Desain Tol Solo-Yogyakarta Kelar, Tinggal Finalisasi Trase Jalan, Masih Ada Sejumlah Kendala
Proyek tol Solo-Yogyakarta segera direalisasikan. Saat ini, desain tol Solo-Yogyakarta ini bahkan sudah selesai berikut kajiannya sudah dilakukan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Proyek tol Solo-Yogyakarta segera direalisasikan. Saat ini, desain tol Solo-Yogyakarta ini bahkan sudah selesai berikut kajiannya sudah dilakukan.
PT Adhi Karya menyatakan telah menyelesaikan kajian dan rancangan desain tol Solo-Yogyakarta yang panjangnya mencapai 160 kilometer tersebut.
Meski demikian, lelang proyek tol Solo-Yogyakarta ini masih harus menunggu finalisasi trase jalan dan juga persetujuan gubernur.
Serahkan desain
Informasi diterima Tribun Jogja terkini dari kompas.com, Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Budi Harto memdesak, lelang pengadaan proyek Tol Solo-Yogyakarta segera dilaksanakan.
Sebagai pemrakarsa, emiten konstruksi berkode ADHI ini, telah melakukan kajian dan merancang desain jalan berbayar sepanjang 160 kilometer ini.
"Kami sudah siap menyerahkan desainnya, tunggu dari pemerintah untuk ditenderkan," kata Budi di Jakarta, Selasa (15/4/2019) lalu.
Sebagai pemrakarsa, imbuh dia, Adhi Karya mendapatkan right to match atau keistimewaan dalam tender.
Nantinya, Adhi Karya akan berkongsi dengan Gama Group untuk membangun proyek yang ditaksir menelan investasi Rp 21 triliun ini.
"Pemerintah akan mengundang pihak yang ingin ikut tender, termasuk Adhi Karya," sebut Budi.
Untuk diketahui, pemerintah masih mematangkan trase proyek Tol Solo-Yogyakarta.
Saat ini, persoalan trase masih menunggu persetujuan dari Gubernur Yogyakarta Sri Sultan HB X.
"Ini perlu approval. Kalau (Gubernur) Jawa Tengah ini sudah final, Yogyakarta yang masih perlu dibahas," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, beberapa waktu lalu.
Finalisasi trase
Menurut dia, Direktorat Jenderal Bina Marga masih melakukan pembahasan final untuk trase jalan tol yang akan melintasi wilayah Yogyakarta.
Bila pembahasan telah rampung, Kementerian PUPR akan menyampaikan hal tersebut kepada Gubernur Yogyakarta.
"Setelah itu baru izin penlok (penetapan lokasi), DPPT (Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah)," ujarnya.
Hindari situs
Pemda DI Yogyakarta sebelumnya masih membahas seputar pembangunan tol Yogya-Solo tersebut. Pemda DIY memiliki beberapa opsi terkait pembangunan tol itu.
Hal itu terutama berkaitan dengan persoalan situs yang ada di kawasan Prambanan.
“Ada empat opsi yang kami tawarkan. Utamanya kaitannya dengan hitung-hitungan ekonomi, apakah akan dibuat elevated, ruasnya panjang dan pendek,” ujar Sekda DIY, Gatot Saptadi, Selasa (12/3/2019).
Menurut Gatot, persoalan krusial yang sampai saat ini harus disepakati adalah mengenai situs yang ada di kawasan perbatasan Prambanan.
Menurutnya, pembangunan ruas jalan dari ujung tol Yogya-Bawen hingga Yogya-Solo tidak bisa hanya ditarik dengan garis lurus.
“Yang penting, nantinya harus menghindari situs yang ada. Kalau ada ruas jalan plus minus 500 meter dari situs,” paparnya.
Untuk ruas tol Yogya-Solo ini, perencanaannya memang akan diserahkan pada pihak swasta.
Namun, pihaknya belum mengetahui secara detailnya karena hal tersebut menjadi wewenang dari pemerintah pusat.
Tol Bawen-Yogyakarta
Bawen Yogya desain sudah, kewenangan investor atau swasta.
Yogya Bawen desain rencana dari pemerintah ditawarkan ke swasta, sedangkan Yogya-Solo, perencanaan ke swasta.
“Kalau yang tol Yogya-Bawen sudah ada DEDnya dan itu nanti terserah pemerintah pusat apakah mau digarap dengan APBD atau ada swasta yang membangun,” jelasnya.
Adapun sebelumnya, Gatot juga menyebutkan ada lima alternatif exit tol dari Yogya menuju Manisrenggo. Nantinya, semua exit tol menuju Manirenggo ini akan melalui kawasan Maguwoharjo.
Diantaranya, ada yang lewat stadion, ada yang masuk ke selatan Candi Sambisari baru ke utara, ada yang ke selatan Candi Kedulan.
“Ini artinya baru gambaran pintu keluar dari Yogya, kalau Manirenggo ke Solo itu nanti urusan Jateng,” urai Gatot.
Untuk jalan ini, pihaknya juga memegang pesan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X untuk memilih jalan yang tidak menimbulkan dampak sosial di masyarakat.
“Yang jelas menghindari situ seperti Prambanan, jangan memanfaatkan lahan produktif dan juga jangan mengganggu ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Menurut Gatot, pembangunan exit tol atau jalan tol yang mengganggu ekonomi masyarakat diantaranya adalah dibangun di atas pasar Prambanan.
Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu perekonomian di kawasan tersebut.
Cermat
Tim Pelaksana Harian Unit Manajemen Tim Pelaksana Percepatan Pembangunan Prioritas (TP5) DIY, Rani Sjamsinarsi masih enggan berkomentar terkait dengan rencana tol Yogya-Solo.
Hanya sebelumnya dia mengatakan persoalan situs yang akan dilalui jika tol Jogja-Solo dibangun perlu dipikirkan secara matang. Jalur yang akan menjadi akses jalan tol pun bisa bergeser jika di dalamnya terdapat situs atau peninggalan budaya.
"Kalau dibangun jalan tol di dalamnya belum tahu juga khan ada (situsnya) atau tidak. Kalau ada ya harus digeser," kata Rani.
Rani menjelaskan, untuk itulah tol Jogja-Solo memang harus cermat dalam desain. Apalagi, jangan sampai merusak dan menabrak situs yang sudah ada.
Menurutnya, jalan tol Jogja- Solo ini belum ada penetapan mengenai trasenya. Termasuk pintu masuk dan keluarnya juga belum diketahui.
Dia juga mengatakan, jika memang dilalui tol maka kemanfaatan untuk masyarakat dan Yogya juga harus dipikirkan. Memang tidak bisa ditolak karena jalan regional Jawa dilalui oleh akses ini. (ais/ Tribunjogja.com )