Modus PSK di Prostitusi Online Pakai Kode Tertentu, Ada Juga Pelanggan Minta Yang Aneh-aneh
Seorang PSK yang menggunakan aplikasi MiChat mengatakan, ia rata-rata melayani tiga orang sampai lima orang per hari.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Polisi membongkar kasus prostitusi online via WhatsApp di Metro, Lampung pada pertengahan Juni 2019 silam.
Reporter Tribunlampung.co.id yang kemudian melakukan liputan mendalam terkait prostitusi online di kota tersebut menemukan fakta lain.
Hal itu termasuk cara pekerja seks komersil atau PSK menggaet pelanggan.
Selama empat hari pada Juli 2019, reporter Tribunlampung.co.id menemukan bahwa aplikasi MiChat menjadi alat untuk transaksi esek-esek tersebut.
MiChat merupakan aplikasi pesan gratis berbasis lokasi, yang bisa membantu pengguna untuk menemukan teman-teman baru dan orang-orang di sekitar.
Pada umumnya, penggunaan MiChat bertujuan positif.
Baca: Panglima TNI Restui Produksi Film Sepatu Tua untuk Ibu
Baca: Dialog - Sistem Error, Bank Mandiri Pastikan Saldo Nasabah Aman (1)
Baca: Jadwal Final Indonesia Open 2019, Live Trans7, Indonesia Kunci Satu Gelar di Sektor Ganda Putra
Tapi, ada beberapa pengguna yang memanfaatkan aplikasi ini untuk kepentingan negatif, antara lain praktik prostitusi online.
Hal itu satu di antaranya diungkapkan seorang pria bernama JT.
Ia mengaku, aplikasi MiChat merupakan cara komunikasi paling mudah dan aman dengan PSK dalam prostitusi online, termasuk di Metro, Lampung.
Menurutnya, fitur dalam aplikasi MiChat membuat ia mampu mengetahui lokasi lawan bicara.
Sehingga, ia bisa langsung terhubung dengan pengguna lainnya yang berada dalam satu wilayah.
Untuk mengetahui pengguna MiChat yang menjajakan diri, JT mengatakan, hal tersebut cukup mudah.
Biasanya, lanjut JT, ada kode dalam profil status pengguna.
Kode tersebut seperti BO, ST, LT, dan sebagainya.
"Kalau untuk harga variatif. Tapi, harga bersahabatlah, dan masih bisa nego juga."
"Tergantung komunikasi kita gimana. Bisa minta kirimin foto dulu, karena ada beberapa yang pake profilnya beda."
"Biar gak jebakan batman. Intinya sih mudah, karena kalau enggak cocok, tinggal ganti yang lain," urainya.
Reporter Tribunlampung.co.id kemudian mencoba menggunakan aplikasi MiChat untuk mengetahui keberadaan PSK dalam prostitusi online di Metro, Lampung.
Hal yang dikatakan JT ternyata benar adanya.
Di Indekos
Setelah mencoba mengajak berkomunikasi dengan PSK dalam prostitusi online lewat aplikasi MiChat, reporter Tribunlampung.co.id menemukan sejumlah fakta.
Seorang PSK mengaku mematok tarif sebesar Rp 400 ribu untuk sekali kencan.
Namun, tarif tersebut masih bisa turun.
"Bisa (turun tarif), Rp 350 ribu," katanya.
Adapun, lokasi pertemuan di indekos.
"Tempat di kos aku," ujarnya.
Selain indekos, ada juga PSK yang hanya bersedia melayani tamunya di hotel.
Adapun, tarif yang ditawarkan rata-rata berkisar Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu untuk sekali kencan.
Sementara untuk layanan lebih lama, mulai dari harga Rp 800 ribu hingga jutaan rupiah.
Hasil penelusuran reporter Tribunlampung.co.id, setidaknya ada 11 akun yang menawarkan jasa transaksi esek-esek yang terang-terangan di aplikasi MiChat di sekitar Taman Merdeka, Metro, Lampung.
Jumlah Pelanggan
Seorang PSK yang menggunakan aplikasi MiChat mengatakan, ia rata-rata melayani tiga orang sampai lima orang per hari.
