Upacara di Pura Petilan Pengerobongan Kesiman, Puluhan Orang Histeris Tusuk Diri dengan Keris
Ketika acara pengerebongan dimulai, puluhan orang berteriak, histeris, menangis. Lelaki perempuan kerauhan (kesurupan).
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Waktu menunjukkan pukul 16.00 Wita, Minggu (13/1/2019). Ribuan orang telah berkumpul di areal Pura Petilan Pengerebongan Kesiman, Denpasar, tempat dilaksanakan upacara pengerebongan.
Upacara ini dilaksanakan setiap 210 hari atau tepatnya seminggu setelah Umanis Kuningan atau Redite Pon Medangsia.
Menurut Sekretaris Bendesa Desa Adat Kesiman, Nyoman Gede Widiarsa, rangkaian upacara dimulai sejak Sugihan Jawa yang dilanjutkan pada saat Umanis Galungan.
Pada saat Umanis Galungan dilaksanakan piodalan yang juga disebut pengebekan.
"Selanjutnya saat Paing Kuningan dilaksanakan yang namanya pemapadan, dan puncaknya adalah hari ini yaitu saat pengerebongan ini," kata Widiarsa.
Baca: Kubu Prabowo Subianto Ancam Mundur dari Pilpres 2019, Djoko Santoso: Masak Orang Gila Suruh Nyoblos
Upacara ini, menurutnya, telah dilaksanakan secara turun temurun sejak dahulu yang diwariskan oleh para leluhur mereka.
"Mengingat desa kita yang luas, ada 31 banjar, sehingga ini tetap dilaksanakan. Ida betara yang lunga (datang) ke sini juga bukan dari Desa Kesiman saja tapi ada dari luar seperti ada dari Pemogan, Bekul, Singgi," imbuhnya.
Dilihat dari berdirinya pura ini, diperkirakan telah dilaksanakan upacara pengerebongan sejak tahun 1937.
Baca: Kepala Timsus Respon Polres Pelabuhan Makassar Iptu Asfada Tembak Anggotanya Pakai Pistol Elektrik
Rangkaiannya yaitu ida betara dari masing-masing banjar rauh ke Pura Petilan sebelum acara dimulai.
Pengerebongan dilaksanakan dengan berputar mengelilingi wantilan yang berada di madya mandala sebanyak tiga kali, yang diikuti dengan prosesi ngurek.
Setelah itu baru dilaksanakan ngider buana, yaitu membawa saput poleng berkeliling, yang dibarengi juga dengan membawa senjata-senjata ida betara.
Pukul 16.35 Wita prosesi pun dimulai.
Ketika acara pengerebongan dimulai, puluhan orang berteriak, histeris, menangis. Lelaki perempuan kerauhan (kesurupan).
Gamelan terdengar bertalu-talu, dan ketika ketukan gamelan semakin cepat, teriakan histeris semakin keras terdengar: aaaahhhhhhh!