KIsah Sedih Alvi, Dalam 40 Hari Jadi Yatim-piatu, Sang Ibu Wafat Setelah Jadi Petugas KPPS
Masih tampak kesedihan di wajah pelajar SMPN 7 Kota Madiun yang duduk di bangku kelas VII ini.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Bendera putih tampak masih terpasang di depan rumah Supin Indarwati (37), RT 012/ RW 003, Desa Pilangrejo,Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Kamis (25/4/2019) pagi.
Sejumlah ibu-ibu, tampak memasak mie telor di bawah tenda terpal berwarna oranye dan coklat.
"Nanti malam acara tiga harinya almarhum. Nanti ada pengajian sampai tujuh harinya," kata Sirah (63), bibi almarhum Supin, saat ditemui pagi itu.
Pagi itu beberapa tamu datang untuk mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Supin.
Baca: Dipanggil Wakil Presiden Oleh Rais Aam PBNU, Ini Jawaban Kiai Maruf Amin
Baca: Kisah Bripka Lalu Agus Kusnandar, Dicopot Dari Jabatan Hingga Anak Tembus Timnas Pelajar U15
Baca: TERPOPULER HEBOH Video 42 Detik Pasien Berhubungan Intim di RS, si Wanita Sempat Sadar Kamera
Para tamu tersebut ditemui oleh Sirah.
Beberapa saat kemudian, Alvi Nurrahma (13) anak semata wayang mendiang Supin keluar dari kamar.
Dia lalu mengambil tempat, duduk di tikar yang digelar di ruang tamu.
Masih tampak kesedihan di wajah pelajar SMPN 7 Kota Madiun yang duduk di bangku kelas VII ini.
Ia tak menyangka, ibu kandungnya meninggal secepat itu.
Apalagi, sekitar 40 hari yang lalu ayah kandungnya juga meninggal.
"Ya kaget, tidak menyangka," kata remaja yang genap berusia 13 tahun pada 2 Maret 2019 lalu.
Anak tunggal ini menuturkan, setelah ayahnya meninggal, ia hanya tinggal berdua dengan ibunya.
Setiap hari, ia tidur seranjang dengan sang ibu di rumahnya.
Kini, ia kehilangan dua sosok yang dicintainya.
Setelah kedua orangtuanya tidak ada, ia mengatakan akan tinggal bersama neneknya.
"Nanti sama nenek di (kecamatan) Geger," katanya.
Ia menceritakan, mungkin ibunya sakit karena kelelahan saat bekerja menjadi petugas KPPS di TPS 06 Desa Pilangrejo.
Namun, selain itu ibunya juga memiliki riwayat diabetes.
"Dulu juga pernah seminggu sakit perut, tetapi cuma dirawat di rumah," katanya.
Alvi menuturkan, pada saat pencoblosan Pemilu 2019, Rabu (17/4/2019), ibunya berangkat pukul 06.00 WIB, dan pulang Kamis (18/4/2019) pukul sekitar 02.30 dini hari.
Pagi, sehari setelah pencoblosan, ibunya sempat mengajaknya pergi mencari sarapan.
"Pagi setelah pencoblosan itu masih sehat, ngajak makan di luar beli bakso," katanya.
Setelah sarapan, ibunya kemudian mengajaknya ke TPS.
Di sana, ibunya bersih-bersih TPS hingga pukul 13.00 WIB, kemudian pulang ke rumah untuk beristirahat.
Jumat (19/4/2019) siang, ibunya mengeluh sakit perut dan muntah-muntah.
Begitu juga pada Sabtu (20/4/2019), ibunya masih muntah-muntah.
Setelah dua hari tak kunjung sembuh, Minggu (21/4/2019) ibunya dibawa ke Rumah Sakit Griya Husada, dan diberi obat oleh dokter.
Senin (22/5/2019) keesokan harinya ibunya dibawa ke rumah sakit Griya Husada, namun karena kamar rawat inap penuh, akhirnya ibunya dibawa ke RSUD dr.Soedono.
Sempat dirawat di RSUD dr.Soedono, kondisi ibunya tidak kunjung membaik.
Rabu (24/4/2019) dini hari, ibunya dipanggil Sang Khalik.
"Pas ibu meninggal saya sedang tidur di luar ruangan, pakai tikar. Jadi nggak tahu," katanya.
Dia menceritakan, sebelum meninggal, ibunya bersikap tidak sewajarnya.
Ibunya malah menjadi seorang pemarah.
"Kalau saya ajak ngobrol malah marah," katanya.
Yang membuatnya, semakin sedih adalah, ruang dan kasur pasien yang digunakan ibunya di RSUD dr.Soedono, adalah ruang dan kasur yang sama digunakan oleh almarhum ayahnya.
"Ruang High Care Unit, Irna Wijaya Kusuma tempat tidur nomor empat. Itu tempat ayah saya dirawat.
Jadi masuk ruangan itu, saya langsung nangis langsung kaget," kata gadis yang bercita-cita ingin menjadi dokter.
Istri Kades Pilangrejo, Purwati (45) mengatakan, Supin adalah sosok perempuan yang aktif di berbagai kegiatan di desa.
"Rajin orangnya, dia aktif ikut kegiatan PKK, organisasi muslimat, yasinan sore. Pokoknya, dia memiliki jiwa sosial tinggi, jadi kader Posyandu juga.
Orangnya baik, semua kegiatan di desa diikuti, organisasi keagaaman juga. Kalau orang Jawa bilang grapyak," katanya.
Diberitakan sebelumnya, seorang anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kabupaten Madiun meninggal dunia, Rabu (24/4/2019) dini hari.
Anggota KPPS bernama Supin Indarwati (37) ini diduga meninggal akibat kelelahan bertugas di TPS 06, Desa Pilangrejo, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.
Meninggalnya Supin menambah daftar panjang panitia Pemilu yang meninggal dunia saat bertugas. (Rahadian Bagus)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Sedih Anak Anggota KPPS yang Jadi Yatim Piatu Setelah Pemilu 2019,