Semburan Abu Vulkanik Gunung Anak Krakatau Dikhawatirkan Ganggu Jalur Penerbangan
Sebaran debu vulkanik yang tidak menetu karena mengikuti arah angin tersebut, bisa mengganggu penerbangan.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Meningkatnya semburan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau (GAK) dikhawatirkan mengganggu jalur penerbangan. BMKG mengimbau kepada maskapai agar pesawatnya tidak melintasi di jalur penerbangan yang terkena semburan abu vulkanik di sekitar Gunung Anak Krakatau.
Pengamat dan Prakirawan cuaca BMKG Natar Lampung Selatan, Rahmat Subekti mengungkapkan, berdasarkan pengamatan radar dan citra satelit, semburan abu vulkanik yang keluar dari Gunung Anak Krakatau mencapai 10 km hingga 15 km dan bahkan bisa lebih dari itu.
"Sebaran abu vulkanik sendiri mengikuti arah angin. Belakangan terpantau menuju ke arah barat daya dan semalam sempat mengarah ke selatan dan timur, sehingga beberapa abu mencapai ke Serang, Banten dan Cilegon," kata Rahmat saat dihubungi Kamis 27 Desember 2018.
Sebaran abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau yang tidak menentu karena mengikuti arah angin tersebut, bisa mengganggu penerbangan.
"Kalau di wilayah bandara sendiri belum terganggu dengan adanya peningkatan semburan abu vulkanik ini. Sehingga bandara masih beroperasi normal. Tetapi saat pesawat sedang dalam perjalanan, berpotensi terganggu dengan adanya abu vulkanik ini," jelas Rahmat.
BMKG, lanjut Rahmat, sudah memberikan imbauan kepada maskapai untuk menghindari jalur penerbangan yang melalui Gunung Anak Krakatau, terutama, saat arah angin sedang bertiup kencang.
Baca: Warga Kediri Dihebohkan Temuan Ratusan Buku Beraliran Kiri di Dua Toko Buku di Pare
"Kami juga selalu memberikan informasi kepada pihak bandara dan maskapai sehingga mereka bisa mengetahui ke arah mana abu vulkanik terbang," papar Rahmat.
Humas Bandara Radin Inten II Lamsel Wahyu Aria Sakti membenarkan jika ada ada pengalihan jalur penerbangan yang melewati Gunung Anak Krakatau. Namun demikian, Wahyu memastikan, bandara tidak terpengaruh dengan meningkatnya aktifitas Gunung Anak Krakatau.
"Kalau jalur penerbangan, istilahnya sama saja seperti rekayasa lalu lintas. Kalau ada macet, dialihkan ke jalan lain. Ini karena ada semburan abu vulkanik, jadi sejumlah penerbangan yang melalui Gunung Anak Krakatau dialihkan jalurnya," kata Wahyu.
Penerbangan Normal
Peningkatan aktifitas Gunung Anak Krakatau sejauh ini belum memengaruhi penerbangan khususnya di Bandara Radin Inten II Lampung Selatan. Jumlah penerbangan pun masih normal dan tidak ada penutupan sementara.
Hal tersebut disampaikan Bagian Humas Bandara Radin Inten II Lamsel Wahyu Aria Sakti. Menurut Wahyu, sampai saat ini aktifitas di bandara yang baru saja mendapatkan surat ketetapan peningakatan status menjadi internasional, masih normal.
Baca: Tangis Keluarga Pemulung Ini Pecah Setelah Fajar Ditemukan Tewas Tenggelam di Sungai Kalimalang
“Masih normal dan aman. Tidak ada masalah,” ujar Wahyu saat dihubungi Kamis 27 Desember 2018.
Dalam sehari, terus Wahyu, ada sekitar 20 sampai 30 penerbangan dari dan menuju Bandara Radin Inten II Lamsel. Dengan jumlah penumpang datang dan pergi mencapai 7.000 orang.
Status Gunung Anak Krakatau dinaikkan menjadi level III atau siaga pada Kamis (27/12/2018) pukul 06.00 WIB. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat untuk menghindari wilayah pantai untuk mengantisipasi kemungkinan tsunami susulan. Status Gunung Anak Krakatau berada di level II atau waspada. Perubahan status GAK seiring meningkatnya aktivitas GAK.
