Fenomena Travel Gelap di Pekanbaru, Penumpang Bisa Nego Harga hingga Merasa Aman karena Kenal Sopir
Sebuah mobil plat hitam berhenti di pinggir Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang, tepatnya simpang Jalan Garuda Sakti.
Editor: Hendra Gunawan
Acap kali, Zul juga menaikkan penumpang yang menunggu di pinggir jalan. Biasanya ramai di kawasan jalan lintas Pekanbaru - Bangkinang, di daerah Rimbo Panjang. "Penumpang banyak juga nunggu di jalan pinggir jalan. Mereka di sana bisa nawar," bebernya.
Layanan yang diberikannya saat menjadi sopir travel gelap pun hampir sama dengan travel resmi pada umumnya.
Seperti memberikan air minum gratis, sesekali juga makanan kecil.
Disebutkan Zul, dulu dia enggan masuk ke PO resmi.
Karena selain biaya pendaftaran yang terbilang cukup mahal, sekitar Rp 2,5 juta.
Lalu banyaknya potongan yang diterapkan perusahaan.
"Kalau Joker uangnya full untuk kita. Kalau plat kuning, harus potong biaya administrasi. Biasanya potong komisi perkepala (per penumpang) Rp 10 ribu. Biaya surat jalan. Kalau harga tiket Rp 120 ribu, sampai ke kita tinggal Rp 100 ribu, kadang Rp 90 ribu," paparnya.
Zul beralasan, kini dirinya memilih menjadi sopir travel resmi, lantaran sudah mulai sulitnya mencari penumpang.
Selain itu juga semakin sengitnya persaingan sesama sopir travel gelap.
"Belum lagi kan kalau sopir travel gelap ini, tidak ada asuransi kalau kecelakaan. Siapa yang menanggung kalau kita jadi Joker," paparnya.
Lebih jauh dia menuturkan, bergabung menjadi travel resmi, kini tidak membuatnya harus memikirkan untuk mencari penumpang lagi.
"Karena kan sudah ada agen yang mencari, kita tinggal berangkat aja. Penumpangnya sudah pasti," ulasnya.
Zul juga mengaku, dulu dia takut sewaktu-waktu terjaring razia petugas.
Dia pun terpaksa main kucing-kucingan.
"Kalau ada razia rutin seperti Operasi Zebra, bisa-bisa kita ndak nambang. Dulu juga pernah beberapa kali ditilang," paparnya.
Beberapa kali, Zul juga pernah terlibat kecelakaan kecil, semisal bersenggolan dengan pengemudi lainnya.
Selama menjadi Joker dulu, Zul kerap menerima komplain dari sejumlah penumpangnya.
Salah satunya jika penumpang menanyakan soal tiket.
"Biasanya orang-orang dari perusahaan, mereka butuh tiket dan kuitansi untuk klaim balik ke perusahaan. Kalau sudah begini ya pandai-pandai kita lagi. Kadang saya minta tolong ke agen travel resmi. Ya namanya kita berkawan," ucapnya.
Zul menyatakan, jika saat ini masih banyak teman-temannya sesama sopir yang lebih memilih menjadi travel gelap, ketimbang travel resmi.
Terkait apa yang melatarbelakanginya, Zul pun tak bisa memastikan.
"Masih banyak kawan-kawan Joker. Malas bergabung (ke travel resmi). Entah karena mahal, atau bagaimana, saya juga kurang tahu," akunya.(tribunpekanbarucetak)
Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul Fenomena Travel Ilegal di Pekanbaru, Penumpang Bisa Nego Harga hingga Merasa Aman karena Kenal Sopir,