Kisah AKBP Gatot Hendro Hartono, 19 Tahun Buru Benda Antik Mulai Peluit Hingga Mesin Tik Polisi
Setelah mencari sumber literatur dan bertukar pengetahuan dengan sejumlah tokoh, dia menyimpulkan Kota Salatiga menyimpan
Editor: Hendra Gunawan
Keintiman dengan dunia barang antik konan termotivasi oleh semangat personal yang besar guna merawat nilai-nilai sejarah di baliknya.
“Lebih dari itu, saya ingin memberi contoh pada Polres lain. Apabila menemukan benda bernilai sejarah, supaya dikumpulkan dan dirawat.
Dari benda mati itu, kita bisa mengetahui senior-senior dulu bekerja menggunakan alat seperti apa dan kesulitannya bagaimana.
Sebagai contoh mesin tik. Pasti jika terjadi salah ketik ganti kertas berulang kali,” jelasnya.
AKBP Gatot yang sekarang berusia 42 tahun menjabat Kapolres Salatiga sejak 7 Desember 2018.
Pada masa awal jabatan, dia prihatin melihat sejumlah barang tua dalam kondisi tidak terawat.
Setelah mencari sumber literatur dan bertukar pengetahuan dengan sejumlah tokoh, dia menyimpulkan Kota Salatiga menyimpan banyak potensi peninggalan sejarah.
Tak hanya di era kolonial tapi juga jauh ke belakang saat peradaban Hindu-Budha berkembang di Jawa Dwipa.
Baca: Twitter akan sembunyikan twit politisi yang langgar aturan
Baca: Berkat Bus Rapid Transit, Jakarta Masuk Kota Terbaik dalam Inovasi Transportasi
Ketika itu. Gatot secara spontan membongkar beberapa gudang lama yang ada di lingkup Polres Salatiga.
Ditemukanlah sejumlah barang kuno sebagai "harta karun' masa lalu.
Mulai dari mesin ketik, helm polisi, pedang milsco, alat identifikasi, kamera film, tameng dalmas rotan, sepeda tua kepolisian tua, dan alat-alat komunikasi.
Seluruhnya bermuatan sejarah tentang alat kelengkapan tugas-tugas polisi tempo doele.
“Semua benda-benda itu tersimpan rapi di lemari khusus aula polres sebagai memorabilia Polres Salatiga.
Jadi mungkin anggota saya juga ada yang bingung, ini kapolres kok sukanya benda tua, aneh. Prinsipnya, saya menyukai barang atau benda bernilai seni, sejarah atau budaya apa pun itu,” jelasnya.