Baca: Tiga Korban Tewas Peristiwa Kebakaran di Cilincing, Nenek Anak dan Cucunya Dibawa ke Pemalang
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebut, peningkatan status Gunung Anak Krakatau tersebut lantaran masih berlangsung erupsi di kawah gunung.
Pada Kamis (27/12/2018) dini hari, terdengar suara dentuman. Menurut Sutopo, ada beberapa imbauan yang harus diketahui masyarakat terkait peningkatan status GAK.
Ketinggian Debu 10 Meter
Status Gunung Anak Krakatau (GAK) naik jadi siaga. Artinya tidak boleh ada yang mendekat di radius 5 kilometer. Erupsi Gunung Anak Krakatau terus meningkat dalam sepekan terakhir. Hujan debu vulkanik Gunung Anak Krakatau sudah melanda sekitar wilayah Banten.
Dian, seorang warga di Rangkasbitung mengatakan, hujan abu sudah sampai di Ciwandan, Cilegon, Banten, Rabu(26/12) sore sekitar pukul 16.00 WIB.
"Ke Rangkas belum sampai, tapi tadi saudara dan teman ngabarin sudah sampai di Ciwandan, Cilegon, semoga enggak ada apa-apa," ujar Dian saat berbincang.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut sebaran debu vulkanik Gunung Anak Krakatau mengarah ke barat daya dan barat.
Jarak terjauh sebaran debu hingga 143 kilometer dan ketinggian sebaran debu vulkanik mencapai lebih dari 10 kilometer.
Kendati sudah ada hujan abu Kepala Bagian Humas BMKG, Taufan Maulana mengatakan belum ada peringatan dini untuk penerbangan yang melintas di sekitar kawasan Selat Sunda. "Belum (peringatan dini)," kata Taufan singkat.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut abu vulkanik bukan abu biasa. Partikel abu vulkanik disebutnya seperti pecahan gelas yang bisa membahayakan mesin pesawat.
Mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan maka pesawat yang ditumpangi untuk memantau GAK terpaksa putar balik menuju bandara Halim Perdanakusuma.
"Yang pertama hari Senin tanggal 24 itu kena abu vulkanik, ada kaca yang tertempel abu vulkanik kaya gelas pecah, kaya pecahan gelas. Itu bisa membahayakan mesin pesawat sehingga harus balik dan saat itu awan tebal," kata Dwikorita.
Meski ada hujan abu vulkanik operasional bandara dan penerbangan sejumlah maskapai di Bandara Soekarno-Hatta, Banten masih berjalan normal hingga Rabu (26/12) malam.
"Ya (normal). Hingga saat ini belum ada operasional penerbangan yang dilaporkan petugas Airnav kepada kami akan adanya gangguan," kata Humas PT Angkasa Pura II cabang Bandara Soetta, Denny Irawan saat dikonfirmasi Tribun.
Denny melanjutkan, pihaknya belum menerima laporan dari Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) terkait adanya gangguan penerbangan di wilayah tersebut.
"Hingga saat ini belum ada laporan gangguan pada traffic flight. Kami terus pantau dan update informasi lainnya," ujarnya.
Level Siaga
Badan Geologi, Pusat Vulcanologi, Migitasi Bencana Geologi Kementerian ESDM menaikan level status Gunung Anak Krakatau (GAK) ke level III Siaga sejak pukul 06.00 WIB, Kamis (27/12/2018).
Dengan peningkatan status Siaga Gunung Anak Krakatau berarti tidak boleh ada nelayan, pengunjung dan juga aktivitas lainnya dalam radius jarak 5-6 kilometer dari GAK.
"Benar pagi ini status GAK naik menjadi siaga. Pengunjung, nelayan dan aktivitas masyarakat lainnya tidak boleh mendekat dalam jarak 5-6 kilometer," kata Andi Suardi, Kepala Pos Pantau GAK di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.
Andi mengatakan pada pengamatan yang dilakukan Rabu (26/12) kemarin, secara visual GAK tidak bisa teramati dengan jelas karena tertutup kabut.
Dari data Magma VAR, gempa tremor terus menerus dengan amplitudo 9-35 mm (dominan 25 mm). Pada kawah gunung teramati adanya debu vulkanik dengan intensistas tebal berwarna hitam dengan ketinggian 200 - 500 meter.
Terdengar pula suara dentuman pada pos PGA. "GAK juga teramati mengeluarkan awan panas ke arah selatan yang sudah mencapai lautan," terang Andi. (val/ded)