Terhalang Aturan Usia untuk Daftar CPNS, Pegawai Honorer Ini Pilih Nyambi Jadi Pemulung
Syarat pendaftaran CPNS yang mengharuskan peserta berumur maksimal 35 tahun disayangkan bagi Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT)
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Syarat pendaftaran CPNS yang mengharuskan peserta berumur maksimal 35 tahun disayangkan bagi Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang sudah mengabdi belasan bahkan puluhan tahun.
Bila pemerintah memang serius dalam CPNS, maka GTT dan PTT yang tergabung dalam Forum Tenaga Honorer SK Gubernur DIY Kabupaten Bantul mendesak agar Undang-Undang Aparatur Sipil Negara dapat direvisi.
Tuntutan hidup yang semakin tinggi dinilai tidak sebanding dengan apa yang mereka kerjakan selama ini.
Para GTT dan PTT ini secara tulus hadir sebagai pilar dalam mendidik generasi muda di sekolah. Namun di himpitan hidup yang semakin keras ini, nasib mereka masih belum jelas.
Itu yang dirasakan Budi (bukan nama sebenarnya) PTT di salah satu sekolah di Bantul ini harus memutar otak agar kebutuhan dapur tetap mengepul.
Bagi GTT dan PTT, memiliki pekerjaan sampingan dirasa lumrah. Pendapatan yang mereka terima dalam mendidik tidaklah cukup.
Apalagi mereka kini hanya menerima insentif sebesar Rp 1,5 jutaan sesuai Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang masih diambil dari dana APBD.
Budi pun berharap, bahwa ia bersama ratusan GTT dan PTT lainya di Bantul mendapat kesempatan yang sama menjadi PNS.
Namun hal itu hanya tinggal keinginan jika menilik umur mereka yang sudah tidak memenuhi syarat.
"UU ASN harus direvisi kalau pemerintah serius ingin membuka CPNS. Kami yang sudah belasan tahun bekerja untuk pemerintah bukan buruh, tapi tenaga profesional. Tolong selesaikan bagi mereka yang lama mengabdi tapi statusnya masih honorer," terangnya Rabu (19/9/2018).
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, dia harus memulung barang-barang bekas seusai jam sekolah atau saat hari libur.
Kecintaanya dengan dunia pendidikan tidak membuat dia harus merasa malu menjalani profesi tersebut.
Ia memiliki cita-cita mulia, uang hasil berjualan rosok tersebut sebagian ia gunakan untuk kehidupan sehari-hari dan yang sebagian digunakan untuk membeli buku. Penyuka sastra ini bercita-cita mendirikan perpustakaan.
Kendati apa yang ia terima hanya sedikit, namun ia tidak setengah-tengah dalam mendidik.
"Itu memang cita-cita saya dan ingin saya dedikasikan ke dunia pendidikan," ucapnya. (tribunjogja)