Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kerukunan Umat Beragama di Desa Terpencil Ini Terpelihara dengan Baik, Gotong Royong Begitu Kuat

Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ditetapkan menjadi Desa Sadar Kerukunan.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kerukunan Umat Beragama di Desa Terpencil Ini Terpelihara dengan Baik, Gotong Royong Begitu Kuat
(KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN)
Warga Desa Banjarpanepen, Kecamatn Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang terdiri dari berbagai agama menggelar grebeg suran, Senin (2/9/2019). 

Kontributor Banyumas, Fadlan Mukhtar Zain

TRIBUNNEWS.COM - Desa Banjarpanepen, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, ditetapkan menjadi Desa Sadar Kerukunan.

Desa terpencil yang berjarak sekitar 40 kilometer arah tenggara dari ibu kota kabupaten Purwokerto ini menjadi satu dari lima desa di Jawa Tengah, yang menjadi percontohan kerukunan antarumat beragama.

Sejak puluhan tahun silam, umat Islam, Budha, Kristen dan kepercayaan di desa tersebut hidup berdampingan.

Di desa yang berada di ketinggian 300 mdpl terdapat beberapa rumah ibadah, yaitu masjid, gereja dan vihara.

Kepala Desa Banjarpanepen Mujiono mengatakan, di desanya terdapat 1.853 kepala keluarga (KK) atau hampir 6.000 jiwa.

Sekitar 80 persen beragama Islam, kemudian Kristen 13 persen, Budha lima persen dan sisanya adalah penganut kepercayaan.

Berita Rekomendasi

"Di sini itu unik, misal ada kepala keluarga yang beragama Islam, istrinya Kristen. Kita terbiasa dengan toleransi dan kerukunan," kata Mujiono, di sela acara grebeg suran di komplek wisata Watu Jonggol desa setempat, Senin (2/9/2019).

Menurut Mujiono, kerukunan antarumat beragama tercermin dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pembuatan rumah ibadah.

Apabila umat Islam membangun atau merenovasi masjid, umat agama lain turut membantu dan sebaliknya.

"Desa kami tidak punya PAD (Penghasilan Asli Desa) apapun, jadi untuk membangun desa perlu kerja sama yang kuat, saling gotong royong. Kami satukan melalui kegiatan grebeg suran ini, semua umat beragama berkumpul," ujar Mujiono.

Mitro, salah satu tokoh agama Islam desa setempat mengatakan, kerukunan antarumat beragama juga tercermin saat perayaan hari besar keagamaan.

Warga terbiasa bergotong royong dalam persiapan perayaan hari besar.

"Bagi kami yang Muslim dasarnya adalah Lakum Dinukum Waliyadin (bagimu agamamu, bagiku agamaku). Kalau Lebaran, umat agama lain juga menyediakan makanan di rumah umat Islam yang datang untuk saling meminta maaf," kata Mitro.

Turimin, salah satu tokoh penganut kepercayaan menuturkan kehidupan beragama di desa tersebut tidak pernah ada persoalan. Bahkan, anggota keluarganya terdiri dari beberapa keyakinan.

"Kakak saya kepercayaan, ada yang Islam, kemudian adik saya ada yang Kristen. Walaupun berbeda agama, kami asalnya satu, jadi harus selalu rukun, kerukunan antarwarga tidak memandang agama," ujar Turimin.

Hal senada disampaikan pemuka agama Budha desa setempat Maryono. Menurut Maryono, lima vihara yang ada di tersebut berdiri di antara permukiman umat agama yang lain.

"Sejauh ini hubungan antarumat beragama aman dan rukun. Kalau kami merayakan hari raya, misal pentas wayang, maka umat agama lain membantu menyiapkan tratag dan menata kursi," ujar Maryono.

Sementara itu, Ketua Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Banyumas Moh Roqib berharap, kerukunan antarumat bergama di desa tersebut dapat menjadi contoh seluruh elemen bangsa. 

"Di beberapa daerah ada orang yang meresahkan kaitannya dengan etnis, agama dan lain-lain. Kalau semua memahami perbedaan adalah rahmat Tuhan, maka kehidupan akan dapat berdampingan," kata Roqib.

Roqib berharap, desa tersebut ke depan dapat menjadi semacam laboratorium kerukunan antarumat beragama, khususnya bagi para mahasiswa.

Bupati Banyumas Achmad Husein mendorong wilayah lain dapat mencontoh kerukunan yang terjalin di desa tersebut.

"Seperti dengan acara grebeg suran ini, suasana menjadi cair, tidak ada perbedaan pemahaman, karena ini adalah acara adat. Ini adalah desa Pancasila, di mana ada kemajemukan," kata Husein.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Di Desa Terpencil Ini, Umat Beragama Hidup Berdampingan, Gotong Royong Membangun Tempat Ibadah"https://regional.kompas.com/read/2019/09/03/09372521/di-desa-terpencil-ini-umat-beragama-hidup-berdampingan-gotong-royong?page=all

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas