Embun Es Landa Dieng, Petani 'Menangis'
Embun pagi yang menepel di hamparan tanaman dan rerumputan berubah mengkristal dan memutih seperti salju.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Petani di kawasan Dieng mulai merasa cemas. Hal itu tak lepas dari kemunculan embun es atau yang dikenal masyarakat setempat sebagai bun upas sejak Jumat (6/7/2018).
Embun pagi yang menepel di hamparan tanaman dan rerumputan berubah mengkristal dan memutih seperti salju.
Kecemasan petani di dataran tinggi Dieng bukan tak beralasan. Di balik kecantikannya, seperti istilah yang disematkan padanya, bun upas sangat mematikan bagi tanaman petani. Sedikitnya hingga Sabtu (7/7) kemarin, sekitar 10 hektare lahan pertanian di Dieng diserang embun tersebut.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Batur Banjarnegara Agus Rifai mengatakan, 10 hektar yang terdampak embun beku itu berada di wilayah Dusun Pawuhan Desa Karang Tengah Batur. Di lokasi lain, embun beku juga mengenai lahan pertanian di sekitar kompleks candi Arjuna Dieng.
Selain itu, bun upas juga dilaporkan dijumpai di lahan pertanian di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar Wonosobo. Mengenai jenis tanaman yang diselimuti bun upas, sebagian besar di antaranya adlaah kentang, cabe dan carica.
"10 hektar itu di Pawuhan, ada lagi di dekat candi Arjuna juga kena," katanya.
Menurut Agus, tidak semua lahan pertanian di Dieng yang diselimuti embun es. Bun upas hanya menyerang lahan pertanian yang berada di permukaan tanah datar atau berbentuk hamparan. Sementara tanaman di lahan miring relatif lebih aman aman.
"Yang kena itu yang lahan datar, seperti di Pawuhan dan komplek candi Arjuna. Yang di tanah miring malah tidak kena," sambungnya.
Embun beku yang menempel di tanaman itu akan pecah dengan sendirinya saat cuaca terik. Hanya saja, setelah embun pecah, tanaman akan berubah layu atau mati.
Namun demikian, embun beku yang mengenai tanaman petani Dieng kali ini, menurut Agus, tidak begitu tebal. Karena itu, masih ada harapan tanaman bisa pulih kembali setelah lapisan es meleleh.
Tetapi petani tetap dirundung cemas. Musim kemarau masih panjang. Penurunan suhu masih akan terjadi. Bukan tidak mungkin, embun beku akan kembali turun dan mengenai lahan pertanian warga. Jika kembali diselimuti es, tanaman warga akan sulit diselamatkan dan pastinya kerugian ada di depan mata.
"Kemarin esnya tidak begitu tebal, jadi kemungkinan masih bisa hidup tanaman. Tapi jika kena lagi, bisa mati," terang dia.
Bukan hanya di Dieng, embun beku juga dijumpai di Kaligua, Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Kaligua terletak di lereng barat Gunung Slamet yang merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa.
Warga setempat mengetahui di daerah tersebut terdapat embun beku, Sabtu (7/7) pagi. Kepala Desa Pandansari, Kamdo mengatakan, hawa sangat dingin mulai dirasakan pada Jumat (6/7) sekitar pukul 23.00. Menurutnya, hingga kemarin pagi, suhu di wilayah yang beradai di ketinggian 2.050 meter dari permukaan laut itu menyentuh 3 derajat celcius.
"Setiap akhir musim kemarau memang biasanya terjadi embun beku seperti sekarang ini," imbuhnya.
Namun demikian, belum ada dampak dari kemunculan embun beku terhadap tanaman di Kaligua. Selama ini, daerah Kaligua dikenal sebagai wilayah penghasil teh dan sayur mayur. "Belum ada dampak. Semoga tidak ada," tandasnya. (tribunjateng/cetak/aqy/mam)