Terkuak Prostitusi Online di Kota Metro, 2 Muncikari Sediakan Mahasiswi Bertarif Rp 600 Ribu
LR ditangkap saat akan menawarkan seorang wanita kepada pelanggan di salah satu hotel di wilayah Metro Barat, Kota Metro.
Editor: Hendra Gunawan
Satreskrim Polres Kota Metro mengaku tidak bisa menjerat penikmat jasa maupun perempuan yang menjajakkan tubuhnya kepada pria-pria bandot.
"Memang perangkat hukumnya belum ada. Jadi kita lepaskan. Cuma pembinaan saja. Kecuali, salah satu pihak dilaporkan keluarga. Itu bisa kena perzinahan. Termasuk PSK juga tidak bisa kita jerat. Nah, sekarang ini kan upaya hukum untuk itu kan sedang dibahas. Kita tunggu saja," jelasnya.
Sementara untuk mucikari, bisa dijerat dengan Undang-undang perdagangan manusia serta undang-undang pornografi.
Sehingga selama ini, aparat hanya bisa memberi hukuman kepada mucikari.
Komentar MUI
Majelis Ulama Islam (MUI) Kota Metro sepakat para pelaku praktik asusila ditindak tegas. Sehingga menjadi efek jera bagi masyarakat di Bumi Sai Wawai agar tidak melakukan hal serupa.
Sekretaris MUI Kota Metro Nasriyanto Effendi menilai, pemberantasan praktik maksiat tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Namun harus bersama-sama. Mulai dari pencegahan hingga penindakan secara hukum.
"Kalau kita lihat kasus kemarin kan, mereka dari luar Metro. Artinya, kemungkinan kos di sini. Nah, Satpol PP dapat melakukan razia terhadap hotel dan rumah kos secara kontinu. Juga menyosialisasikan Perda Penyakit Masyarakat," ungkapnya.
Ia menambahkan, jika disosialisasikan terjadi praktik prostitus, maka harus diberikan surat peringatan tertulis sampai teguran keras seperti pencabutan izin usaha.
Libatkan Anak di Bawah Umur
Selain di Metro, prostitusi online juga sempat terungkap di wilayah Lampung Timur awal 2019 ini.
Praktik prostitusi ini juga melibatkan kalangan pelajar.
Ironisnya, praktik maksiat tersebut dijalankan ibu dan anak di Raman Utara, Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Kepada aparat, tersangka PI (36) dan BA (21) mengaku telah menjalankan perdagangan anak di bawah umur selama kurang lebih tiga bulan dengan keuntungan 30 persen dari tarif yang disepakati.
Keduanya telah menjual kesucian Senja (16), Jingga (16), dan Rona (15), bukan nama sebenarnya, kepada pria-pria hidung belang dengan tarif bervariasi, Rp 500 ribu hingga Rp 900 ribu.