Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jumilah Pecahkan Rekor Dunia dengan Menenun Stagen 1.016 Meter

Kain stagen sepanjang 1.016 meter berhasil memecahkan rekor Indonesia dan dunia pada Minggu (07/10/2018).

Editor: Sugiyarto
zoom-in Jumilah Pecahkan Rekor Dunia dengan Menenun Stagen 1.016 Meter
TRIBUNJOGJA.COM / Alexander Ermando
Jumilah (kanan duduk) memperagakan bagaimana ia menenun kain stagen sepanjang 1.016 meter yang berhasil pecahkan rekor MURI 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Alexander Ermando

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Kain stagen sepanjang 1.016 meter berhasil memecahkan rekor Indonesia dan dunia pada Minggu (07/10/2018).

Rekornya pun tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Kain tenun berwarna oranye tersebut membentang di Lapangan Banyunibo, Bokoharjo, Prambanan, Sleman.

Bentangannya membentuk formasi angka 102, usia Kabupaten Sleman saat ini.

Prosesi pemecahan rekor pun dilakukan dengan pengangkatan kain oleh sejumlah pelajar.

Mereka berasal dari Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan.

Berita Rekomendasi

Namun siapa yang menyangka jika kain sepanjang itu hanya dibuat oleh satu orang?

Ia adalah Jumilah (50), warga Pingitan, Sumberarum, Moyudan, Sleman.

Lewat kepiawaiannya kain pemecah rekor tersebut tercipta.

Teknik menenunnya pun tidak menggunakan mesin, melainkan alat penenun tradisional berbahan kayu.

Ia sempat mendemonstrasikan bagaimana ia menenun kain tersebut.

"Kainnya saya kerjakan selama satu setengah bulan. Per harinya 25 meter," tutur Jumilah saat ditemui Tribunjogja.com di lokasi acara.

Sehari-harinya, Jumilah memang bekerja sebagai penenun rumahan.

Profesi ini ia tekuni sebagai mata pencaharian utamanya.

Jumilah mengungkapkan, per harinya ia bisa membuat 3 stagen dengan panjang masing-masing 10 meter.

"Itu saya jualnya mulai dari Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu," kata ibu rumah tangga ini.

Dalam sebulan, Jumilah mengaku bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 2 juta.

Itu pun kalau memang sedang banyak permintaan.

Ia membuat kain stagen sesuai permintaan saja.

Seperti untuk kain pemecah rekor tersebut.

Modalnya pun ia akui keluar dari kantongnya sendiri.

Lokasi tempat Jumilah menetap ternyata merupakan sebuah sentra produsen kain stagen.

Tidak hanya stagen, warganya pun memproduksi berbagai jenis produk dari kain tenun.

"Tapi kalau yang benar-benar cuma produksi stagen ya dari tempat saya sendiri," ungkap Jumilah.

Langkanya stagen di pasaran sekaligus menurunnya jumlah permintaan membuat usaha Jumilah tersendat.

Ia mengakui kalau kalah saing dengan berbagai jenis pakaian masa kini.

Ia juga mengakui sulitnya regenerasi penenun.

Rata-rata usia penenun di tempatnya sudah berusia di atas 40 tahun.

Namun, Jumilah sendiri menyatakan ingin anaknya menjalani kehidupan lebih baik sehingga tidak mewariskan ilmu tenun kepada mereka.

"Saya kan maunya anak bisa sekolah setinggi mungkin, justru kalau bisa jangan menenun," ujar Jumilah.

Meskipun demikian, ia tetap berharap tradisi menenun di tempatnya terus bertahan.

Sebab kain tenun memiliki karakteristik tersendiri.

Satu dari beberapa langkah yang ia lakukan bersama para penenun lainnya adalah dengan membuat inovasi berbagai bentuk produk dari kain tenun.

"Kami buat jadi tas dan berbagai aksesoris," jelas Jumilah.

Kain tenun stagen hasil karya Jumilah sendiri akan dilelang.

Lelang dibuka dengan harga Rp100 ribu per 5 meternya.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS) Guntur Eka Prasetya menyatakan hasil lelang dari kain tenun ini akan disumbangkan kepada para korban terdampak bencana di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

"Kain tenun ini sekaligus mengangkat produk asli asal Sleman," ujar Guntur dalam sambutannya.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas