Siswa di Kalteng Ini Juara Dunia Berkat Tumbuhan Obat Kanker, Ahli Kanker: Tidak Ada Obat yang Ajaib
"Masyarakat tidak perlu terlalu berharap tinggi dengan hasil uji coba awal begitu. Ingat, tidak ada obat yang ajaib," ujar Prof Dr dr Aru Sudoyo.
Penulis: Daryono
Editor: Whiesa Daniswara
Ibunda Daldin kini sehat walafiat.
Dokter menyatakan bahwa kanker yang sebelumnya menggerogoti sang ibu telah hilang sepenuhnya.
5. Tanggapan Ahli Kanker
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) pusat, Prof Dr dr Aru Sudoyo, meminta masyarakat untuk tidak berlebihan berharap terhadap Bajakah.
"Masyarakat tidak perlu terlalu berharap tinggi dengan hasil uji coba awal begitu. Ingat, tidak ada obat yang ajaib," ujarnya ketika dihubungi oleh Kompas.com via telepon, Senin (12/8/2019).
Lebih lanjut Aru menegaskan bahwa memang ada banyak sekali obat kanker yang berasal dari tanaman herbal khas Indonesia.
Biasanya bukan berupa dedaunan, bisa berupa akar bahkan kulit batang pepohonan.
Namun, butuh proses panjang atau lama untuk memastikan secara benar manfaatnya terhadap pengobatan kanker pada manusia.
"Karena uji coba awal dengan tikus itu berbeda dengan uji coba kepada manusia. Seringkali penelitian itu berhasil digunakan pada tikus, tetapi ketika (diuji coba) pada manusia hasilnya nihil. Dan itu banyak terjadi," kata Aru.
Baca: Minum Bubble Tea dan Camilan Manis Tiap Hari, Bocah 8 Tahun Tewas Usai Divonis Kanker Hati
Namun demikian, Aru tetap berharap agar penemuan dan uji awal yang dilakukan kedua siswa tersebut memang benar, dan bisa dilanjutkan hingga terealisasi kepada kanker payudara manusia.
"Saya tidak menampik, ada kemungkinan memang bisa tumbuhan itu (Bajakah) digunakan untuk obat kanker. Tapi banyak fase yang harus dilalui, dan semoga saja ada yang mau membantu proses penelitian tersebut berlanjut," imbuhnya.
Menurut Aru, sudah banyak juga tanaman atau tumbuhan di Indonesia ini yang diduga pada penelitian awal mempunyai pengaruh untuk mengobati kanker.
Akan tetapi, ketika melalui beberapa tahap atau fase penelitian yang mutakhir, akhirnya gagal dan hanya bisa dijadikan suplemen.
"Tidak banyak perusahaan farmasi di Indonesia yang mau ambil risiko besar melakukan penelitian terhadap obat-obatan kanker. Jika pun ada, mungkin hanya dua perusahaan. Jika gagal, bahan utama uji coba itu hanya dijadikan suplemen saja," katanya.
Meskipun dikatakan bahwa tanaman Bajakah sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi masyarakat di daerah Kalimantan Tengah untuk menghilangkan kanker payudara, Aru menghimbau masyarakat yang menderita kanker untuk tetap mengimbanginya dengan obat konvensional dan menjadikan bajakah sebagai suplemen saja.
(Tribunnews.com/Daryono)(Kompas.com/Ellyvon Pranita) (KompasTV Aiman Witjaksono)