Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Polisi 'Nyambi', Siang Jualan Bakso Malam Dagang sekoteng

‎Satu perwira di Satreskrim Polrestabes Bandung, Tri, sempat mengisahkan pengalamannya menangkap penjahat dengan kisah-kisah penyamarannya

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Polisi 'Nyambi', Siang Jualan Bakso Malam Dagang sekoteng
Tribun Jabar/Mega Nugraha
Jajaran Polrestabes Bandung menunjukkan bukti-bukti kasus dua pria yang ditembak mati anggota Satreskrim Polrestabes Bandung di Jalan Cisaranten Wetan, Kecamatan Cinambo, Kota Bandung. Keduanya diduga pelaku begal. Untuk mengungkap kasus kejahatan seperti ini, polisi kadang harus melakukan penyamaran. 

TRIBUNNEWS.COM -- Untuk mengungkap kejahatan, anggota polisi memiliki banyak cara untuk mengelabui pelaku kejahatan yang sudah jadi targetnya.

Bahkan, ada anggota polisi menyamar menjadi pedagang bakso, nasi goreng, dan berkeliling ke pelosok kampung hingga berhari-hari.

Sebab, mengungkap kejahatan bukanlah perkara mudah. Berbagai upaya dilakukan polisi untuk bisa mengungkap kasus kejahatan, salah satunya anggota polisi menyamar.

Selain memeriksa tempat kejadian perkara, memeriksa saksi, dan mengumpulkan barang bukti, kadang polisi harus menyamar.

Tak setiap tindak kejahatan pelakunya terang benderang. Misalnya ada saksi yang melihat tindak kriminal tersebut dan ada barang bukti yang ditinggalkan.

Kadang, tindakan kejahatan sangat minim barang bukti. Di sini polisi yang bertugas di lapangan turun tangan.

Mereka turun ke jalan, menelusuri setiap informasi agar pelaku bisa ditangkap.

Berita Rekomendasi

Hal itulah yang diungkapkan oleh Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP M Rifai. Menurutnya, bukan hal mudah mengungkap kasus kriminal.

Terkadang, aksi kejahatan hanya meninggalkan sedikit sekali bukti dan sangat minim kesaksian.

Karenanya, untuk menungkap kasus tak jarang polisi harus menyamar.

"Kadang mereka harus berperan sebagai pedagang bakso, nasi goreng, dan berkeliling ke pelosok kampung hingga berhari-hari," ujar AKBP M Rifai belum lama ini.

‎Satu perwira di Satreskrim Polrestabes Bandung, Tri, sempat mengisahkan pengalamannya menangkap penjahat dengan kisah-kisah penyamarannya kepada Tribun Jabar (grup SURYA.co.id) belum lama ini.

"Pernah kalau siang jualan bakso, malam jualan sekoteng. Pernah juga jadi tukang becak, tukang parkir, jadi hansip pernah. Dijalani sampai berminggu-minggu," kata Tri.

Selama penyamaran, ia berinteraksi sebagaimana halnya pedagang.

Beragam penyamaran itu biasa dilakukan di tempat-tempat tidak jauh dari tempat kejadian sebuah perkara.

Tujuan dari penyamaran untuk menggali keterangan dan mencari barang bukti.

"Karena begini, saksi di lokasi kejadian itu kadang tidak bisa dimintai keterangan jika mengaku sebagai polisi, saksi jadi bungkam atau segan. Untuk menyiasati itu, ya, nyamar," ujar Tri.

Bagi polisi seperti Tri, satu hal yang mereka yakini. Sebuah tindak pidana bagaimanapun modusnya, pasti meninggalkan jejak, sekalipun jejak itu hanya secuil.

Teknik penyamaran adalah salah satu cara untuk mengungkapnya.

Pahit getir ia lakoni sebagai pemburu. Melewatkan waktu bersama keluarga hingga biaya. Namun, ia menegaskan itu bukan sebuah kendala.

"‎Orang lapangan kalau bisa ungkap kasus itu kepuasan tersendiri, kadang mereka tidak pikirkan hal lain selain ungkap kasus," kata Tri.

"Meski kadang keluarga jadi nomor sekian, pengeluaran pribadi hingga barang dijual untuk ungkap kasus. Tapi kalau berhasil diungkap, tentu itu hal sangat membanggakan," ujar Tri.

Hal sama dialami perwira polisi lainnya di Polrestabes Bandung. Ia sudah mengalami pahit getir hidup di jalanan memburu para pelaku kejahatan.

Secara umum, ia mengalami apa yang dialami oleh Tri.

"Secara umum, anggota lapangan memang seperti itu, 24 jam bekerja di lapangan. Sering tidak pulang, kami mengumpulkan bukti demi bukti untuk membuat terang perkara. Saat perkara terungkap, tentu kebanggaan tersendiri bagi kami‎," ujarnya.

Soal penyamaran, ia sudah mahir betul bagaimana mengumpulkan keterangan demi keterangan dengan menyamar dengan beragam profesi. Umumnya, ia sudah paham dengan profesi pedagang keliling.

"Jadi pedagang sapu lidi keliling pernah. Keterangan demi keterangan kami kumpulkan, kami cari alat buktinya, dan akhirnya bisa terungkap," ujarnya.

Kasatreskrim Polrestabes Bandung, AKBP M Rifai merupakan perwira menengah lulusan Akpol 2000 ini sudah melewati banyak hal untuk mengungkap kejahatan.

"Kadang kami menyamar jadi tukang bakso dan pedagang lainnya. Yang bikin bahagia saat mampu ungkap pelaku, baik curat, curas, maupun curanmor," kata AKBP M Rifai belum lama ini.

Ia mengakui, tanpa ada anggota-anggota seperti Tri dan yang lainnya, pelaku kejahatan tidak akan terungkap.

"Anggota punya peranan penting dalam mengungkap kasus. Seringkali mereka tidak pulang berhari-hari untuk cari pelaku, saya apresiasi, mereka sangat berdedikasi," kata AKBP M Rifai. (*)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Cerita AKBP M Rifai Polisi 'Nyambi' Jadi Tukang Bakso dan Tukang Becak,

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas