Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Demi Dapat Air Bersih, Ngadiem Rogoh Rp 50 ribu Tiap 2 Hari

Untuk kebutuhan sehari-hari, mereka terpaksa mengandalkan air Sungai Oya yang berjarak sekira 500 meter dari kampung

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Demi Dapat Air Bersih, Ngadiem Rogoh Rp 50 ribu Tiap 2 Hari
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Ngadiyem (kerudung coklat), warga Ngrancah, Sriharjo, Imogiri, Bantul menunjukkan air yang berwarna keruh dari sumur miliknya. Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Demi Dapat Air Bersih, Warga Bantul Rogoh Rp 50 ribu Tiap 2 Hari, http://jogja.tribunnews.com/2018/08/31/demi-dapatair-bersih-warga-bantul-rogoh-rp-50-ribu-tiap-2-hari?page=all. Penulis: Ahmad Syarifudin Editor: Gaya Lufityanti 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Sudah hampir setahun, pasca siklon cempaka yang melanda Bantul pada November 2017 silam, warga Ngrancah, Sriharjo, Bantul mengalami kesulitan air bersih.

Untuk kebutuhan sehari-hari, mereka terpaksa mengandalkan air Sungai Oya yang berjarak sekira 500 meter dari kampung.

Sumur yang ada di pemukiman warga terlihat sudah mengering dan kalaupun masih ada airnya warna keruh, tak layak konsumsi.

Satu diantara warga Ngrancah Bantul yang kesulitan air bersih, adalah Ngadiyem (51).

Air sumur yang ada di dalam rumahnya sudah mengering.

Ketika di timba, airnya berwarna keruh kecoklat - kecoklatan.

Berita Rekomendasi

"Nggak layak dikonsumsi, airnya keruh. Terlalu kotor, katanya ada dzat kapurnya," tutur Ngadiyem pada Tribunjogja.com, Jumat (31/8/2018).

"Kami mohon bantuan bapak Presiden supaya membuat sumur bor. Kami membutuhkan air bersih," timpal dia.

Rp 50 ribu Untuk Beli Air Bersih

Untuk kebutuhan minum dan masak, Ngadiyem terpaksa harus membeli air bersih dengan jumlah uang yang tak sedikit.

Ia mengaku harus merogoh uang sebesar Rp 50 ribu untuk sekali pembelian air bersih satu tong (drum) tandon air berukuran kurang lebih 150 liter.

"Satu tong ini untuk masak dan minum biasanya habis dua hari. Kalau habis ya beli lagi Rp 50 ribu," ujar Ngadiyem sembari menunjukan tong penampungan air miliknya.

Jika tak membeli air bersih, ia mengaku sangat kesulitan.

"Tidak bisa masak, tidak bisa minum. Karena air di sumur keruh, tidak layak konsumsi," ungkap dia.

Hari ini, jumat (31/8/2018) Ngadiyem sedikit lega dan bahagia karena datang bantuan air bersih dari Tagana Bantul.

Ia bersama warga lainnya terlihat semangat sekali ngangsu (ambil air) menggunakan dua ember kecil untuk diangkut kerumahnya.

Baca: Bocah 7 Tahun Asal Bantul Menangi Lomba Gambar Toyota di Jepang

Wakil koordinator Tagana Bantul, Asngari, mengatakan, bantuan droping air bersih ke padukuhan Ngrancah ini terbilang baru.

Karena dari tahun-tahun sebelumnya, tidak terdeteksi adanya kesulitan air ditempat ini.

"Kirim bantuan air bersih di Ngrancah ini baru. Karena tahun-tahun sebelumnya tidak mengalami kesulitan air," ungkapnya.

Tagana Bantul mengaku siap untuk terus mengupayakan droping air bersih ke sejumlah wilayah-wilayah yang mengalami kesulitan air. Terutama di tiga Kecamatan yakni Imogiri, Dlingo dan Piyungan.

Namun demikian, Asngari mengungkapkan bahwa droping air dari Tagana hanyalah bersifat sementara.

Setelah itu, pemerintah setempat diminta untuk bisa berupaya memberikan solusi atas kekeringan warga.

"Droping ini kan sebenarnya opsi terakhir. Digunakan ketika warga sudah benar-benar membutuhkan air," terang dia.

ementara itu, Kepala Dukuh Ngrancah, Jumad mengatakan, untuk menanggulangi kesulitan air bersih di wilayahnya, ia mengaku sudah mengusulkan bantuan sumur bor kepada warga melalui APBDes.

Namun hingga saat ini belum terealisasi.

"Kita sudah usulkan adanya bantuan sumur bor kepada warga melalui APBDes. Mudah-mudahan nanti bisa segera ada realisasi," ujar dia.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas