Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Magnet Final Liga Champions Bikin Tertarik Santri Perbatasan Jawa Tengah dengan Timur

Magnet final Liga Champions yang mempertemukan Real Madrid kontra Liverpool ternyata menarik pula perhatian dari para santri di daerah perbatasan

Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Magnet Final Liga Champions Bikin Tertarik Santri Perbatasan Jawa Tengah dengan Timur
tribunnews.com/abdul majid
Para Santri Ponpes seputaran Rembang saat menyaksikan nobar Final Liga Champions di area Rumah Makan Tugu Asri, Sukolilo, Tuban, Jawa Timur, Minggu (26/5/2018). Dok: Abdul Majid 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid

TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Magnet final Liga Champions yang mempertemukan Real Madrid kontra Liverpool ternyata menarik pula perhatian dari para santri di daerah perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur.

Perbatasan itu berada di bagian utara Pulau Jawa tepatnya di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Tuban.

Lahan kosong yang berada di sebelah Rumah Makan Tugu Asri, menjadi tempat dibentangkannya layar berukuran 6x5 meter. Beberapa terpal berbagai warna pun digelar untuk dijadikan alas bagi para penonton.

Yang menarik dari nonton bareng (nobar) final Liga Champions di sini ialah para penontonnya merupakan santri dari Pondok Pesantren yang berada tak jauh dari lokasi nobar.

“Yang nonton di sini berasal dari berbagai Ponpes, ada yang dari Al Anwar Sarang, Ma'hadul 'Ulum Asy-Syar'iyyah (MUS) dan Ma'hadul Ilmi Asy-syar'ie (MIS). Letaknya sekitar 3-5 Km dari sini ke arah Rembang,” kata Zaki, salah satu santri yang turut menyaksikan laga final Liga Champions, Minggu (27/5/2018) dini hari.

Berbeda dengan nobar umumnya yang para penonton mengenakan atribut seperti jersey, syal hingga pernak pernik berbau tim yang bertanding, nobar di area ini para penontonnya juga mengenakan seragam kebanggaan. Ya, kebanggaan para santri: sarung, baju koko dan peci.

Berita Rekomendasi

Sambil duduk dan menyaksikan jalannya pertandingan, tak jarang dari mereka memesan segelas kopi yang ditemani makanan ringan seperti kacang dan cemilan lainnya.

Suasana riuh terjadi saat penyerang Liverpool, Mohamed Salah dijatuhkan Sergio Ramos pada menit ke-26. Sontak, para santri pun terlihat kecewa terlebih saat Salah digantikan Adam Lallana.

“Sudah tidak seru pertandingannya, Salah cedera,” kata Zaki yang mengaku sebagai pendukung Liverpool.

Zaki pun mengatakan bahwa para Santri di sini bukan hanya mendukung Liverpool yang diperkuat Salah. Seperti diketahui, Salah kini dikait-kaitkan sebagai bintang sepakbola yang taat dengan ajaran Islam. Ha itu pun ia kerap tunjukkan saat merayakan gol dengan cara bersujud.

“Saya dukung Liverpool sudah lama, tapi adanya Salah juga jadi semakin lebih kuat lagi dukungan saya. Di sini juga ada penggemar Madrid,” ujarnya.

Awal babak kedua, tepatnya menit ke-50, terlihat sebagian Santri berdiri dan berteriak kegirangan. Penyebabnya, striker Madrid, Karim Benzema mencetak gol pembuka. 

Namun, tak berselang lama. Giliran santri pendukung Liverpool yang berdiri. Seakan membalas perayaan dari rekannya yang mendukung Madrid, mereka pun berdiri sambil beteriak meyambut gol yang diciptakan oleh Mane.

Usai imbang 1-1. Suasana pun kembali tenang. Teriakan -teriakan semangat tetap terdengar terlebih saat salah satu tim kebangaan mereka menciptakan peluang.

Para Santri pendukung Liverpool pun kembali lesu saat Gareth Bale yang masuk di babak kedua mampu mencetak gol kedua bagi Madrid melalui sepakan indahnya.

Usai gol itu, seperti biasa para pendukung Los Blancos pun kembali merayakannya dengan berdiri dan berteriak gol. 

Puncaknya, pada menit ke-83, santri pendukung Liverpool terlihat lebih tak bersemangat, pasalnya Bale berhasil mencetak gol keduanya dan membawa madird unggul 3-1 sekaligus mengantarkaan Los Blancos meraih juara Liga Champions tiga kali berturut-turut.

Meski demikian tak ada dari mereka yang saling olok dan bermusuhan, perbedaan mendukung tim kebanggan hanya dalam tontonan semata, selebihnya mereka kembali membaur dan saling bercengkrama satu dengan yang lainnya.

“Iya kalau kita habis nonton yaudah, tidak ada istilah berantem-berantem. Habis ini kita pulang ke pesantren masing-masing, makan sahur dulu,” ujar Zaki.

Usai pertandingan berakhir, nobar yang diadakan oleh Rumah Makan Tugu Asri itu berangsur sepi. Para santri kembali ke Pesantren masing-masing.

Mereka kembali dengan menggunakan motor: berboncengan, dan adapula yang mengenakan motor roda tiga yang biasanya untuk mengangkut barang.

Satu motor roda tiga tersebut berisikan maksimal 15 orang dengan satu pengemudi.

Namun, beberapa dari mereka juga ada yang menyantap sahur di Rumah Makan Tugu Asri atau Wahyu Utama sekaligus menunggu solat subuh di Masjid Bintang yang berada di seberang lokasi nobar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas