Benarkah Ade Irma Nasution Ditembak? Ini Kesaksian Anggota Cakrabirawa Penjemput AH Nasution
Nyaris seluruh rambutnya memutih. Tubuhnya tinggi kurus. Kulitnya penuh garis keriput. Tapi aura prajuritnya tak hilang.
Editor: Sugiyarto
Gema suara azan sampai ke ruang tamunya yang berhimpitan dengan musala.
Sulemi tak gentar menceritakan kembali peristiwa 65 yang dialaminya.
Tapi untuk urusan ini, Sulemi tak main-main.
Ia mengawali pembicaraannya dengan berucap sumpah kepada Yang Maha Kuasa.
Bahwa, apa yang keluar dari mulutnya nanti, adalah sesuai dengan yang ia lihat, lakukan dan alami saat peristiwa 65 terjadi.
Ia tak mau menghancurkan generasi penerus dengan memutarbalikkan fakta sejarah.
"Kalau dikira saya mengarang, saya sebagai muslim bersumpah di hadapan Allah, apa yang saya katakan ini sesuai yang saya lihat, dan lakukan."
"Dalam Habluminallah, saya akan dimintai pertanggungjawaban Allah. Kalau saya bicara melenceng, akan menghancurkan generasi penerus," tegasnya saat ditemui Tribun Jateng di kediamannya, akhir tahun 2017 lalu.
Awal September 1965, seluruh anggota Cakrabirawa dikumpulkan.
Komandan Batalyon 1 Kawal Kehormatan Kolonel Untung bin Syamsuri memberitahukan situasi negara yang sedang gawat.
Karena itu, seluruh anggota diperintahkan untuk konsinyasi (siaga) untuk menghadapi kemungkinan kudeta oleh para perwira Angkatan Darat (AD) pada tanggal 5 Oktober.
28 September 1965, dalam sebuah apel besar, seluruh anggota kembali dikumpulkan untuk persiapan kegiatan 30 September malam.
Mereka diberitahu perihal jenderal-jenderal yang diisukan akan meng-kudeta presiden.
Mendengar instruksi itu, yang ada dibenak Sulemi sebagai prajurit, negara berada dalam situasi yang genting.