Antisipasi BPBD Kabupaten Bandung Barat Sikapi Erupsi Gunung Tangkuban Parahu
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat terus melakukan sejumlah antisipasi terkait erupsi Gunung Tangkuban Parahu.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat terus melakukan sejumlah antisipasi terkait erupsi Gunung Tangkuban Parahu.
Antisipasi dilakukan menyusul peningkatan level Gunung Tangkuban Parahu menjadi Level II atau waspada.
Kepala Pelaksana BPBD KBB, Duddy Prabowo, mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah berperan dalam mendukung serta mengawasi di lapangan dengan menerjunkan petugas piket.
"Untuk Desa Cikole yang terdekat ke Gunung Tangkuban Parahu disiagakan petugas piket dua orang," ujarnya di Kompleks Perkantoran Pemkab Bandung Barat, Senin (5/8/2019).
Baca: Bupati Cianjur Irvan Rifano Dituntut 8 Tahun Penjara dan Hak Dipilihnya Dicabut Selama 5 Tahun
Baca: Pengantin Baru Jadi Korban Kebakaran di Tangerang, Istri Tewas Terpanggang, Suami Alami Luka Bakar
Baca: Cari Istri di Rumah Tetangga, Pria di Bekasi Kritis Dengan Sejumlah Luka di Tubuhnya
Baca: Kabur ke Perkebunan Setelah Tertembak Polisi, Begal di Lampung Tengah Masih Sempat Cicipi Nanas
Disinggung mengenai jalur evakuasi dan titik kumpul warga, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak desa dan telah menyiapkan titik kumpul di ruang terbuka atau tanah lapang yang aman.
"Ada titik-titik kumpul bagi warga yang aman, jadi SOP-nya ketika kondisi darurat maka warga berkumpul di sana," katanya.
Selain itu, lanjutnya, dua orang personel standby di sekitar gerbang utama menuju TWA Tangkuban Parahu dan ditempatkan petugas piket di kantor BPBD KBB, di Kompleks Pemkab Bandung Barat, Ngamprah.
"Penempatan petugas di sana untuk memudahkan komunikasi sekaligus mempercepat penanganan bila terjadi kejadian yang tidak diinginkan," kata Duddy.
Berdasarkan pantauan di Pos Pemantauan Gunungapi Tangkuban Parahu, hingga pukul 12.00 WIB, aktifitas di Kawah Ratu masih menunjukkan adanya tremor dengan amplitudo 35 hingga 50 milimeter dengan radius jarak aman masih berada di 1,5 kilometer dari bibir kawah.
Catatan ahli
Jumat (26/7/2019) Gunung Tangkuban Parahu alami erupsi sekira pukul 15.48 WIB.
Erupsi Gunung tersebut berlangsung 5 menit 30 detik.
Baca: Rekam Video Detik-detik Erupsi Gunung Tangkuban Parahu dari Jarak Dekat, Sikap Pria Ini Tuai Pujian
Erupsi kemarin sore seolah terjadi tiba-tiba sehingga mengagetkan masyarakat.
Ahli vulkanologi Surono memiliki beberapa catatan tentang fenomena erupsi Tangkuban Parahu.
Tangkuban Parahu tetap memberi tanda sebelum erupsi
Baca: Gunung Tangkuban Parahu Ditutup Selama 3 Hari, Polisi Sebut Larangan Kunjungan Bisa Diperpanjang
Surono selalu berkata, alam akan memberikan tanda bila ada suatu aktivitas, tak terkecuali bila gunung api akan erupsi. Hal ini pula yang dilakukan Tangkuban Parahu.
"Alam itu setiap akan ada kejadian, ada tanda-tandanya," ungkap Surono melalui sambungan telepon.
"Banyak hal tanda-tanda alam yang dapat diamati, termasuk juga kalau akan ada letusan gunung api. Masyarakat bilang hewan akan turun dari puncak, kan itu semua tanda-tanda," imbuhnya.
Sudah tidak normal sejak 2013
Baca: Tukang Bandrek Ini Yang Paling Belakangan Turun Saat Tangkuban Parahu Erupsi, Apa yang Dilakukannya?
Ahli vulkanologi Surono mengatakan bahwa tidak ada yang tiba-tiba dari letusan Tangkuban Parahu.
"Terakhir saya tangani 2013. Itu enggak normal juga," ujar Surono.
"Walaupun, saya sering tidak akur dengan pengelola wisata di situ. Tapi bagi saya tidak masalah, (karena) lebih baik kita sedia payung saat langit terlihat mendung," tambahnya menganalogikan keadaan Tangkuban Parahu.
Ketika ditanya mengenai jenis erupsi yang terjadi tiba-tiba hari ini, Surono menyebut Tangkuban Parahu mengalami letusan freatik.
"(Sejak 2013) telah terjadi letusan freatik," pungkasnya.
Letusan freatik masih bisa membahayakan manusia
Baca: Pohang Tega Begal Teman Sendiri, Ini Modusnya
Surono mengatakan, jenis erupsi yang terjadi di Tangkuban Parahu adalah letusan freatik.
"Sebetulnya saya tidak takut, dari yang saya alami, paling hanya letusan-letusan freatik atau yang sifatnya dominan uap air," sambungnya.
Meski begitu, letusan freatik pun masih bisa membahayakan orang di sekitarnya.
"Orang tidak akan mati terkena letusan freatik, kecuali kalau dekat sekali," kata Surono.
"Namun demikian, wisata untuk Tangkuban Perahu itu terlalu dekat dengan titik letusan, kawah ratu," imbuhnya menyayangkan.
Aktivitas wisata terlalu dekat, mitigasi kurang
Baca: Gibran- Kaesang Populer di Survei Calon Walikota Solo
Kepada Kompas.com, Jumat (26/07/2019), Surono menyebut sering tidak akur dengan pengelola wisata di Tangkuban Parahu karena masalah aktivitas wisatawan yang terlalu dekat.
Surono juga menyoroti bagaimana Tangkuban Parahu menjadi destinasi wisata andalan di Jawa Barat, bahkan di Indonesia.
Dia menyayangkan, meski menjadi wisata andalan tapi mitigasi di gunung tersebut belum menjadi prioritas.
"Tangkuban Perahu ini menjadi tujuan wisata andalan bagi Jawa Barat, bagi Indonesia juga. Ini harus ada jaminan mitigasi berjalan dengan baik," tutur Surono.
Surono lebih khawatir pada kepanikan warga saat erupsi, bukan letusannya
Bukan perkara letusannya yang dikhawatirkan Surono akan membahayakan para wisatawan, melainkan kepanikan orang saat erupsi itu sendiri.
"Andai ada letusan lalu terjadi kepanikan, orang bisa celaka bukan karena letusan gunung apinya tapi karena kepanikan itu sendiri," ujar Surono.
Baca: Tangkuban Parahu Belum Stabil, Masih Keluarkan Embusan Gas dan Air
Baca: BMKG: Kecil Kemungkinan Erupsi Tangkuban Parahu Aktifkan Sesar Lembang yang Berujung Gempa Besar
"Sekarang orang lari tidak pakai kaki lagi, tapi mesin. Entah itu motor, mobil, dan sebagainya," tambahnya.
Kepanikan dapat meicu orang ingin segera turun menggunakan moda tercepat.
Ketika itu terjadi, hal paling buruk adalah masalah kecelakaan.
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran Surono terhadap erupsi mendadak Tangkuban Parahu.
"Sekarang yang bisa dipertanyakan, berapa jumlah pengelola wisata dan berapa jumlah pengunjung yang diperbolehkan," kata Surono.
"Jadi, ini rasio jumlah pengunjung atau wisatawan yang harus diperhitungkan dengan letusan yang tiba-tiba seperti hari ini," tegasnya.
Penulis: Hilman Kamaludin
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Gunung Tangkuban Parahu Terus Erupsi, Ini Antisipasi dari BPBD KBB