Jutaan Ton Tinja Cemari Lingkungan di Lampung
Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) Febrilia Ekawati membeberkan data jutaan ton tinja mencemari lingkungan.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Reporter Tribun Lampung Robertus Didik Budiawan
TRIBUNNEWS.COM, GEDONG TATAAN - Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) Febrilia Ekawati membeberkan data jutaan ton tinja mencemari lingkungan.
Kondisi itu disebabkan belum sehatnya perilaku buang air besar warga dan sanitasi yang belum sehat.
“Banyak yang beranggapan bahwa dengan BAB di jamban atau closet itu sudah sehat. Padahal, kotorannya tidak tertampung dalam septic tank. Masih ditemukan di beberapa wilayah Provinsi Lampung kotoran dialirkan ke sungai, siring, dan kolam," ungkapnya, Selasa, (20/11/2018).
Baca: Sakit Hati Bapak Kos yang Tersingkir Jadi Dendam Membara Karena Perlakuan Diperum
Baca: Didakwa Cabuli Mahasiswi, Dosen Unila Dituntut Penjara 2 Tahun
Itu, lanjut dia, masih dalam kategori buang air besar sembarangan (BABS). Sedangkan untuk membangun jamban sebagian warga masih enggan karena dianggap tidak penting. Padahal, sanitasi adalah kebutuhan dasar yang terkait erat dengan kesehatan,” tutur Febri.
Warga Lampung masih banyak buang air besar di lahan terbuka, seperti sungai, kolam, kebun, dan pantai.
Data Smart STBM menunjukkan, dari 15 kabupaten/kota, akses sanitasi terendah terdapat di Kabupaten Tulangbawang Barat (55,11 persen), Mesuji (72,83 persen), Pesawaran (81,99 persen), dan Lampung Timur (82,03 persen).
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Pesawaran Harun Tri Djoko mengingatkan kepada jajarannya supaya kerja keras untuk target 100 persen universal akses sanitasi pada tahun 2019.
Baca: Seusai Buka Suara Soal Kisah Asmaranya, Reino Barack Blak-blakan Komentari Unggahan Syahrini
Dia mengungkapkan, target itu menjadi upaya lintas sektoral.
Sebagaimana peran dan tanggung jawab masing-masing.
Seperti pembangunan infrastruktur tanggung jawab PU, PMD melalui dana desa, peran serta masyarakat, dan Bappeda koordinator pendanaan stimulan.
"Kesehatan tanggung jawab membentuk behaviour perilaku agar masyarakat memanfaatkan sarana sanitasi secara maksimal," tukasnya.
4 % KK Numpang di Toilet Tetangga
Sebanyak 4 persen kepala keluarga (KK) di Kabupaten Pringsewu belum memiliki toilet.
Data tersebut dibeberkan Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Way Seputih Febrilia Ekawati sebagai keynote speech dalam acara Sanitation Goes to Campus (STGC) di STMIK Pringsewu, Senin (19/11).
Kendati begitu, secara akses toilet sehat dan layak, KK di Kabupaten Pringsewu sudah memenuhi 100 persen.
Artinya, sebanyak 4 persen KK tersebut menumpang dengan KK lainnya di Bumi Jejama Secancanan.
Sementara total jumlah KK di Pringsewu sebanyak 90.343 KK.
"Jadi 4 persen ini statusnya masih menumpang. Tapi, secara etika mereka mau memiliki dan tidak berperilaku buang air besar sembarangan," ujar Febri dalam acara peringatan Hari Toilet Sedunia yang jatuh pada 19 November itu.
Dia menambahkan, tema pada Hari Toilet Sedunia tahun 2018 yaitu Solusi Sanitasi Berbasis Alam Menjadi Jawaban.
Solusi ini memanfaatkan kekuatan ekosistem untuk membantu 'mengobati' kotoran manusia sebelum akhirnya dikembalikan ke lingkungan.
Tujuan kampenye ini, lanjut dia, memastikan setiap orang memiliki toilet yang layak pada tahun 2030.
"Target ini tercantum dalam poin enam Suistainable Development Goals (SDGs) tentang sanitasi dan air," ungkapnya.
Pemerintah Indonesia telah mentargetkan pencapaian target 100% universal akses sanitasi pada tahun 2019.
Sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-2019.
Namun, Febri mengatakan, fakta yang ada berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) masih ada 31 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki akses toilet sehat.
Provinsi Lampung sendiri, ungkap dia, dengan total penduduk 8,289 Juta jiwa (BPS 2017) baru 84,75 % (Smart STBM) warganya yang mengakses sanitasi layak.
Masih 1,3 juta jiwa lebih warga Lampung yang belum mengakses fasilitas toilet sehat dan layak, dan masih berperilaku buang air besar sembarangan.
Oleh karena itu, dia menuturkan, momentum Hari Toilet Sedunia jadi kesempatan Yayasan Konservasi Way Seputih bersama Pemerintah Kabupaten Pringsewu melakukan upaya pemicuan kepada para generasi muda, khususnya mahasiswa untuk peduli terhadap persoalan sanitasi di Provinsi Lampung, melalui acara STGC itu.
Wakil Bupati Pringsewu Fauzi mengajak seluruh generasi muda, terutama mahasiswa, untuk turut serta peduli terhadap persoalan sanitasi.
“Kondisi sanitasi yang buruk telah menyebabkan angka kematian balita yang cukup tinggi karena diare. Perilaku buang air besar sembarangan di sungai, kolam, pantai, dan kebun membuat kondisi lingkungan menjadi tidak sehat," ujarnya.
Dia menambahkan, kondisi sanitasi yang buruk juga mengakibatkan terjadinya stunting atau gagal tumbuh balita.
Fauzi berharap mahasiswa bisa menjadi agen perubahan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Selain itu dapat berperan aktif untuk pencapaian universal akses sanitasi, melalui inovasi dan kegiatan-kegiatan positif sanitasi. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Jutaan Ton Tinja Warga Lampung Cemari Lingkungan,