Menangis Saat Diantar ke Sekolah, Jadi Firasat 'Kepergian' Wiko Siswa SMA Taruna Korban Penganiayaan
Sempat terjadi sesuatu yang dirasa aneh ketika orang tua Wiko mengantar anaknya pertama kali masuk asrama SMA Taruna.
Editor: Dewi Agustina
Mereka yang sehari-harinya mencari nafkah dengan cara berdagang sayuran di pasar Induk Jakabaring, juga sangat ingin anak mereka itu menjadi seorang anggota TNI.
"Wiko punya punya postur badan yang proporsional. Tinggi badannya sekitar 170 cm, pembawaannya juga tegap. Jadi orang tuanya sangat mendukung dia jadi TNI. Dia juga suka olahraga angkat barbel. Sering latihan di rumah," ujarnya.
"Dia juga tidak punya catatan penyakit buruk. Sehat anaknya, tidak ada penyakit apapun," ungkapnya.
Tak hanya diketahui keluarga, keinginan Wiko menjadi anggota TNI juga diketahui oleh orang di sekitarnya termasuk pihak SMP PGRI 1 Palembang tempat Wiko mengenyam pendidikan dulu.
Saat ditemui usai melayat jenazah Wiko di rumah duka, kepala SMP PGRI 1 Palembang, Marta Chandra Lela mengatakan Wiko sangat aktif dalam berbagai kegiatan di sekolahnya.
"Dia juga ketua kelas, anaknya aktif di kegiatan-kegiatan olahraga, organisasi dan masih banyak lagi," ungkapnya.
Marta sangat menyayangkan tewasnya Wiko karena diduga menjadi korban kekerasan saat mengikuti MOS di sekolahnya.
"Semoga kasus ini cepat diusut tuntas," ujarnya.
Suasana duka masih menyelimuti kediaman keluarga Wiko Jerianda yang bertempat di Jalan pertahanan Komplek Srimas kecamatan Seberang Ulu II Palembang, Sabtu (20/7/2019).
Wiko merupakan siswa SMA Taruna Indonesia Semi Militer Plus yang diduga meninggal karena menjadi korban kekerasan saat mengikuti Masa Orientasi Siswa di sekolahnya.
Pantauan Tribunsumsel.com, terlihat para pelayat silih berganti mendatangi rumah duka.
Terpasang dua unit tenda di jalan tepat depan rumah.
Lantunan ayat suci Alquran dan surat Yasin, terus dibacakan oleh pelayat yang datang.
Terlihat pula teman dan guru Wiko semasa masih mengenyam pendidikan di SMP PGRI I Palembang juga berada rumah duka.