Prabowo ke Ponpes Sabilil Muttaqien Magetan Bawa Oleh-oleh 200 Buku Paradoks Indonesia
Datang ke Ponpes Sabilil Muttaqien (PSM) di Takeran, Kabupaten Magetan, Rabu (31/10/2018) siang, Prabowo Subianto meninggalkan oleh-oleh.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MAGETAN - Datang ke Ponpes Sabilil Muttaqien (PSM) di Takeran, Kabupaten Magetan, Rabu (31/10/2018) siang, Prabowo Subianto meninggalkan oleh-oleh.
Ketua Umum Gerindra ini memberikan 200 buku berjudul Paradoks Indonesia, kepada pengurus pondok.
Capres nomor urut 02 Pilpres 2019 itu mengatakan, selama ini banyak berkeliling ke sejumlah daerah di Indonesia.
Ia banyak mendapat temuan dan pandangan yang kemudian dia tuangkan di dalam buku, yang ia beri judul Paradok Indonesia.
"Paradok itu artinya kejanggalan, kejanggalan itu bermula dari pemikiran saya, kurang lebih 20 tahun yang lalu. Bagaimana mungkin negara yang begini kaya, dengan sumber alam yang luar biasa yang tidak ada tandingannya di dunia, kecuai mungkin Rusia, Kanada, Amerika Serikat, Brazil," katanya.
Dia mengatakan, menurut badan dunia (tidak spesifik disebutkan) Indonesia dinilai sebagai negara ke-6 terkaya di dunia dari segi sumber alam.
Namun, masih banyak rakyatnya yang masih miskin.
"Jangan terlalu cepat tepuk tangan, negara yang paling kaya dengan sumber daya alam, tetapi rakyatnya masih banyak terlalu banyak yang miskin. Jadi ini yang menjadi kejanggalan," ujarnya.
Ia mengatakan, kedatangannya ke PSM Takeran bukan untuk berkampanye atau meminta dukungan dari kyai dan ulama.
"Saya ini tidak kampanye, saya tidak tidak minta dukungan, kalau saya kampanye saya pasti bilang tolong pilih A, pilih b, atau c."
"Saya hanya meningalkan oleh-oleh, saya berniat meninggalkan buku yang saya tulis sebagai sumbangan pemikiran."
"Sebagai anak bangsa yang punya tanggung jawab akan masa depan bangsa dan negara saya menulis pemikiran-pemikiran saya," kata Prabowo, saat memberikan sambutan dihadapan ribuan santri.
Ia mengatakan, buku tersebut ditulis berdasarkan data dan sudah diedarkan sejak dua tahun yang lalu.
Sengaja, buku tersebut dibagikan ke ponpes karena pesantren dan ulama punya peran penting dalam kehidupan bermasyarakat.
"Saya menulis pandangan saya berdasarkan data, berdasarkan fakta hitam di atas putih dan sudah beredar sejak dua tahun, dan saya tinggalkan beberapa buku di pondok pesanteren ini. 200 buku."
Kalau perlu saya akan kirim lebih. Kenapa? karena saya berpendapat, bahwa pesantren ulama punya peran yang penting dalam masyarakat yang mayoritasnya muslim.
Dia berharap, buku berisi kumpulan pidatonya tersebut dapat bermanfaat dan ilmu di dalamnya dapat disebarluaskan kepada generasi yang akan datang.
"Ulama, ustad, kyai adalah mereka yang mendarmabaktikan hidupnya untuk mempelajari ilmu agama, dan setelah dikuasai untuk disebarluaskan, untuk didik, diajarkan kepada generasi yang akan datang. Jadi saya percaya para ulama, para kyai adalah tokoh yang paling dekat dengan rakyat," katanya.