"Paling banyak tuh pernah tujuh orang sehari. Cuma kalau sudah dapat lima, biasanya pelanggan yang lain aku cancel aja," katanya.
"Karena lumayan capek. Kalau harga sih minimal Rp 300 ribu untuk sekali yah, tapi lihat orang juga sih, kalau lebih dewasa Rp 400 ribu," paparnya.
Baca: Singgung Soal Karma, Mbah Mijan Ungkap Terawangannya tentang Rey Utami dan Pablo Benua
Baca: Hasil Akhir Madura United vs Arema FC di Pekan ke-10 Liga 1 2019, Tuan Rumah Unggul 1-0
Wanita tersebut mengaku memilih melayani tamunya di indekos.
Karena menurutnya, indekos jauh lebih aman dan hemat ketimbang hotel.
Para pelanggannya tidak lagi dibebankan harus membayar sewa tempat seperti hotel.
Namun demikian, rumah indekos nyaman bukan berarti.
Karena, dirinya pernah diangkut Satpol PP saat razia.
"Tapi tetap amanlah. Karena cuma didata saja. Habis itu pulang. Waktu itu pas lagi sama pelanggan juga, cuma ya gitu aja," imbuhnya.
Saat ditanya mengenai para pria hidung belang yang pernah memakai jasanya, ia tidak pernah mengusik pekerjaan atau latar belakang mereka.
Namun, ia menjelaskan, pelanggannya terdiri dari seluruh kalangan.
Hal itu mulai dari remaja, pelajar atau mahasiswa, hingga orang dewasa alias om-om.
Selama ini, ia hanya mau bertransaksi di rumah indekos yang ia siapkan.
Tapi, ada pengecualian khusus untuk pelanggan tetap.
"Enggak pernah tanya-tanya sih, yang penting saya ramah. Ada yang mau cerita dulu, ya kita dengar, ada yang mau langsung, ya kita ikutin."
"Ada sih yang aneh, minta macam-macam lah. Aku ikut sebisa mungkin, kalau masih normal ya, cuma kalau udah aneh betul, aku nggak mau," imbuhnya.
Perempuan berkulit kuning langsat ini menambahkan, dirinya bekerja sendiri tanpa mucikari.
"Aku sendiri. Cuma kalau tahu online ini, memang dari teman," tuturnya.
Satu Kamar Dipakai Bertiga
Sebelumnya, cerita mengenai prostitusi online menyeruak di Jambi.
Seorang pegawai honorer pemda menyambi sebagai pekerja seks komersil (PSK).
Penghasilan yang minim menjadi alasan pegawai honorer pemda tersebut menyambi sebagai PSK dalam prostitusi online.
Dalam melayani tamu, ia mengaku berbagi kamar dengan PSK lain.
Dilansir TribunJambi.com pada Selasa (16/7/2019), praktik PSK berbagi kamar diakui seorang PSK bernama Mawar (nama samaran).
Menurutnya, hal itu lebih baik daripada harus mendatangi tamu ke hotel.
Selain berisiko kena tipu, ia akan keluar biaya untuk transportasi.
Ternyata, Mawar mengaku bahwa ia seorang pegawai honorer yang bekerja di pemerintahan.
Penghasilan yang minim, ditambah statusnya janda dan punya tanggung jawab pada satu anak, membuatnya jadi terjun ke prostitusi online.
Ia menjalani hal tersebut hampir setahun lamanya.
"Kalau dulu saya nungguin pesanan dari tamu. Jadi di mana mereka nginap, saya ke sana," katanya.
"Kalau sekarang, ada yang order saya minta aja datang ke sini," lanjutnya.
Ia memilih melayani tamu di hotel berbintang karena tidak mau kejadian dulu terulang.
"Pernah sekali diangkut Satpol PP waktu nginap di hotel melati," ungkapnya.
Pengalaman itu membuatnya mengajak temannya sesama PSK untuk pindah ke hotel berbintang.
Mereka selalu pindah dari hotel yang satu ke hotel yang lainnya.
"Kadang cuma dua malam, sudah itu pindah ke hotel yang lain."
