Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Sarjana Pedalangan yang Ciptakan Alat Pengubah Air Menjadi Bahan Bakar Terbarukan

Bermula dari keinginan untuk mencari enegi terbarukan, Pande Ketut Bangbang Liawan mampu menciptakan alat pengubah air

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Sarjana Pedalangan yang Ciptakan Alat Pengubah Air Menjadi Bahan Bakar Terbarukan
Muhammad Fredey Mercury/Tribun Bali
Pande Ketut Bangbang Liawan mampu menciptakan alat pengubah air menjadi bahan bakar terbarukan, api menyala dari alat yang ia ciptakan 

TRIBUNNEWS.COM, BANGLI – Bermula dari keinginan untuk mencari enegi terbarukan, Pande Ketut Bangbang Liawan mampu menciptakan alat pengubah air menjadi bahan bakar terbarukan.

Yang mengejutkan, alat tersebut hanya dibuat dalam jangka waktu tiga hari saja.

Ditemui di bengkel kerjanya Selasa (13/8/2019), pria yang akrab disapa Wawan ini menegaskan, dirinya penemu ide mengubah air menjadi energi terbarukan.

Ide tersebut dikatakan sudah ditemukan sejak lama, dan ia hanya berinovasi untuk membuat alatnya.

Wawan sendiri mengaku tidak memiliki basic jurusan electro.

Pria asal Banjar Kawan, Kelurahan Kawan Bangli ini justru merupakan sarjana lulusan seni pedalangan tahun 2014 silam.

Sedangkan pengetahuannya saat ini, dipelajari secara otodidak dengan memanfaatkan artikel dari berbagai sumber, serta merupakan pengembangan dari ilmu kimia saat duduk di bangku SMA.

Baca: VIDEO - Detik-detik Gadis Cantik Terlindas Kereta di Bogor, Coba Menghindar Kaki Malah Tersangkut

Baca: Download MP3 Terlengkap Lagu-lagu Pop Indonesia Terbaru 2019 Idolamu, Unduh Gudang Lagu MP3 di Sini

Baca: Jelang Persib Bandung vs Borneo FC di Liga 1 2019, Robert Alberts Ingin Raih Poin Kandang

Baca: UPDATE Kasus Meninggalnya Paskibraka Tangsel, Ini Hasil Penyelidikan Polisi Soal Dugaan Kekerasan

Berita Rekomendasi

“Ilmunya sudah saya pelajari sejak dulu, dan terus saya kembangkan dengan belajar dari google, youtube, serta berbagai sumber artkel lainnya,” ujarnya.

Inovasinya ini, ujar Wawan, lantaran pihaknya ingin menggabungkan teknologi dengan seni.

Ide pembuatan alat ini juga untuk mencari energi baru dan terbarukan.

Sebab Wawan menyadari energi fosil yang selama ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar, lambat laun akan habis.

Alasan memanfaatkan air, lantaran air di Kabupaten Bangli mudah untuk dicari.

Alat yang diciptakan Wawan itu mengurai hidrogan dan oksigen, untuk selanjutnya diubah menjadi energi terbarukan.

Alat tersebut juga tergolong sederhana, dimana terdapat dua tabung reactor berbahan paralon dan kaca, serta selang yang digunakan untuk penyalur hydrogen, hasil dari penguraian oksigen.

Cara kerja alat utamanya dengan memasukkan air tawar kedalam tabung reactor serta dicampur dengan katalis.

“Katalis merupakan suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu. Katalis ini berupa garam dapur, soda kue, potassium dan sebagainya yang ramah lingkungan,” papar bapak lima anak ini.

Tabung reactor yang telah dicampur katalis, selanjutnya dialiri listrik DC (Direct Current) untuk menghidupkan reactor.

Pande Ketut Bangbang Liawan (kanan) mampu menciptakan alat pengubah air me
Pande Ketut Bangbang Liawan (kanan) mampu menciptakan alat pengubah air menjadi bahan bakar terbarukan, api menyala dari alat yang ia ciptakan

Wawan mengatakan hydrogen hasil penguraian itu tidak bisa langsung digunakan, dan harus dimasukkan kedalam air untuk proses pemurnian.

