YKAN I TNC dan Orangutan Days Jalin Kerjasama Dorong Konservasi Orangutan di Kalimantan Timur
YKAN I TNC dan Orangutan Days bekerja sama dalam mengimplementasikan praktik pariwisata berkelanjutan.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Memelihara dan melestarikan bumi sejatinya menjadi tugas bersama setiap orang.
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), afiliasi dari The Nature Conservancy (YKAN I TNC), mengamini hal ini dan membuka kesempatan bekerja sama dengan berbagai pihak.
Tepat pada perayaan Hari Orangutan Sedunia, pada Senin (19/8/2019), YKAN I TNC menandatangani perjanjian kerja sama dengan private river cruise operator Orangutan Days untuk mendorong konservasi orangutan dan ekosistemnya.
Kolaborasi ini menjadi cara untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya pelestarian orangutan.
YKAN I TNC dan Orangutan Days bekerja sama dalam mengimplementasikan praktik pariwisata berkelanjutan.
“Bagi kami, kerja sama ini kian memperkuat misi kami dalam menjalankan program ekowisata. Sejak berdiri 11 tahun lalu, kami berkomitmen untuk melestarikan hutan, air, dan lingkungan secara keseluruhan, serta mengedukasi pentingnya pelestarian alam kepada seluruh karyawan, kolega, dan klien kami,” ujar pendiri Orangutan Days, Yomie Kamale dalam keterangan yang diterima, Selasa (27/8/2019).
Orangutan Days beroperasi di wilayah wilayah Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Utamanya di Taman Nasional Tanjung Puting, Taman Wisata Alam Tanjung Keluang, Senggora Marine Park, jelajah desa suku Dayak, dengan membawa misi konservasi dan edukasi.
Sesuai dengan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, Orangutan Days membangun kesadaran dan kepedulian terhadap budaya dan lingkungan dalam setiap paket perjalanannya, dengan tetap melibatkan komunitas lokal.
Orangutan Days pun mengajak setiap peserta tur menanam pohon, yang menjadi cara untuk penghijauan kembali dan turut mencegah pemanasan global.
“Semakin berkembangnya tren ekowisata secara global dewasa ini menjadi salah satu langkah untuk mengedukasi masyarakat luas tentang pentingnya pelestarian alam. Berwisata, sejatinya tidak hanya untuk menjelajah dan mencari petualangan, tetapi juga untuk membangun kesadaran akan pentingnya keselarasan hubungan antara manusia dengan alam dan ekosistem yang ada di dalamnya,” kata Ketua YKAN I TNC, Rizal Algamar.
Yomie juga menambahkan, Tanjung Puting merupakan destinasi wisata minat khusus sehingga edukasi pada wisatawan agar mendapat pengetahuan dan perubahan perilaku, terutama dalam memperlakukan alam dengan bijak, amat diperlukan.
Namun, pemahaman ini pun wajib dimiliki oleh setiap pelaku wisata. Di antaranya pemahaman tentang pengelolaan sampah, penggunaan air, dan pentingnya habitat orangutan dan hutan dalam kehidupan kita.
Terus meningkatnya jumlah pengunjung ke Tanjung Puting di sisi lain menimbulkan tekanan tersendiri. Yomie menggarisbawahi pentingnya pendistribusian wisatawan ke beberapa spot lain di dalam kawasan.
Banyaknya orang di satu tempat yang sama tidak hanya akan memberi ketidaknyamanan bagi pengunjung, tetapi juga dikhawatirkan akan mengubah perilaku satwa.
Di sisi lain, bertambahnya jumlah klotok/kapal meningkatkan beban sungai dan menciptakan polusi suara akibat suara knalpot klotok maupun pencemaran air akibat limbah yang terbuang ke sungai.
Mengantisipasi hal ini, para pelaku dan pengelola kawasan pun tengah merancang pengaturan tata kelola wisata agar dampaknya tidak kian meluas dan dapat diminimalkan.
Penerapan praktik pariwisata berkelanjutan yang dikemas dalam ekowisata dalam hal ini menjadi amat penting.
Setiap wisatawan, operator wisata, maupun pihak taman nasional memiliki peranan tersendiri dalam menjaga kelestarian ekosistem orangutan ini.
OrangutanDays dan YKAN I TNC pun membuka kesempatan lebih luas kepada setiap orang untuk turut berkontribusi.
Dalam program kerja sama yang akan berlangsung selama setahun ini, OrangutanDays akan menyisihkan donasi dari setiap pembelian paket tur dan suvenir untuk membantu menyelamatkan orangutan melalui YKAN I TNC.
Melindungi orangutan di habitatnya, sama halnya melindungi seluruh spesies flora dan fauna yang ada di dalamnya, yang sekaligus bermakna besar bagi peradaban manusia.
Ironisnya, kera besar yang 80 persen dari total populasi mendiami hutan-hutan di Indonesia ini kian terancam.
Berdasarkan hasil Population Habitat Viability Assessment (PHVA) orangutan tahun 2016, diperkirakan di Indonesia terdapat 60.060 individu orangutan yang tersisa di Sumatera dan Kalimantan di habitat seluas 15.640.754 hektar.
Hasil PHVA 2016 juga menunjukkan bahwa populasi orangutan di Indonesia tersebar di 39 metapopulasi.
Namun, diperkirakan hanya 23% metapopulasi di Indonesia yang akan lestari dalam 100-500 tahun ke depan.
Ada beberapa faktor penyebab yang meningkatkan risiko kepunahan orangutan, yakni deforestasi dan konversi hutan, perburuan dan perdagangan ilegal, konflik manusia-orangutan, serta kebakaran hutan.