pada kulit patung.
Baca: Surohmi Temukan Mayat Bayi Laki-laki di Dalam Tas Batik Cokelat
Berdasarkan tes tersebut, kata dia, patung akan hancur bila kecepatan angin mencapai 250km/jam.
Sementara, kecepatan angin di Bali baru pernah 70km/jam.
"Kami optimis (patung ini) kuat. Tidak bisa hanya memikirkan soal seni saja, tetapi juga standar-standar keamanan lainnya," imbuh Nuarta.
Gaya Nuarta
Patung GWK di Bukit Ungasan, Kuta Selatan, Badung adalah patung Garuda Wisnu gaya Nuarta.
Di berbagai tempat, bisa saja ditemukan banyak patung garuda dengan gaya yang berbeda-beda.
Bagi Nyoman Nuarta, ide pembuatan patung GWK salah satunya diilhami oleh lambang negara Indonesia yang juga burung garuda.
Ia kemudian mendapat inspirasi dari dongeng mitologi Hindu tentang kesetiaan sang garuda terhadap Dewa Wisnu yang menungganginya.
"Dalam dongeng, Garuda memikul Wisnu sebagai ucapan terima kasih karena sudah ditolong untuk membebaskan ibunya yang tersandera. Ia berjanji untuk selalu memikul Wisnu. Mudah-mudahan saya juga bisa memegang janji untuk menyelesaikan patung ini," ujar Nuarta.