Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Spirit' Kuliner Indonesia di Warung Bakmi Bu Karno

Kuliner tradisional diburu lantaran bukan hanya karena citarasanya yang mengingatkan pada kekayaan masakan khas dari nusantara

Editor: Rachmat Hidayat
ISTIMEWA
Bu Karno, sejak 1986 setia menjadi penjual Bakmi Jawa di daerah Sleman, Yogyakarta.
ISTIMEWA
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (kiri) saat makan di Warung Bakmi Jawa milik Bu Karno.

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN-Kuliner tradisional diburu lantaran bukan hanya karena citarasanya yang mengingatkan pada kekayaan masakan khas dari nusantara. Sekaligus membangkitkan nostalgia, menjadi ajang pembumian spirit kerakyatan.

Hal ini diungkapkan Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam pernyataannya yang diterima tribunnew.com, Jumat 20/7/2018). Hasto mengungkapkan hal ini sekaligus saat ia bisa pulang ke kampung halamannya di Sleman, Yogyakarta.

Kuliner Terminal Condong Catur, salah satu tempat favoritnya. Kuliner yang berada di dalam kawasan sub terminal Condong Catur ini menyajikan aneka makanan khas tradisional. Salah satu langganannya adalah Bakmi Jawa Miroso milik Bu Karno dan Oseng Mercon yang dikelola oleh Bu Kiki.

Pada Kamis (19/7/2018), Hasto yang pulang untuk menengok ibunya di Sleman terlebih dahulu mampir di warung langganannya sejak kuliah. Letaknya di Jalan Anggajaya, Gejayan, Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Yogyakarta.

“Bakmi Jawa ini sudah saya gemari sejak mahasiswa, waktu itu harganya satu porsi Rp350, dan sekarang di samping Bakmi juga ada Oseng Mercon. Osengan tempe dan kerang yang superpedas,” kata Hasto .

Hasto didampingi oleh politsi PDI Perjuangan, Rahmat Sahid, salah satu calon anggota legislatif untuk daerah pemilihan Jawa Tengah VII (Kabupaten Kebumen, Purbalingga, Banjarnegara). Setiap kali menyantap kuliner tradisional, lanjut Hasto, selalu ingat upaya Bung Karno, tahun 1960-an mengumpulkan berbagai resep masakan nusantara.

Resep masakan itu kemudian menjadi warisan Bung Karno dalam bentuk buku Mustika Rasa, yang diterbitkan pada tahun 1967. “Saya juga selalu ingat pesan dari Ibu Megawati agar dalam masalah makanan pun, perut kita tidak boleh dijajah oleh makanan impor," katanya.

Berita Rekomendasi

"Karena kita itu punya begitu banyak resep masakan seperti yang tertuang dalam Buku Mustika Rasa, yang dari citarasa dan kekayaan bumbunya begitu luar biasa sehingga bercitarasa sempurna,” ungkap Hasto.

Bu Karno sudah berjualan Bakmi Jawa sejak tahun 1986. Saat disambangi Hasto,  Bu Karno  kemudian mengungkap,Hasto adalah pelanggan setianya sejak kuliah. “Sampun awit riyen mas, nek tindak Yogyakarta Pak Hasto mesti mampir mriki dahar bakmi (sudah sejak dulu mas, kalau ke Yokyakarta Pak Hasto pasti mampir sini makan bakmi),” ungkap Bu Karno.

Karena seringnya Hasto mampir di warung Bakmi Jawa Miroso, Bu Karno akan menanyakan kepda pelanggan yang mengenal Hasto jika dalam waktu lama tidak menyantap bakmi masakannya.

Bagi Hasto, rasanya juga tidak hanya kebetulan kenapa ia sering mampir ke warung Bakmi Jawa Miroso. Nama Bu Karno, sang penjual bakmi, menjadi salah satu yang mengingatkan pada nama Bung Karno, yang semasa hidup dan kepemimpinannya tidak hanya meninggalkan warisan monumen, patung-patung megah, hingga lukisan untuk bangsa Indonesia.

"Tetapi juga warisan buku resep masakan nusantara yang berjudul Mustika Rasa. Indonesia yang begitu kaya, dengan aneka makanan yang luar biasa dan tidak ada satu pun negara memiliki keanekaragaman dan kesempuranaan bumbu makanan selengkap Indonesia. Kami memimpikan muncul ahli peneliti boga dan gizi, menggelorakan nasionalisme dari makanan Indonesia," ungkap Hasto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas