Tiga Korban Banjir Bandang di Dairi Ditemukan
Hingga hari ini proses pencarian empat korban yang masih hilang masih dilakukan petugas
Editor: Eko Sutriyanto

Laporan Wartawan Tribun Medan, Satia
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara Riadil mengatakan, hingga saat ini telah tiga korban bencana alam ditemukan meninggal dunia.
Mereka meninggal setelah banjir bandang yang menerjang Desa Longkotan dan Desa Bongkaras, Kecamatan Silima Pungga-pungga pada Selasa (18/12/2018) sore.
Para korban ditemukan di Sungai Soraya, Subulussalam, Aceh.
Diketahui sebanyak tujuh orang menghilang saat banjir bandang ini menerjang dan hingga hari proses pencarian masih dilakukan.
"Ketemu baru 3 meninggal dunia, dari 7 yang hilang. Dairi juga sama peristiwa yang terjadi adalah banjir bandang dan longsor," kata Riadil melalui sambungan telepon, Kamis (20/12/2018).
Masih ada empat korban hingga saat ini belum ditemukan tim pencarian.
Baca: Pasca-Banjir Bandang di Dairi, Tim SAR Masih Cari 6 Warga Hilang
Riadil juga menyampaikan, bahwa seluruh alat berat telah dikerahkan untuk mencari keberadaan empat korban tersebut.
"Kita juga terus mencari keberadaan korban empat orang lagi ya, karena sampai saat ini alat berat terus bekerja," katanya.
Kemudian, untuk bencana alam di Toba Samosir (Tobasa) waktu pencarian diperpanjang hingga menjelang dini hari.
Baca: Sehari-hari Kerja Cleaning Service, Ini Penyebab Pelaku Tega Bunuh Siska Icun Sulastri
Sebenarnya, Riadil menyampaikan, bahwa evakuasi seharunya sudah dihentikan karena berdasarkan Standar Operasional Produser (SOP).
"Untuk Tobasa sampai hari ini baru sembilan yang ketemu. Satu lagi belum ketemu, harusnya sesuai dengan SOP sudah kita berhentikan, tapi karena mengingat permintaan masyarakat, tolognlah untuk di tambah waktu pencarian, maka kita tambah satu sampai dua hari. Tadi kita sudah menelpon BPBD Tobasa akan diperpanjang sampai dini hari. Tetap akan terus dicari," katanya.
Dirinya menyampaikan sesuai dengan pesan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, untuk memindahkan semua masyarakat sang masih bertempat tinggal di daerah rawan bencana alam, seperti pinggir tebing dan juga hilir sungai.
"Kita sudah perintahkan seluruh masyarakat untuk dapat pindah tempat tinggal. Ini juga perintah langsung oleh Edy Rahmayadi, karena dapat membahayakan nyawa bila masih bertempat tinggal di daerah tersebut," katanya.
Riadil menyebutkan, bahwa rata-rata korban yang meninggal saat bencana alam terjadi, mayoritas bertempat tinggal di daerah potensi rawan bencana.
"Itu yang menjadi korban mereka yang tinggal di tempat rawan bencana. Kita juga tengah menyiapkan seluruhnya nanti akan dipindahkan kemana. Seharunya Bupati dan Wali Kota bekerja lebih untuk dapat mensosialisasikan bahaya tinggal di jalur rawan bencana," ucapnya. (Cr19/Tribun-Medan.com)