Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Kerusuhan di Papua, Moeldoko Sebut Ada Ruang Gerak yang Sangat Ditakutkan oleh 2 Kelompok Ini

Soal kerusuhan yang terjadi di Deiyai Papua, Moeldoko menyebut ada ruang gerak yang sangat ditakutkan oleh 2 kelompok ini.

Penulis: Miftah Salis
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Soal Kerusuhan di Papua, Moeldoko Sebut Ada Ruang Gerak yang Sangat Ditakutkan oleh 2 Kelompok Ini
Tribunnews/Irwan Rismawan
Sejumlah mahasiswa dari Aliansi Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme Papua melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019). Aksi tersebut sebagai bentuk kecaman atas insiden di Surabaya dan menegaskan masyarakat Papua merupakan manusia yang merdeka. (foto tidak terkait berita yang ditayangkan) 

TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan kembali pecah di Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019) yang menewaskan satu TNI dan dua warga sipil.

Soal kerusuhan di Papua, Moeldoko menyebut ada ruang gerak yang sangat ditakutkan.

Ruang gerak tersebut sangat ditakutkan oleh dua kelompok.

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mengatakan, kontak senjata di Deiyei merupakan upaya provokasi.

Upaya provokasi diyakini dilakukan oleh kelompok bersenjata.

Baca: Ada Upaya Provokasi dalam Kerusuhan Papua, Moeldoko: Tujuannya Agar Tindakan Kita Tak Terkontrol

Baca: Ribuan Massa Bawa Senjata Tajam Tiba-tiba Serbu Lokasi Aksi Demo di Deiyai Papua, Diduga Kuat KKB

Saat ditemui di Istana Kepresidenen, Jakarta, pada Rabu (28/8/2019), Moeldoko mengatakan, memang ada gerakan yang terus berupaya untuk melakukan provokasi.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (Seno Tri Sulistiyono/Tribunnews.com)

"Ya memang ada (provokator). Jadi sering saya katakan memang poros gerakan politiknya sedang masif, sekarang betul-betul sedang masif," katanya, kepada Tribunnews.

Berita Rekomendasi

Ia juga mengatakan, ada ruang gerak yang sangat ditakuti oleh dua poros kelompok di Papua.

Dua kelompok tersebut yakni poros politik dan kelompok bersenjata.

Menurutnya, kecemasan dialami oleh dua kelompok tersebut akibat adanya pembangunan yang masif di Papua.

Pemerintah memang tengah gencar membangun berbagai infrastruktur termasuk di wilayah Papua.

Pembangunan yang masif, dinilai Moeldoko, membuat dua kelompok tersebut tak bisa mengumbar kebohongan entah kepada rakyat maupun dunia luar.

"Pembangunan yang masif di Papua itu maka kecemasan yang dihadapi oleh mereka (dua poros) adalah dia tidak bisa lagi membohongi rakyat. Dia tidak bisa lagi membohongi dunia luar bahwa Papua itu begini, begini," tambahnya.

Terkait pelaku penyerangan dalam aksi unjuk rasa di Deiyai, Papua, polisi memastikan ada keterlibatan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

"Penyerangnya diduga terindikasi kelompok KKB," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Rabu (28/8/2019) dikutip dari Kompas.com.

Baca: Terkini Bentrok di Deiyai Papua: 2 Warga Sipil Tewas, 6 Anggota TNI-Polri jadi Korban, 1 Orang Gugur

Baca: Sejumlah Fakta Kerusuhan di Deiyai Papua, Jumlah Korban Kedua Belah Pihak hingga Rampas Senjata TNI

Kronologi 

Awalnya, ratusan orang berkumpul di halaman Bupati Deiyai terkait dengan tindakan rasisme yang dialami mahasiswa Papua di Surabaya beberapa waktu lalu.

Massa aksi menuntut adanya referendum.

Menurut koordinator aksi yang dihubungi Kompas.com, Yul Toa Motte, unjuk rasa yang diikuti oleh 500 orang tersebut pecah pada Rabu (28/8/2019) pukul 13.00 WIT.

Aksi yang dimulai pada Rabu pagi sekitar pukul 09.00 WIT sebelumnya berjalan dengan damai.

Dijelaskan oleh Kepala Biro Penerangan Masyaralat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, aparat TNI-Polri hampir berhasil bernegosiasi dengan massa untuk menghentikan aksi.

Namun, ditengah negosiasi tersebut, sekitar seribu orang tiba-tiba datang ke lokasi.

Massa ribuan orang tersebut datang dari berbagai penjuru.

Mereka bahkan membawa senjata tajam, diduga juga membawa senjata api.

Hal ini kemudian pecah dan menimbulkan kontak tembak antara massa dan aparat TNI-Polri.

Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Cpl Eko Daryanto juga mengungkap kronologi kerusuhan di Deiyai, Papua.

Dikatakan Eko, ribuan orang membawa senjata tradisional seperti panah, parang, dan batu.

Mereka lalu melakukan aksi anarkis dengan melempar aparat keamanan.

"Kondisi massa semakin tidak terkendali dan anarkis dengan melakukan penyerangan terhadap kendaraan dan Aparat Keamanan TNI yang sedang mengamankan aksi dengan menggunakan panah dan parang serta terdengar tembakan dari arah massa," kata Eko dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/8/2019).

Baca: Sosok Tri Susanti, Tersangka Insiden di Asrama Mahasiswa Papua, Relawan Prabowo yang Bersaksi di MK

Baca: Moeldoko Sebut 2 Kelompok Provokator di Deiyai Papua: Sengaja Provokasi agar TNI & Polri Terpancing

Jumlah korban 

Insiden tersebut menyebabkan dua orang warga sipil meninggal dunia.

Seorang warga mengalami luka tembak sementara satu orang lainnya terkena anak panah.

"Satu orang massa kena tembakan di kaki dan meninggal dunia di RS Enarotali. Satu orang massa meninggal dunia kena panah di perut di halaman Kantor Bupati Deiyai," ujar Dedi Prasetyo, Rabu (28/8/2019) dalam keterangan tertulis.

Kontak Senjata di Papua
Kontak Senjata di Papua (Istimewa)

Sementara itu, dua anggota TNI dan empat anggota Polri menjadi korban dalam aksi tersebut.

Satu anggota TNI bernama Serda Rikson meninggal dunia.

Lima aparat lain mengalami luka berat akibat anak panah.

"Akibat kejadian tersebut 6 anggota TNI-Polri menjadi korban, TNI 2 orang dan Polri 4 orang,"

"1 personel TNI meninggal dunia, 1 personel TNI terkena panah, 1 personel Brimob kena panah, 3 personel Samapta Polres Paniai kena panah," tambah Dedi.

Jenazah Serda Rikson kemudian dievakuasi ke Nabire melalui perjalanan darat.

Rencananya, jenazah Serda Rikson akan diterbangkan ke Jakarta.

"Saat ini jenazah sedang dievakuasi ke Nabire untuk dibawa ke Jakarta besok, Kamis (29/8/2019)," kata Kapendam XVIII/Cencerawasih Letkol Cpl Eko Daryanto, dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Rabu (28/8/2019).

Untuk lima anggota yang terluka dilarikan di RS Enarotali.

(Tribunnews.com/Miftah)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas