Puluhan Ribu Buruh Usaha Kain di Majalaya Terancam Dirumahkan
Para pengusaha kain mendapatkan ‘pukulan’ yang cukup keras akibat naiknya kurs dollar terhadap rupiah beberapa waktu terakhir.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Seli Andina Miranti
TRIBUNNEWS.COM, MAJALAYA – Para pengusaha kain mendapatkan ‘pukulan’ yang cukup keras akibat naiknya kurs dollar terhadap rupiah beberapa waktu terakhir. Hal tersebut dikarenakan bahan baku kain, yaitu benang, tergantung pada nilai tukar rupiah.
Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang terus melemah menyebabkan para pengusaha kain, terutama para pengusaha industri kecil dan industri rumahan (home industry), harus putar otak dan strategi agar bisnis terus berjalan.
Kemungkinan terburuk yang terpaksa akan diambil para pengusaha bila segala taktik tak bisa berjalan lagi adalah memberhentikan para pekerja.
"Itu (memberhentikan para pekerja) adalah hal terakhir yang akan dilakukan, kalau sudah tidak bisa berjalan lagi," ujar Aep Hendar Cah’yad (54), pengusaha kain, ketika ditemui Tribun Jabar di kediamannya di Jalan Sukamanah, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Senin (10/9/2018).
Baca: Nyawa Muslim Tak Tertolong Sehari Setelah Kakinya Dimangsa Buaya di Sungai Jujuhan
Padahal, menurut pengusaha kain tersebut, sektor usaha kain merupakan jenis sektor yang padat karya. Banyak pekerja yang menggantungkan hidup pada sektor tersebut.
Di Kabupaten Bandung saja, kata Aep Hendar, ada puluhan ribu orang yang menggantungkan hidup pada sektor kain dan produk kain, mulai dari pekerja pabrik, distributor, hingga pedagang.
Sebagian besar pekerja di sektor kain tersebut berstatus buruh yang menggantungkan hidup hanya dari pekerjaan tersebut.
"Kalau sampai terpaksa diputus, bayangkan berapa banyak pengangguran baru yang akan lahir, ini sektor padat karya, lho," ujar Aep Hendar.
Hal serupa disampaikan pengusaha kain lainnya, Agus Ruslan (50), pengusaha kain asal Majalaya.
Baca: Tomy Tak Menyangka Sabtu Subuh Jadi Hari Terakhir Bertemu Sang Istri
Menurut Agus, tak ada pengusaha yang ingin mem-PHK pekerjanya.
Namun bila tak ada pilihan lain, 'pil pahit' tersebut terpaksa harus ditelan, karena bila tetap dipaksakan, para pengusaha akan menanggung kerugian yang lebih besar lagi.
"Kalau ada PHK, itu pilihan terakhir, kami juga pengusaha sebetulnya tidak mau memutus, itu sumber nafkah orang," ujar Agus Ruslan.
Artikel ini telah tayang di Tribunjabar.id dengan judul Bahan Baku Kain Mahal, Puluhan Ribu Buruh di Sektor Kain Majalaya Terancam Dirumahkan