Pilpres Rasa Pilkades: 2 Triplek Bekas dan Terpal Pengungsian Jadi TPS 15 di Lombok Utara
TPS 15 dikelilingi rumah-rumah warga yang masih belum sempurna. Di samping kiri-kanan terdapat bangunan tempat tinggal yang tidak jauh beda.
Editor: Malvyandie Haryadi
Zubaedah, Ketua TPS 15 Desa Tanjung mengatakan pihaknya menggunakan fasilitas sederhana tersebut untuk meminimalisir anggaran juga merupakan pembeda dari TPS-TPS lainnya.
"Kami gunakan fasilitas yang sederhana untuk meminimalisir anggaran yang kami dapat. Ini kami menggunakan sisa-sisa bangunan Huntara (Rumah Huni Sementara). Ini juga merupakan khas, artinya akan ada perbedaan antara TPS yang berada di tempat yang tidak terdampak bencana dengan yang tidak terdampak bencana," kata dia saat ditemui tribun-bali.com, di lokasi, Selasa (16/4/2019), siang.
Dia mengungkapkan, meskipun demikian hal itu tidak menjadi halangan bagi warganya untuk berbondong-bondong memilih di TPS tersebut.
Disinggung TPS yang bangunannya hampir mirip dengan rumah-rumah pengungsian, dia mengatakan tidak semua seperti itu.
"Beberapa lokasi yang Bale Karya-nya tidak terdampak bencana, mereka gunakan tempat itu. Ada yang pakai sekolahan, banyak sekali. Memang kami beragam, tergantung kembali lagi di kampung masing-masing.
"Contoh lainnya TPS 19 itu didirikan di atas bebatuan. Artinya semangat kami dalam menjalankan Pemilu itu masih tinggi. Semangat kami, semangat 45," ucapnya kencang.
Sementara itu, Gunawan sebagai anggota di TPS 15 mengatakan, TPS yang didirikannya dengan rekannya merupakan TPS yang jauh beda dengan TPS yang digunakannya sewaktu Pemilihan Kepala Desa beberapa waktu lalu.
"TPS seperti rasa pemilihan Pilkades, kenapa saya bilang seperti itu, karena TPS-nya seperti ini, gitu. Coba lihat yang kemarin di Pilkades itu lebih bagus dari ini. Apalagi ini, selain Pilpres, ada DPR RI, DPD, DPRD daerah, tapi kok kayak gini. Kemana dana itu," keluh Gunawan kepada tribun-bali.com.
Walaupun dikatakannya, hal itu terjadi memang sebelum gempa menimpa Lombok Utara.
"Terlepas dari itu memang situasi kami seperti ini jadi situasional saja. TPS yang kami dirikan itu dari bahan dan alat-alat bekas pengungsian di sini yang kita pakai.
"Kita mau pakai Terop juga tidak ada, terpaksa kita harus pakai bahan-bahan yang ada di sini. Bahan pengungsian, mumpung gak dipakai kita gunakan saja. Meja pingpong ada di sini jadi kita pakai juga. Sama dengan TPS 16. Makanya pas tahu gak ada Terop kita pakai terpal saja," ujarnya menjelaskan detail.
"Kita harapkan cuma pemilihannya sukses, itu saja. Perkara tempat itu lain, yang penting warganya semua antusias untuk memilih. Itu saja," harapnya. (*)