Kisah AKBP Gatot Hendro Hartono, 19 Tahun Buru Benda Antik Mulai Peluit Hingga Mesin Tik Polisi
Setelah mencari sumber literatur dan bertukar pengetahuan dengan sejumlah tokoh, dia menyimpulkan Kota Salatiga menyimpan
Editor: Hendra Gunawan
AKBP Gatot berharap, lewat barang kuno syarat nilai sejarah itu anggota Polres Salatiga dapat mengambil pelajaran dari para seniornya di masa lalu.
Mereka bertugas dengan bantuan alat seadanya sangat sederhana dibandingkan polisi di era modern.
Sepanjang menjadi pencinta benda bernilai sejarah, ayah dua anak ini tentu memiliki pengalaman paling berkesan.
Yaitu ketika menemukan artefak batu yoni secara tidak sengaja di tempat pembuangan sampah Polres Salatiga.
Pasalnya, setelah diperiksa oleh petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng, batu yoni tersebut merupakan benda cagar budaya peninggalan era Hindu-Buddha abad VIII atau IX.
“Setelah didaftarkan, atas seizin BPCB Jateng kami pajang di depan pendopo polres dengan status titipan,” tuturnya.
Saya mendapat kesempatan melihat langsung hasil usahanya bergerilnya mengumpulkan benda syarat sejarah kepolisian.
Barang-barang itu tertata rapi dalam almari kayu di aula Mapolres Salatiga.
Sejumlah pekerja sedang memasang foto-foto repro mengenai Salatiga tempo doeloe yang sumbernya beradal dari Leiden, Belanda.
Sebagian barang-barang antik yang tersimpan merupakan hasil temuan.
Selebihnya pemberian pribadi ketika AKBP Gatot berkunjung ke sesama penggemar barang antik.
Foto-foto yang dipajang itu berjumlah ratusan, hasil salinan (repro) dari tahun produksi 1800-1900-an.
“Kalau foto-foto ini saya dapat dari sejarawan Salatiga. Meski tidak asli atau salinan dari Leiden tapi sangat berharga. Kalau milik pribadi, ada peluit polis.
Sekarang yang masih belum ketemu seragamnya. Sudah saya coba hubungi para senior veteran tapi mereka sudah tidak menyimpan,” ungkapnya.