Harga Tiket Selangit, Prianto Akali Terbang ke Malaysia Dulu Lalu ke Aceh
Mahalnya harga tiket tersebut tak membuat seorang warga Bandung yang bekerja di Aceh habis akal.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Tiket ekonomi untuk rute dari Jakarta atau Bandung ke Medan habis.
Dari berbagai layanan pemesanan tiket, rute tersebut untuk untuk kelar ekonomi sudah kosong.
Tersisa kelas bisnis yang harganya mulai dari Rp 13 juta hingga paling mahal Rp 21 juta.
Mahalnya harga tiket tersebut tak membuat seorang warga Bandung yang bekerja di Aceh habis akal.
Dia menggunakan rute lain untuk menghemat ongkos tiket.
Prianto, yang sudah hampir 10 tahun bekerja di Aceh rupanya punya cara tersendiri untuk mengakali mahalnya tiket dari Bandung ke Aceh.
Dia menggunakan maskapai luar negeri dan mengambil rute Kuala Lumpur, Malaysia.
Baca: Prediksi Final Liga Eropa: Chelsea vs Arsenal, Adu Taktik Sarri-Emery
Baca: Do-It Berikan Edukasi Literasi Keuangan untuk Milenial agar Terhindar dari Perilaku Konsumtif
Baca: Pernah Dikontrak Klub Premier League, Pemain Ini Kini Gabung Klub Divisi Bawah Thailand
Baca: Maju Jadi Caketum BPP Hipmi, Ini Cara Mardani H Maming Orbitkan Pengusaha Daerah ke Level Nasional
"Kalau pulang dari Bandung ambil rute Kuala Lumpur. Baru lanjut ke Banda Aceh," ujar Prianto kepada Tribun Jateng, Rabu (29/5/2019).
Namun cara yang dilakukan Prianto ini sedikit membutuhkan kesabaran.
Bagi yang terburu buru, dia tidak menyarankan menggunakan rute tersebut.
"Semua harus chek in ulang. Kudu ada paspor juga. Tiket dibeli pun harus H-3 sebelum berangkat," ujarnya.
Selain itu, kata Prianto, harus ada jeda minimal 3 jam antara kedatangan di Kuala Lumpur dan keberangkatan ke Banda Aceh.
"Biar gak kepepet di imigrasi Malaysia," katanya.
Di hari biasa, Prianto terkadang hanya menghabiskan uang Rp 1,5 juta untuk sekali berangkat dari Bandung ke Aceh.
Namun di musim mudik lebaran kali ini, dia mengaku sedikit merogoh kocek tambahan lantaran hampir semua maskapai terjadi kenaikan harga tiket.
"Biasanya 1,5 juta udah paling mahal itu. Tapi kalau musim mudik, ada tambahan.
Kalau ditotal bisa sampai Rp 2,4 juta," katanya.
Tingginya harga tiket domestik dari maskapai dalam negeri diakui Prianto tak sesuai dengan apa yang didapatkan di bandara.
Ia berharap, mahalnya tiket pesawat juga dibarengi dengan fasilitas yang ada di bandara.
"Kalau boleh kasih saran, bandara di Indonesia harus jadi destibasi wisata baru juga. Bukan sekedar tempat datang dan pergi.
Harapannya, bandara ada perputaran uang yang bisa menunjang perekonomian.
Jadikan bandara itu destinasi wisata kalau perlu," pungkasnya. (M Radlis)