Yayasan Kerti Praja Ungkap 75 Persen Kasus HIV/Aids di Bali Tertular dari Kalangan Homoseksual
Jumlah kasus baru HIV/AIDS berdasarkan hasil tes sebanyak 10 hingga 22 orang per bulan. 75 persen berasal dari kalangan homoseksual.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Yayasan Kerti Praja mengungkap data terbaru terkait kasus HIV/AIDS di Bali.
Berdasarkan data di yayasan yang bergerak khusus dalam penanggulangan HIV/AIDS ini, jumlah kasus baru HIV/AIDS yang ditemukan berdasarkan hasil tes sebanyak 10 hingga 22 orang per bulan.
Dari jumlah tersebut, 75 persen berasal dari kalangan lelaki seks dengan lelaki (LSL) atau yang dikenal dengan sebutan homoseksual.
"Yang paling banyak sekarang tertular adalah dari lelaki seks dengan lelaki. LSL bahasanya. Nah persentasenya itu, misalnya ada 15 orang yang positif selama 1 bulan, 10 orangnya pasti dari kalangan itu (LSL). Banyak sekali yang begitu sekarang," kata Koordinator Petugas Lapangan di Yayasan Kerti Praja, Dewa Nyoman Suyetna, pekan lalu.
Kalangan LSL yang positif HIV ini, kata Suyetna, rata-rata berusia 18 tahun sampai 30 tahun.
Kaum homoseks yang positif HIV ini, berdasarkan data Yayasan Kerti Praja, pada umumnya tinggal di Denpasar, Buleleng, dan Karangasem.
"Sebenarnya dari mana pun, ada saja yang LSL mengidap HIV/AIDS. Tapi yang banyak dari tiga daerah itu. Namun, asal mereka 60 persen dari luar Bali, dan 40 persen dari Bali," ungkap pria yang sudah bergelut dengan para pengidap HIV/AIDS selama 26 tahun ini.
Suyetna mengimbau kepada para orang tua agar tidak hanya mengawasi tingkah polah anak perempuan saja, namun juga anak laki-laki.
Baca: Tersangka Mengaku Bunuh Eka Rakhma karena Kesal Ditagih Utang
"Kalau ibu-ibu di rumah kan tidak tahu anaknya LSL atau tidak. Yang diawasi anak-anaknya yang perempuan saja. Yang laki-laki tidak," kata Suyetna.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jumlah kaum homoseksual yang terinfeksi HIV/AIDS menempati urutan kedua setelah heteroseksual.
Jumlah homoseksual yang terinfeksi HIV sebanyak 2.751 orang.
Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Bali, jumlah kasus HIV/AIDS di Pulau Dewata per September 2018 mencapai 19.792 jiwa.
Jumlah tersebut terus meningkat sejak awal HIV/AIDS ditemukan di Bali pada tahun 1987 silam.
"Jadi dari awalnya cuma 3 orang, sekarang jadi 19 ribu orang. Jumlahnya meningkat terus setiap tahun. Data itu adalah data kumulatif. Artinya, beberapa persen dari jumlah tersebut mungkin ada yang sudah meninggal. Jadi tidak persis sejumlah itu," kata Kepala Sekretariat KPA Provinsi Bali, Made Suprapta, saat ditemui di ruang kerjanya pekan lalu.
Data di Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyebutkan, dari 19.792 orang yang terinfeksi HIV/AIDS di Bali, paling banyak tercatat di Denpasar yakni 7.440 orang.
Baca: Sunarmi Kaget Tubuh Adiknya Tergantung Tak Bernyawa di Pohon Belakang Rumah
Kedua terbanyak di Badung sejumlah 3.211 orang, dan ketiga di Buleleng sebanyak 2.989, kemudian Gianyar sebanyak 1.459 orang, Tabanan 1.220, Jembrana 1.019, Karangasem 755, Bangli 424, Klungkung 408.
Dan sisanya pendatang luar Bali yang melakukan tes HIV/AIDS di Bali sebanyak 867 orang dinyatakan positif.
Dari 19.792 pengidap HIV/AIDS di Bali, tercatat 12.318 adalah kaum laki-laki, dan 7.474 perempuan.
Sementara itu, jika dilihat dari faktor risiko, dari 19.792 ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Bali, paling banyak dari kaum heteroseksual yakni sejumlah 15.131 orang.
Disusul dari kaum homoseksual sebanyak 2.751 orang, kemudian dari kaum pengguna jarum suntik narkoba (IDU) sebanyak 852 orang, dari kaum perinatal atau tertular dari orang tuanya sebanyak 342, dari kalangan biseksual sebanyak 84 orang, dan yang tidak diketahui penyebabnya sebanyak 271, serta yang tertular akibat sebanyak 9 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya mengatakan, orang yang terinfeksi HIV/AIDS di Bali paling banyak dari usia produktif 20 tahun sampai 29 tahun.
Kedua paling banyak dari usia 30 tahun sampai 39 tahun.
Suarjaya menjelaskan, Denpasar dan Badung menjadi wilayah dengan populasi terbanyak pengidap HIV/AIDS, karena banyaknya jumlah penduduk asli maupun pendatang di kawasan itu.
Selain itu, banyaknya wisatawan juga menjadi penyebab.
"Karena layanan (tes HIV) juga banyak di sana. Jumlah layanan yang tersedia banyak, lengkap, mudah dijangkau. Stigma diskriminasi semakin rendah, sehingga semakin banyak yang tes, dan akhirnya tercatat. Sosialisasi gencar, dan banyak LSM membantu sehingga banyak tercatat," jelas Suarjaya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-bali.com dengan judul Kasus Baru HIV/AIDS Terbanyak dari Kalangan LSL atau Homoseksual
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.