Menikmati Sensasi Segarnya Air Terjun Kalelawar di Hutan Lindung Wehea
Sebelum memutuskan untuk menikmati air terjun Kalelawar, Tim terlebih dahulu mendirikan tenda camping untuk bermalam di sekitaran air terjun.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, KUTAI TIMUR - Tim Ekspedisi Cerita dari Hutan berkesempatan menyusuri rimbunnya pepohonan khas hutan hujan tropis Borneo di Hutan Lindung Wehea, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Sabtu (8/12/2018).
Hutan Wehea adalah sebuah kawasan hutan hujan seluas 38.000 hektare yang dinyatakan sebagai 'hutan lindung' pada tahun 2004 oleh Dayak Wehea.
Mengawali perjalanan, tebasan mandau penjaga hutan atau dalam bahasa dayak Wehea biasanya disebut Petkuq Mehuey (PM), seolah membelah bisingnya hutan.
"Ayo sedikit lagi sampai," ucap salah satu PM, Umar yang memimpin rombongan.
Baca: Lagi Cek Mesin Motor Tiba-tiba Motor Digeser, 2 TNI Dikeroyok Juru Parkir Hingga Mapolsek Dirusak
Umar yang tampak mengenakan pakaian hijau dengan motif burung rangkok perlahan menyusuri lereng hutan.
Rintik hujan perlahan menerobos masuk dari sela-sela rimbunnya pohon di zambrut katulistiwa ini.
Baca: Mengenal Kearifan Lokal Masyarakat Adat Dayak Wehea dalam Menjaga Hutan Lindung Wehea
Beberapa pohon kecil yang telah diberi pita berwarna putih, orange hingga hijau menjadi petunjuk Umar dan rombongan Tim Ekspedisi Cerita dari Hutan untuk menuju 'surga kecil' di tengah hutan yakni air terjun kalilawar.
Setelah berjalan sekitar kurang lebih 1,5 jam atau 1,29 kilometer dari stasiun penelitian Wehea, Tim Ekspedisi Cerita dari Hutan dari Hutan Itu Indonesia (HII) tiba di bibir air terjun Wehea.
Baca: Sederet Fakta Perusakan Mapolsek Ciracas, Polisi Diminta Tangkap Pelaku Pengeroyokan 2x24 Jam
Gemericik suara air terdengar dari balik semak-semak pohon.
Hal itu membuat tim bertambah semangat untuk sampai ke air terjun Kalelawar.
Sebelum memutuskan untuk menikmati air terjun Kelelawar, Tim terlebih dahulu mendirikan tenda camping untuk bermalam di sekitaran air terjun.
Kurang lebih sekitar 30 menit mendirikan tenda, tim bersama PM mulai menuju air terjun kalelawar.
Mulanya, jalan menurun dengan kemiringan sekitar 30 derajat.
Pohon kecil di tepian jalan setapak bisa menjadi pegangan saat menyusuri jalan menurun.
Pasalnya, jalan setapak relatif licin lantaran dedauan yang runtuh dan lembabnya kawasan hutan Lindung Wehea.
Binatang kecil seperti pacet juga siap menghinggap di bagian tubuh dan menghisap darah.
Setelah berjalan 10 menit menurun, akhirnya Tim Ekspedisi Cerita dari Hutan dari Hutan Itu Indonesia (HII) tiba di Air Terjun Kalelawar.
Kedua orang Influencer yang ikut bersama tim dari komunitas fotografi @Instanusantara Rizky Dawood dan Andi Arfi langsung mengeluarkan 'senjata' mereka berupa kamera.
Terpesona dengan keindahan air terjun, keduanya langsung mengambil posisi yang bagus untuk foto.
Bidikan kamera diarahkan air terjun yang mengalir deras.
Jernihnya air sangat jelas terlihat. Batu-batu sungai sangat terlihat jelas di atas permukaan.
Ikan blang tiga juga terlihat berenang di tepi air terjun.
Tenang, teduh dan damai. Mungkin itu yang bisa dirasakan saat memandangi air terjun Kalelawar.
Secangkir kopi hangat menemani tim saat berada di area air terjun. Cerita, canda dan tawa menemani sepanjang berada di sana.
Salah satu tim bersama dengan penjaga hutan juga sempat merasakan segarnya air terjun dengan terjun langsung ke dalam air.
Umar bercerita kepada Tribunnews, air terjun yang ditemukan tahun 2004 ini menjadi daya tarik tersendiri saat berkunjung ke Hutan Lindung Wehea.
Penamaan air terjun sendiri dikarenakan saat pertama kali ditemukan oleh PM Wehea, banyak hewan kelelawar yang hinggap di dinding tepi sebelah kiri air terjun.
"Pertama kali ditemukan memang banyak hewan Kelelawar yang hinggap di tepi air terjun. Lalu kita (penjaga hutan Wehea) sepakat menamai dengan air terjun Kalelawar," ucap Umar sembari menghisap rokok di tangan kanannya.
Ia juga mengatakan, air terjun di ketinggian 200 meter diatas permukaan laut ini menjadi sumber air hewan liar di kawasan hutan seperti kijang, tenggalung macan dahan, ular dan katak.
Hampir kurang lebih satu jam berada di sana, tim memutuskan untuk kembali ke camp untuk bermalam.
Ekspedisi Cerita dari Hutan itu merupakan upaya Hutan Itu Indonesia (HII) untuk mencari cerita positif tentang pelestarian dan perlindungan hutan di Indonesia.
Perjalanan ke Hutan Lindung Wehea berlangsung sejak 6 hingga 10 Desember 2018.