Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Iseng Buat Gitar karena Orangtua Tak Bisa Membelikannya, Oox Malah Jadi Pengusaha Gitar

Berawal dari keinginan memiliki gitar, Slamet Joko (43) justru menjadi pembuat gitar listrik dan akustik sejak dua puluh tahun terakhir.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Iseng Buat Gitar karena Orangtua Tak Bisa Membelikannya, Oox Malah Jadi Pengusaha Gitar
RIBUN JATENG/AMANDA RIZQIYANA
Slamet Joko (43) alias Ook, pemilik Oox Guitarmaker Ambarawa menunjukkan barang produksinya di bengkel kerjanya yang terletak di Jalan Tentara Pelajar Nomor 99, Kerep, Panjang, Ambarawa, Kabupaten Semarang pada Rabu (6/2/2019) siang. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Amanda Rizqyana

TRIBUNNEWS.COM, UNGARAN - Berawal dari keinginan memiliki gitar, Slamet Joko (43) justru menjadi pembuat gitar listrik dan akustik sejak dua puluh tahun terakhir.

Lelaki yang dikenal dengan nama Ook ini memiliki bengkel kerja bernama Oox Guitarmaker Ambarawa.

Selain bengkel usaha, juga terdapat servis gitar yang terletak di Jalan Tentara Pelajar Nomor 99, Kerep, Panjang, Ambarawa, Kabupaten Semarang.

"Awalnya ingin memiliki gitar seperti teman-teman lain untuk main band, namun orang tua tidak mau dan tidak mampu membelikan," ujarnya saat ditemui pada Rabu (6/2/2019) siang.

Seperti remaja pada umumnya, Ook ingin memiliki aktivitas musik dan menunjukkan eksistensinya.

Setelah belajar bermain gitar, ia sampaikan keinginan pada orang tua untuk memiliki gitar.

BERITA REKOMENDASI

Sayangnya orang tuanya tak mampu membelikan gitar, di samping tak mau anaknya menjadi musisi karena citra musisi pada zamannya.

Namun keinginan Ook untuk memiliki gitar terlalu kuat.

Saat itu bermodalkan gitar pinjaman rekannya, ia membuat pola badan, leher, dan kepala gitar.

Ia sempurnakan sendiri fisik gitar dengan kayu seadanya dan tanpa bantuan siapapun.

Setelah ia berhasil membuat gitar akustik pertamanya, banyak rekan yang tertarik untuk dibuatkan gitar yang sama.

"Teman-teman mulai tertarik untuk dibuatkan gitar dengan ongkos ganti material dan jasa sebesar sebungkus rokok," kenang Ook.

Awalnya Ook tak berniat mengomersilkan kegiatannya.

Namun kemudian orang-orang mulai mengenal namanya sebagai pembuat gitar.

Pelan-pelan, dengan modal seadanya, Ook mulai mengerjakan setiap permintaan gitar.

Kini setelah dua puluh tahun, ia memilki tiga ruko sebagai ruang pajang, ruang potong, dan ruang cat.

Saat ini Ook memiliki dua orang kru tetap dan satu orang kru borongan di bengkel kerjanya.

Selain mengerjakan pesanan gitar, Ook juga menjadi gitaris band lokal Semarang bernama Celcius.

Namun seiring kesibukan personelnya, band hanya manggung sesekali di acara tertentu.
 

Untuk itulah, Ook mengaku hampir paham fisik gitar.

Tak hanya bisa menciptakan fisik gitar sesuai pesanan konsumen, Ook juga bisa membuat gitar menghasilkan suara yang dikehendaki konsumen.

Berbincang tentang konsumen yang pernah memesan gitar produksinya, Ook mengatakan gitaris I Wayan Balawan dan gitaris Andra and The Backbone dan Deadsquad, Stevi Item.

Keduanya memesan gitar di tempatnya. Sejumlah musisi juga sempat menghubunginya dan bertanya-tanya.

"Harga gitar akustik mulai Rp 800 ribu-Rp 3,5 juta, sementara harga gitar elektrik mulai Rp 2,5 juta-Rp 8 juta," aku Ook.

Dalam sebulan Ook mendapat sepuluh pesanan.

Hampir semuanya pesanan lokal Indonesia dan dikirim menggunakan jasa ekspedisi.

Ia berkesempatan mengirimkan hasil karyanya ke Singapura dan Tiongkok belum lama ini.

Selain menerima pesanan produk, Ook mengaku sering mendapat kesempatan untuk unjuk gigi pada pameran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diadakan Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, dan Perindustrian, baik tingkat Kabupaten Semarang maupun Jawa Tengah.

Ook yang membuat gitar costum dari bahan kayu mahoni mengatakan pesanan yang paling banyak datang biasanya permintaan agar fisik gitar seperti yang dimiliki idola.
 

"Sempat ngetren fisik gitar milik gitaris Avenged Sevenfold dan orang-orang berdatangan untuk membuat gitar sejenis," tuturnya.

Meskipun mengerjakan gitar berdasarkan pesanan, Ook mengaku sering kewalahan atas permintaan gitar ready stock karena permintaan tersebut juga sama tingginya.

Ook mengaku belum memiliki cukup modal, terlebih kendala ruang untuk menyimpan gitar.

Hal tersebut memaksa konsumen yang ingin memiliki gitar buatan tangannya, harus tetap menunggu dua minggu-satu bulan lamanya.

Sayangnya, sudah dua tahun ini, izin merek yang diajukan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia belum turun.

Padahal ia sangat mengharapkan agar izin merek tersebut dapat segera diterbitkan agar konsumen yang membeli produknya yakin atas kualitas produknya.

"Untuk kendala yang saat ini ia hadapi ialah faktor cuaca, khususnya pada musim penghujan," ungkapnya saat hujan deras mengguyur Ambarawa dan ia akui hal semacam ini berlangsung setiap hari.

Meskipun ia sudah menyiapkan kayu bahan pembuat gitar sejak setahun sebelumnya, namun saat musim hujan, kayu akan sedikit menyerap air dari udara yang lembab.

Hal tersebut membutuhkan kejelian pada penyimpanan agar jangan sampai material memuai karena uap air maupun embun, namun pesanan tetap dapat dikerjakan.

"Kendala apapun tetap kami hadapi demi merampungkan pesanan gitar," kata Ook, optimis.

Ia berharap produk dan usahanya dapat lebih maju dan menjadi usaha kecil yang mengharumkan Ambarawa dan Kabupaten Semarang. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Berawal Orangtua Tak Membelikan Gitar, Oox Buat Gitar Sendiri, Balawan dan Stevi Item Turut Memesan

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas