Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Festival Kampung‎ Digelar di Kaki Gunung Sumbing untuk Regenerasi Pelaku Seni

suasana hangat penuh keakraban khas pedesaan, begitu terasa di stadion bola voli desa setempat.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Festival Kampung‎ Digelar di Kaki Gunung Sumbing untuk Regenerasi Pelaku Seni
TRIBUN JATENG/YAYAN ISRO ROZIKI
Penampilan tari Topeng Ireng ?Sekar Mulyo Asri dari Dusun Tlogo, Desa/Kecamatan Tlogomulyo, dalam 'Festival Kampung' di Desa Jragan, Kecamatan Tembarak, Sabtu (15/6/2019) malam. 

TRIBUNJATENG.COM, TEMANGGUNG - Udara di kaki Gunung Sumbing, di Desa Jragan, Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung, kian malam makin terasa dingin, Sabtu (15/6/2019).

Namun, suasana hangat penuh keakraban khas pedesaan, begitu terasa di stadion bola voli desa setempat.

Ribuan orang menyesaki deretan bangku-bangku beton, --bahkan sebagian lainnya terpaksa lesehan beralas terpal di arena voli--, demi menyaksikan pementasan seni tradisi dalam gelaran 'Festival Kampung'.

Panggung sederhana berkarpet merah terhampar di hadapan mereka.

Seni hadrah Sirojul Ghufron membuka kegiatan bertajuk silaturahmi pentas itu.

Greget masyarakat semakin riuh, saat kelompok tari Topeng Ireng Sekar Mulyo Asri dari Dusun Tlogo, Desa/Kecamatan Tlogomulyo, pentas di atas panggung.

Laga Uji Coba Persitema Temanggung Vs PSIS Semarang Tertunda Karena Alasan Ini

Para penari dan juga pengiring musik, semua dimainkan oleh para remaja belasan tahun.

Berita Rekomendasi

Usai Topeng Ireng, duet lawak Duo GG dari Tuban turut memeriahkan suasana.

Selanjutnya, kelompok tari Soreng ‎Wahyu Putro Manunggal dan Kuda Lumping Ngesti Budoyo Singo Barong, --keduanya dari Jragan--, memungkasi pementasan malam itu.

Seorang penari Topeng Ireng, Intan Desa Oktavia (18), mengaku antusias mengikuti gelaran 'Festival Kampung' ini.‎

Baca: Menhan Ryamizard Ryacudu: Lambat atau Cepat, Polisi Nanti akan di Bawah Kementerian

Sejak beberapa tahun lalu, ia menekuni tari ini, lantaran ingin turut melestarikan kesenian berbasis tradisi di lingkungan masyarakatnya.

"Jangan sampai Topeng Ireng musnah, karena tak ada generasi muda yang menekuninya. Regenarasi pelaku seni harus berlanjut," ujarnya.

‎Direktur Kesenian Direktorat Jenderal Kebudayaan, Dr. Restu Gunawan, membuka secara resmi gelaran tersebut, bersama Bupati Temanggung, M. Al Khadziq.

Restu mengatakan, gelaran ini merupakan bagian dari resolusi yang muncul dalam kongres kebudayaan.

Menurut dia, pemerintah berupaya mendorong tumbuh-kembang dan kelestarian seni-budaya berbasis tradisi di desa-desa atau kampung-kampung di seluruh nusantara.

Dikatakan, selain melestarikan seni-budaya, ini juga bagian dari upaya menggali local wisdom (kearifan lokal).

‎"Di era milenial, anak-anak seringkali lupa, bahwa di daerahnya punya local wisdom dan local genius, berbasis seni tradisi‎. Kami terus berupaya mendorong masyarakat di kampung-kampung untuk terus berkesenian," katanya.

Usai Libur Lebaran, Harga Tiket Kereta Api Sudah Mulai Normal Hari Minggu Ini

Ditambahakan, kesenian dan kebudayaan lekat kaitannya dengan pendidikan karakter.

Karena itu, berkesenian juga bagian dari upaya menumbuhkan pendidikan karakter sejak dini.

Ia berharap, gelaran semacam ini juga menjadi bagian dari regenarasi pelaku seni.‎

"Tak ada pementasan yang berhasil tanpa saling memahami, toleransi dan rasa tepo seliro, ‎yang tinggi," tuturnya.

Di samping itu, ke depan ia berharap maraknya pentas atau even kesenian‎-kebudayaan di daerah, dapat menggerakkan ekonomi kreatif.

Dituturkan, ke depan diprediksi 35 persen jenis mata pencaharian akan musnah digilas teknologi.

"Yang akan terus bertahan di antaranya adalah kreatifitas. Berkesenian itu adalah kreatifitas itu," paparnya.

‎Ditandaskan, berkesenian tak harus bertempat di gedung-gedung mewah yang dibangun khusus untuk pertunjukan. Akan lebih bijak, bila bisa memanfaatkan ruang-ruang yang telah ada.

"Di Jragan ini bagus sekali, lapangan voli yang desainnya ramah untuk pementasan kesenian. Di luar negeri, seni pertunjukan juga memanfaatkan bangunan-bangunan yang telah ada, semisal bekas penjara, gedung tua, atau lainnya," tandasnya.

Ditambahkan, kegiatan serupa ini juga digelar di dua kabupaten lain di luar Jateng.

Yakni, di Tulungagung, Jawa Timur, dan Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).‎

‎Kasubdit Pembinaan Tenaga Kesenian‎ Ditjen Kebudayaan, Yusmawati, menambahkan ini juga bagian dari upaya saling mendukung kelompok-kelompok kesenian yang sebelumnya tak terjangkau pemerintah.

Selain itu, konsep yang diusung adalah kekerabatan antar kampung.

"Dulu, kalau ada pentas di kampung sebelah, misalnya, kampung-kampung di sekitar turut mendukung, nyengkuyung," katanya.

Koordinator Program Utama Festival Kampung, Very Adrian, gelaran ini sama sekali berbeda dengan Festival Sindoro Sumbing (FSS), meski waktu perhelatannya hampir berbarengan.

Pun, gelaran ini juga tak hendak menyaingi FSS.

"Bagaimana kami mau bersaing, FSS disokong dana begitu besar, sementara kami (pendanaannya) minimal. Namun begitu, Festival Kampung ini kami garap dengan serius dan maksimal,"‎ tuturnya.

Dituturkan, gelaran ini merupakan edukasi untuk pelaku kesenian di arus bawah masyarakat.

Ia berharap, ini menjadi pemantik dan menginspirasi kampung-kampung lain untuk terus berkesenian.

"Kami harap, ke depan akan muncul kegiatan-kegiatan serupa di kampung-kampung lain. Semangat dari kegiatan ini adalah gotong royong, guyub rukun migunani," kata alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.

Disebutkan, selain pementasan di Jragan, masih terdapat dua pementasan lain.

Yakni, di Dusun Logede pada tanggal 17 Juni dan pada 19 Juni di Kecamatan Tologmulyo. 

Menurutnya, kegiatan seperti ini merupakan bagian dari upaya untuk memajukan Temanggung.

Nara sumber program dari ISI Yogyakarta, Eliandra, mengatakan gelaran 'Festival Kampung' di Temanggung ini cukup surprise.

Menurut dia, kemeriahan dan anima masyarakat dan pelaku seni dalam gelaran ini sungguh di luar ekspektasi.

"Dalam festival ini keterliatan anak-anak cukup baik. Karena memang festival harus melibatkan anak-anak. Mereka nanti yang akan memegang estafet kesenian-kebudayaan," pungkasnya. (yan)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Lanjutkan Regenerasi Pelaku Seni, Festival Kampung‎ Digelar di Kaki Gunung Sumbing, https://jateng.tribunnews.com/2019/06/16/lanjutkan-regenerasi-pelaku-seni-festival-kampung-digelar-di-kaki-gunung-sumbing?page=all.
Penulis: yayan isro roziki
Editor: suharno

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas