Panen Kopi di Kabupaten Pekalongan Tahun Ini Bagus, Tapi Harga Kopi Malah Turun
Panen dari awal hingga akhir, kualitas kopi tahun ini lebih bagus, karena cuacanya sangat mendukung
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KAJEN - Memasuki akhir musim panen, petani kopi di Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah berharap harga bisa bertahan tinggi.
Pasalnya, kualitas kopi tahun ini dinilai lebih bagus dibandingkan dari tahun lalu.
"Panen dari awal hingga akhir, kualitas kopi tahun ini lebih bagus, karena cuacanya sangat mendukung," kata Darmawan (31) petani kopi Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono usai ditemui Tribunjateng.com usai memanen kopi, Selasa, (3/9/2019).
Baca: Fakta Unik Konser Westlife di Indonesia, dari Mesin Kopi hingga Kamar Khusus untuk Nicky
Darmawan mengatakan melimpahnya hasil panen di tahun ini, harga kopi di pasaran cenderung turun.
"Sebelum panen pertama harga kopi hijau atau green di pasar lokal mencapai Rp 22 ribu, namun untuk saat ini harga turun menjadi Rp 19.500," ungkapnya.
Kemudian untuk harga kopi basah atau petik biji merah tanpa melalui proses kering harganya mencapai Rp 7 ribu.
Baca: Sederet Manfaat Minum Kopi bagi Kaum Hawa
"Rp 7 ribu untuk kopi jenis arabika sedangkan untuk robusta harganya Rp 5 ribu.Untuk harga kopi yang sudah diproses dan dipacking dijual dengan harga Rp 30 ribu dengan ukuran 100 gram," ujarnya.
Darmawan mengungkapkan tahapan panen kopi ada beberapa tiga tahapan, diantaranya dari meliki, panen raya, terus penghabisan.
"Dari awal panen hingga penghabisan sudah memanen kopi sebanyak 2,5 ton," tandasnya.
Sementara itu Kepala Desa Kayupuring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan Cahyono mengatakan pihaknya memberikan pendampingan kepada petani kopi. Baik dari pelatihan maupun pemasaran kopinya.
"Semua warga Desa Kayupuring, pekerjaannya sebagai petani kopi.
Oleh karena itu, pemerintah desa memberikan pelatihan kepada petani seperti penyetekan agar hasil kopi yang dihasilkan nanti berkualitas.
Apabila sudah berhasil perekonomian masyarakat desa juga meningkat.
Sedangkan untuk pemasaran produk kopi asli lokal dipasarkan lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)," ungkapnya.
Cahyono menambahkan lahan kopi di Desa Kayupuring sekitar 600 hektare.
Kemudian, untuk perbedaan kopi Kayupuring dengan daerah lain yaitu rasa.
"Kopi Welo merupakan produk dari Desa Kayupuring, kopinya ada rasa arennya.
Hal ini dikarenakan, pohon kopi di Desa Kayupuring banyak dikelilingi pohon aren," jelasnya.
Cahyono menambahkan demi meningkatkan perekonomian masyarakat Pemdes siap mendampingi para petani kopi. (Dro)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Akhir Musim Panen, Harga Kopi di Kabupaten Pekalongan Malah Turun, https://jateng.tribunnews.com/2019/09/03/akhir-musim-panen-harga-kopi-di-kabupaten-pekalongan-malah-turun?page=2.