“Besar kecilnya api tergantung dari besarnya reactor, serta keseimbangan volt dan ampere. Apabila tidak melalui proses pemurnian dan langsung digunakan, bisa menyebabkan ledakan,” ujarnya.

Pembuatan alat tersebut hanya membutuhkan waktu selama tiga hari.

Meski tergolong singkat, dirinya tidak memungkiri sempat gagal sebanyak dua kali, lantaran meledak.

Namun, ia menegaskan ledakan yang terjadi tidak berbahaya, lantaran tidak menimbulkan api, melainkan hanya suara keras.

Secara sederhana, biaya pembuatan alat mencapai Rp 500 ribu.

Wawan mengatakan alat sejenis sudah banyak digunakan khususnya diluar Bali, untuk kendaraan bermotor.

Pengetahuannya merakit alat tersebut dipelajari secara otodidak dengan memanfaatkan artikel dari berbagai sumber serta pengembangan ilmu kimia yang diperoleh saat SMA.

“Ilmunya sudah saya pelajari sejak dulu, dan terus saya kembangkan dengan belajar dari Google, Youtube serta berbagai sumber artikel lainnya,” ujarnya.

Inovasi Wawan merupakan gabungan teknologi dan seni.

Ide pembuatan alat ini didorong oleh niat mencari energi baru dan terbarukan.

Sebab Wawan menyadari energi fosil yang selama ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar, lambat laun akan habis.

Alat ciptaan Wawan mengurai hidrogen dan oksigen untuk selanjutnya diubah menjadi energi terbarukan.

Alat tersebut tergolong sederhana.

Terdapat dua tabung reaktor berbahan paralon dan kaca serta selang penyalur hidrogen, hasil penguraian oksigen.

Cara kerja alat memasukkan air tawar ke dalam tabung reaktor dicampur dengan katalis.

“Katalis merupakan suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu.

Katalis ini berupa garam dapur, soda kue, potasium dan sebagainya yang ramah lingkungan,” papar ayah lima anak ini.

Tabung reaktor yang telah dicampur katalis, selanjutnya dialiri listrik DC (Direct Current) untuk menghidupkan tabung reaktor.

Wawan mengatakan hidrogen hasil penguraian itu tidak bisa langsung digunakan tetapi harus dimasukkan ke dalam air untuk proses pemurnian.

“Besar kecilnya api tergantung besarnya reaktor serta keseimbangan volt dan ampere.

Apabila tidak melalui proses pemurnian dan langsung digunakan, bisa menyebabkan ledakan,” ujarnya.

Pembuatan alat tersebut membutuhkan waktu selama tiga hari.

Meskipun tergolong singkat, Wawan tidak memungkiri sempat gagal sebanyak dua kali lantaran meledak.

Namun, ia menyatakan ledakan tidak berbahaya.

Biaya pembuatan alat ini Rp 500 ribu. Wawan mengatakan alat sejenis sudah banyak digunakan khususnya di luar Bali, untuk kendaraan bermotor.

Sedangkan di wilayah Bangli, Wawan mengaku alat karyanya diminati kalangan peternak ayam.

Alat tersebut digunakan sebagai penghangat suhu kandang ayam.

“Besar-kecilnya pengeluaran tergantung luas kandang.

Rata-rata untuk peternak kecil, dalam sepuluh hari membutuhkan biaya Rp 2 hingga Rp 6 juta," jelasnya.

Wawan tidak menjual alat karyanya.

"Alat ini tidak akan saya jual, melainkan dengan sistem sewa.

Nantinya saya rekrut anak-anak yang belum bekerja sebagai operator yang mengecek setiap hari.

Ke depan alat ini bisa juga digunakan untuk kompor air. Sebab dengan satu liter air mampu memenuhi kebutuhan selama setengah hari,” demikian Wawan. (Muhammad Fredey Mercury)

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kisah Pria Lulusan Seni Pedalangan di Bali Temukan Alat Pengubah Air Jadi Bahan Bakar Terbarukan

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas