Pakar Komunikasi Politik Ini Sebut Kampanye Terbuka Rawan Hadirkan Ujaran Kebencian
Pakar Komunikasi Politik Unikom, Adiyana Slamet, mengatakan kampanye terbuka rawan akan politik identitas.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilda Rubiah
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG- Pakar Komunikasi Politik Unikom, Adiyana Slamet, mengatakan kampanye terbuka rawan akan politik identitas.
Menurutnya, kampanye terbuka rentan menghadirkan ujaran kebencian terhadap pihak lain, terutama lawan politik.
"Dikhawatir (kampanye terbuka) mengulang masalah pada kampanye 2014, saat isi pesan politik mengarah kepada politik identitas," ujar Adiyana Slamet saat dihubungi Tribun Jabar, Jumat (22/3/2019).
Jenis kampanye terbuka, ucapnya, kurang efektif dibandingkan strategi canvassing untuk meraup suara.
Menurutnya, strategi canvassing atau kampanye door to door semisal lebih efektif untuk memikat pemilih.
Tentu saja, imbuh Adiyana Slamet, materi kampanye tergantung geografis dan demografis.
Misalnya, berkampanye di daerah pegunungan maka sasaran adalah pekerja pertanian. Karena itu, materi kampanye pun berkaitan dengan bidang pertanian.
Demikian pula kampanye di daerah pesisir yang sasaran utamanya adalah para nelayan.
Hanya, ucap Adiyana Slamet, perlu pendekatan khusus kepada pemilih milenial, yakni melalui media sosial semisal Instagram, Facebook, atau Twitter.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Pakar Komunikasi Politik Ini Sebut Kampanye Terbuka Rawan Politik Identitas