"Biar nggak terlalu dicurigai," ujarnya.
Mawar mengatakan, dalam memilih kamar hotel, mereka memilih yang hotel dengan tarif di bawah Rp 500 ribu.
Modus baru yang dilakukan PSK dalam prostitusi online di Jambi, yakni berbagi kamar hotel untuk melayani pelanggan.
Liputan ekslusif Tribun Jambi menguak, para PSK tersebut menggunakan satu kamar hotel, yang digilir 2 orang-3 orang PSK untuk melayani tamu mereka.
Untuk biaya, mereka akan bagi sama-sama.
Namun ada kalanya, biaya itu tak dibagi rata.
Hal itu terjadi jika PSK dengan tamu lebih banyak, maka akan berpartisipasi lebih banyak.
"Makanya, kita cari teman sekamar yang memang tidak pelit," terang Mawar.
Agar Lebih Berkelas
Seorang PSK lain, Jasmine (nama samaran) menunjukkan senyum manis saat membuka pintu di tempatnya menginap, di sebuah hotel berbintang di Kota Jambi.
Kulitnya putih, rambutnya sekira sejengkal di bawah bahu.
Jasmine adalah satu dari sekian banyak PSK yang memilih bertransaksi dengan pria hidung belang di hotel berbintang.
Tentu, orang tak mengira bila ia pekerja seks komersil.
Penampilannya lazimnya tamu pada umumnya.
Saat disambangi Tribun di kamar hotel, ia memakai tanktop putih, dipadu dengan hotpants.
Dari mulutnya, ia mengaku sudah tiga malam menginap di hotel tersebut.
Tribun berhasil menemui Jasmine lewat satu di antara aplikasi chatting berbasis Android.
Di aplikasi itu, secara nyata, ia menuliskan status 'open bo', sebuah kode yang berarti bisa diorder untuk cinta semalam.
Tak cuma status yang terang-terangan itu, ia juga mengunggah beberapa foto vulgar.
“Stay di sini,” tulisnya sebagai pelengkap bumbu penggoda pada foto itu.
"Kirain tadi abang ga jadi datang, soalnya banyak yang PHP," ucap Jasmine sambil bersalaman dengan jurnalis Tribun, yang menyamar sebagai pelanggan.
Penyamaran dilakukan karena sebelumnya, tidak ada PSK yang mau diajak bertemu untuk wawancara saat secara terang-terangan diajak wawancara terbuka.
Jasmine mengaku, sekarang banyak orang yang PHP (pemberi harapan palsu).
Calon tamu sudah janji akan datang setelah deal tarif kencan, tapi ditunggu malah tidak datang.
"Saya udah kenyang makan PHP, soalnya sudah sering banget," ucapnya.
Di kamar yang berada di lantai tiga itu, akhirnya terungkap bagaimana modus baru para PSK menggaet tamunya melalui aplikasi di smartphone.
Mereka adalah para PSK dalam prostitusi online.
Jasmine yang mengaku berusia 23 tahun bilang saat ini mereka lebih suka menunggu tamu di hotel berbintang.
Pertimbangan utama adalah faktor keamanan, dan selanjutnya adalah aspek prestise.
Mereka merasa lebih berkelas beraksi di hotel berbintang daripada hotel melati.
Tarif hotel yang mahal mereka siasati dengan cara berbagi kamar sesama PSK.
Satu kamar bisa diisi dua orang hingga tiga orang PSK.
Secara bergiliran tentu.
Siapa yang mendapat tamu, maka dia yang memakai kamar.
Temannya akan menunggu di luar, biasanya di lobi hotel.
Begitulah siklus kehidupan di kamar hotel itu mereka buat, supaya semua aksi mereka bisa berjalan lancar.
Bagi mereka, siklus seperti ini membuat untung semua pihak, termasuk tamunya.
"Tamu jadi lebih irit juga kan, soalnya dia nggak perlu lagi booking kamar," katanya. (tribunlampung.co.id/indra simanjuntak/tribunjambi.com)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul PSK Bongkar Permintaan Aneh Para Pemesan, Status di Aplikasi Jadi Cara Kenali PSK Online di Lampung