Hasto: Tesis Cornelis Lay Soal Kekuasaan dan Intelektual Sangat Kontekstual
Dalam pidatonya, Cornelis menyebut bahwa watak utama intelektual di dalam kekuasaan politik harus mengedepankan kemanusiaan.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA-Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan peran intelektual dibutuhkan dalam melaksanakan kekuasaan. Namun, watak dan cara kekuasaan yang terbentuk haruslah berinti pada kemanusiaan.
Hal itu disampaikan Hasto menanggapi pemikiran Guru Besar Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM Cornelis Lay yang dikukuhkan dalam sebuah upacara di kampus UGM, Yogyakarta, Rabu (6/1/2019). Dalam pidatonya, Cornelis menyebut bahwa watak utama intelektual di dalam kekuasaan politik harus mengedepankan kemanusiaan.
Menurut Hasto, pemikiran Cornelis itu sangat konstekstual. Memang harus ada jalan ketiga dimana tradisi intelektual masih dibutuhkan dalam kekuasaan.
Baca: Jokowi Minta Pelayanan di Kantor BPN Segera Berbasis Digital
"Kami sepakat, antara intelektual dan kekuasaan sangat dibutuhkan. Sehingga terjadi konvergensi untuk saling menemukan bagaimana watak kekuasaan intelektual itu dipertemukan oleh pengabdian kepada kemanusiaan," kata Hasto.
Selama ini, watak kemanusiaan sebagai jiwa bagi intelektual maupun penguasa, sering dilupakan. Sehingga yang terjadi adalah politik tanpa kemanusiaan dan tanpa peradaban.
Dia menyontohkan fenomena saat ini yang disebut sebagai 'propaganda Rusia'. Banyak studi dan pengalaman berbagai negara yang menemukan bahwa propaganda dengan berbasis pada penyebaran hoaks itu sebagai antikemanusiaan.
"Tesis yang terbaik adalah intelektual dan kekuasaan itu terus berada di jalan kemanusiaan," kata Hasto.
Baca: Cornelis Lay Dikukuhkan jadi Guru Besar UGM: Intelektual dan Penguasa Harus Setia Pada Kemanusiaan
Karena itu, tesis yang disampaikan Cornelis tersebut adalah kritik terhadap praktik politik antikemanusiaan. Pada titik itu, penting bagi intelektual dan penguasa untuk selalu mempertemukan tujuan utamanya pada nilai-nilai kemanusiaan. "Sebab tanpa jalan kemanusiaan, tidak ada politik yang membangun peradaban," Hasto menegaskan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.