Semburan Abu Vulkanik Gunung Anak Krakatau Dikhawatirkan Ganggu Jalur Penerbangan
Sebaran debu vulkanik yang tidak menetu karena mengikuti arah angin tersebut, bisa mengganggu penerbangan.
Editor: Choirul Arifin
"Ya (normal). Hingga saat ini belum ada operasional penerbangan yang dilaporkan petugas Airnav kepada kami akan adanya gangguan," kata Humas PT Angkasa Pura II cabang Bandara Soetta, Denny Irawan saat dikonfirmasi Tribun.
Denny melanjutkan, pihaknya belum menerima laporan dari Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) terkait adanya gangguan penerbangan di wilayah tersebut.
"Hingga saat ini belum ada laporan gangguan pada traffic flight. Kami terus pantau dan update informasi lainnya," ujarnya.
Level Siaga
Badan Geologi, Pusat Vulcanologi, Migitasi Bencana Geologi Kementerian ESDM menaikan level status Gunung Anak Krakatau (GAK) ke level III Siaga sejak pukul 06.00 WIB, Kamis (27/12/2018).
Dengan peningkatan status Siaga Gunung Anak Krakatau berarti tidak boleh ada nelayan, pengunjung dan juga aktivitas lainnya dalam radius jarak 5-6 kilometer dari GAK.
"Benar pagi ini status GAK naik menjadi siaga. Pengunjung, nelayan dan aktivitas masyarakat lainnya tidak boleh mendekat dalam jarak 5-6 kilometer," kata Andi Suardi, Kepala Pos Pantau GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.
Andi mengatakan pada pengamatan yang dilakukan Rabu (26/12) kemarin, secara visual GAK tidak bisa teramati dengan jelas karena tertutup kabut.
Dari data Magma VAR, gempa tremor terus menerus dengan amplitudo 9-35 mm (dominan 25 mm). Pada kawah gunung teramati adanya debu vulkanik dengan intensistas tebal berwarna hitam dengan ketinggian 200 - 500 meter.
Terdengar pula suara dentuman pada pos PGA. "GAK juga teramati mengeluarkan awan panas ke arah selatan yang sudah mencapai lautan," terang Andi. (val/ded)