Menelusuri Fasilitas Bandara NYIA Kulonprogo yang Disebut-sebut Tahan Gempa dan Tsunami
Bandara internasional baru Yogyakarta di Temon, Kulonprogo, New Yogyakarta International Airport (NYIA), digadang-gadang tahan gempa maupun tsunami.
Editor: Dewi Agustina
Selain itu, disediakan pula gedung crisis center yang berfungsi sebagai TES bagi orang dalam bandara maupun warga sekitar bandara.
Konstruksinya berupa gedung yang ditopang pilar-pilar tinggi dan dilengkapi ram pada akses masuknya.
Luasan bangunannya sekitar 4.000 meter persegi dan sanggup menampung hingga 1000 orang.
Ketika terjadi gempa dan alarm waspada tsunami berbunyi, pintu-pintu di samping gedung akan terbuka sehingga masyarakat bisa langsung mengaksesnya tanpa harus lari terlalu jauh ke tempat evakuasi.
"Semua fasilitas ini ada di area landside (sisi darat). Runway tak masalah kalau ada tsunami namun yang harus diselamatkan itu orang-orangnya. Mereka tidak akan dibiarkan berada di dalam pesawat dan langsung dilarikan ke terminal ataupun crisis center sehingga aman,"kata Taochid.
Baca: Rumahnya Dipermasalahkan Eko Purnomo karena Menghalangi Akses Jalan, Apa Kata Rohanda?
Pihaknya sebetulnya menginginkan area sempadan pantai di selatan runway dijadikan green barrier (sabuk hijau) sebagai penunjang faktor keselamatan operasional bandara.
Selain menahan (buffer) laju angin, green barrier itu juga bisa menahan hempasan gelombang.
Dengan konsep sabuk hijau, seharusnya tidak ada aktivitas apapun di area itu, namun hal ini sedikit banyak berbenturan dengan kepentingan pariwisata di kawasan Pantai Glagah yang sudah lebih dulu ada.
Pihaknya masih berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait konsep tersebut.
"Karena di pantai sisi selatan bandara ini kan tidak ada pemecah ombak, kami minta area Glagah jadi buffering atau area penyangga terminal dan runway. Semacam hutan konservasi dengan cemara udang yang mudah ditanam. Ketika terjadi tsunami, itu bisa jadi buffering," kata dia.
Juru Bicara Proyek Pembangunan NYIA, Agus Pandu Purnama mengatakan bahwa posisi landasan pacu pesawat nantinya tidak akan sejajar lurus garis pantai melainkan sedikit menyerong pada sudut 11-29 derajat.
Hal ini untuk menghindari adanya crosswind (angin dari samping) dari arah laut yang membahayakan penerbangan.
Dengan arah landasan menyerong, pesawat akan dengan mudah takeoff (lepas landas) maupun landing (mendarat) karena posisinya sesuai arah headwind (angin dari depan).
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengatakan penataan tetap akan dilakukan untuk areal Pantai Glagah mengingat lokasinya masuk sebagai kawasan penyangga bandara maupun penyangga kawasan sempadan pantai untuk penahan gelombang laut.