Gunung Anak Krakatau Lontarkan Lava Pijar Setinggi 200 Meter
Lontaran lava pijar pada kawah Gunung Anak Krakatau berketinggian 100 hingga 200 meter dan terdengar suara dentuman yang terasa pada pos PGA
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG – Gunung Anak Krakatau mulai menunjukkan penurunan aktivitas namun gunung yang berada di Selat Sunda itu terus mengalami erupsi.
Lontaran lava pijar pada kawah Gunung Anak Krakatau berketinggian 100 hingga 200 meter dan terdengar suara dentuman yang terasa pada pos PGA.
Kepala Pos Pantau GAK di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Andi Suardi, mengatakan, jumlah letusan pada Rabu, 24 Oktober 2018 hingga pukul 24.00 WIB tercatat sebanyak 232 kali dengan amplitudo 38-58 mm dan durasi 29-102 detik.
Terdeteksi juga adanya gempa vulkanik dangkal sebanyak 9 kali dengan amplitudo 7-40 mm dan durasi 10-14 detik.
Terjadi pula gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 38-50 dan durasi 8-20 detik, S-P: 1-2 detik.
“Juga masih terpantau adanya gempa tremor terus-menerus (mikrotremor) dengan amplitudo 3-31 mm (dominan 7 mm),” kata Andi, Kamis, 25 Oktober 2018.
Baca: Atasi Macet, Pengamat Transportasi Sarankan Pemerintah Batasi Sepeda Motor
Pada awal pekan lalu, Gunung Anak Krakatau sempat menyemburkan debu kolom setinggi 600 meter dan hingga saat ini, status GAK masih pada level II atau Waspada.
Pengunjung dan nelayan dilarang mendekat dalam radius 2 kilometer dari puncak.
Gunung Anak Krakatau kembali mengeluarkan letusan yang disertai kolom abu setinggi 600 meter, Selasa, 23 Oktober 2018 sekitar pukul 11.18 WIB.
Kolom abu ini teramati berwarna hitam dengan intensitas ketebalan condong ke arah utara.
Erupsi ini terekam pada seismogram dengan amplitudo 58 mm dan durasi 2 menit 12 detik.
Dari data magma VAR (vulcano activity report), tercatat sejak pukul 00.00 WIB hingga 12.00 WIB terjadi 86 kali letusan dengan amplitudo 45-58 mm dan durasi 36-162 detik.
Juga terekam gempa tremor menerus (micro tremor) dengan amplitudo 4-25 mm (dominan 7 mm).
Sebelumnya pada pukul 09.45 WIB, Gunung Anak Krakatau juga mengalami erupsi dengan mengeluarkan kolom abu setinggi 400 meter dengan ketebalan mengarah ke utara.
Dalam dua hari terakhir, aktivitas gunung yang berada di Selat Sunda itu kembali meningkat.
Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau dalam dua hari terakhir kembali mengalami peningkatan signifikan.
Baca: NASA menemukan gunung es berbentuk segi empat sepanjang 1,6 km di Kutub Selatan
Dalam catatan magma VAR, Senin, 22 Oktober 2018, tercatat ada 507 kali letusan dengan amplitudo 35-58 mm dan durasi 20-214 detik.
Kepala Pos Pantau GAK di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, mengatakan, juga teramati gempa vulkanik dangkal sebanyak 5 kali dan gempa vulkanik dalam sebanyak 2 kali dan tremor terus-menerus.
"Dari CCTV teramati sinar api dan lontaran material pijar ke segala arah. Terdengar dentuman dan dirasakan getaran lemah hingga kuat dari pos," kata dia.
Meski kembali mengalami erupsi, status Gunung Anak Krakatau masih pada level II atau Waspada.
Nelayan dan pengunjung dilarang mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer.