Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Para Penambang Tradisional Mencari Berkah dari Aktivitas Banjir Lahar Dingin di Gunung Merapi

Puluhan penambang tradisional berlomba-lomba mengeruk pasir yang melimpah. Slamet menuturkan sehari mampu mengisi penuh satu bak truk dengan pasir.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Cerita Para Penambang Tradisional Mencari Berkah dari Aktivitas Banjir Lahar Dingin di Gunung Merapi
Twitter/BPPTKG
Awan panas guguran di Gunung Merapi pada pukul 08.58 WIB, Senin (11/2/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Tak selamanya bencana jadi musibah dan menyusahkan masyarakat. Nyatanya, jika terjadi banjir lahar dingin, hal itu mendatangkan berkah.

Hikmah di balik musibah dirasakan penambang pasir tradisional di Kali Woro Klaten.

Mereka justru bersorak bergembira saat puluhan ribu kubik material pasir dan batu memenuhi sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi itu jika terjadi banjir lahar dingin.

Peningkatan aktivitas Merapi kali ini berpotensi mengakibatkan banjir lahar dingin meskipun kemungkinannya kecil.

Namun, jika terjadi hujan deras tetap rawan terjadi banjir lahar dingin.

Selama ini guguran lava pijar lebih mengarah ke Kali Gendol yang berada di sisi barat Kali Woro. Keduanya memiliki hulu di Merapi.

Banjir lahar dingin pernah melewati Kali Woro saat peningkatan aktivitas Merapi pada 2010 dan 2006.

Berita Rekomendasi

Sedangkan peningkatan tahun ini diprediksi tidak seperti sebelumnya, sehingga potensi banjir lahar dingin juga kecil.

Baca: Sosok Perempuan saat Andi Arief Ditangkap Diduga Pemandu Karaoke, Dijemput 10 Polisi

Berdasarkan pantauan, sejumlah warga membawa sekop dan cangkul berkumpul di alur Kali Woro.

Tidak ada air yang mengalir sepanjang sungai tersebut, yang ada hanya tumpukan pasir dan batu atau kerikil.

"Ini (pasir dan batu) dibawa banjir lahar dingin beberapa tahun lalu," kata seorang penambang tradisional Kali Woro, Slamet Widodo (41).

Warga Dompol Kecamatan Kemalang, Klaten itu sudah menjadi penambang pasir tradisional sejak tahun 1997.

Menambang pasir dan batu merupakan satu-satunya mata pencaharian yang dia punya.

Gunung Merapi telah mengeluarkan awan panas yang mengarah ke Kali Gendol pada Rabu (27/2/2019), pukul 10.13 WIB.
Gunung Merapi telah mengeluarkan awan panas yang mengarah ke Kali Gendol pada Rabu (27/2/2019), pukul 10.13 WIB. (BPPTKG)

Kali Woro yang merupakan jalur lahar dingin menjadi tempat penampung yang memudahkan warga menemukan pasir dan batu dari Merapi.

Puluhan penambang tradisional berlomba-lomba mengeruk pasir yang melimpah.

Wajah-wajah semringah jelas terlihat dari penambang tersebut. Maklum pasir dari Kali Woro dikenal memiliki kualitas super, untuk material bangunan.

Slamet menuturkan sehari mampu mengisi penuh satu bak truk dengan pasir.

Pada pagi buta sebelum terbit matahari sudah menancapkan cangkul di timbunan pasir.

Baru pada siang hari dia bersama teman-temannya menyudahi pekerjaannya. Upah mencari pasir sebanyak satu bak truk dirasa cukup.

Dalam sehari, ia bisa mengantongi Rp 150 ribu untuk upah mencari pasir.

Upah itu didapatkan setelah ia dan teman-temannya mengeruk pasir hingga memenuhi bak truk.

Terkadang, mereka bisa memuat pasir ukuran setara dua bak truk. Imbalannya pun dua kali lipat.

Upah sebesar itu, kata dia, jauh lebih baik dari pada tahun-tahun sebelumnya.

Ia pernah mendapatkan upah Rp 12.000 dalam sehari dengan mencari pasir setara satu bak truk penuh.

"Memuat satu truk pasir itu saya tidak sendirian, bersama teman-teman, satu kelompok," terangnya.

Peningkatan upah tidak lepas dari kualitas pasir Kali Woro yang dikenal baik karena dari muntahan Merapi.

Bahkan, kata dia, pasir Merapi merupakan terbaik di Indonesia.

Namun, di balik keberkahan itu, ada bahaya yang mengancam.

Banjir lahar dingin bisa terjadi kapan saja saat peningkatan Merapi seperti sekarang ini.

Penambang pasir tradisional lain, Sawaldi (24) menuturkan dirinya dan penambang lain bisa dikatakan mengantongi pengetahuan kapan terjadinya banjir lahar dingin terjadi, meskipun hal itu tidak pasti.

"Kalau hujan deras di sini atau di puncak gunung, kami tidak berani menggali pasir dan batu. Kami naik dari sungai dan bergegas pulang," ucapnya.

Jika terjadi hujan lebat, dikhawatirkan banjir lahar dingin juga terjadi.

Para penambang sudah mengetahui kapan waktunya mereka menghentikan pekerjaan.

Disinggung penambang skala besar yang menggunakan alat berat, Sawaldi menjelaskan penambang jenis itu tidak diperbolehkan menambang di alur Kali Woro.

"Itu bisa merusak. Ya merusak sungai juga merusak mata pencaharian kami sebagai penambang tradisional. Makanya mereka tidak diperbolehkan menambang di sini," ucapnya. (tim)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Berkah Pasir Merapi bagi Penambang Tradisional

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas