Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Guru Honorer Bunuh Diri dengan Menggorok Lehernya, Tapi Gagal, Kondisinya Menyedihkan

Seorang guru honorer bunuh diri dengan menggorok lehernya sendiri. Namun upaya percobaan bunuh diri itu gagal.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Guru Honorer Bunuh Diri dengan Menggorok Lehernya, Tapi Gagal, Kondisinya Menyedihkan
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Iksanudin saat didapati mencoba melakukan aksi bunuh diri dengan menggorok leher, Kamis (12/9/2019) pagi WIB 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang guru honorer bunuh diri dengan menggorok lehernya sendiri. Namun upaya percobaan bunuh diri itu gagal.

Kondisinya kini sangat mengenaskan karena luka gorokan itu parah.

Iksanudin (30) warga Dusun Lipan, Desa Amboyo Inti, Kecamatan Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat (Kalbar), ditemukan tergeletak bersimbah darah, Kamis (12/9/2019) pagi WIB.

Baca: Gara-gara Dompet dan HP Diambil Temannya dan Diturunkan di Tengah Jalan, Pemuda Ini Mau Bunuh Diri

"Iya benar, korban sudah di rumah sakit," ujar Kapolsek Ngabang Kompol B Sembiring kepada Tribunpontianak.co.id.

Korban pun segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Landak (RSUD) dalam keadaan sekarat, untuk mendapat pertolongan medis.

Baca: Tak Rela Dipoligami, Ibu Ini Ajak Dua Anaknya Bunuh Diri, Tapi Ia Gagal, Dua Anaknya Tewas Terikat

Iksanudin diketahui bekerja sebagai guru honorer di satu sekolah di Landak.

Hingga berita ini diturunkan belum diketahui motif Iksanudin melakukan aksi nekat tersebut. 

Berita Rekomendasi

Fakta Mengejutkan Soal Bunuh Diri

Hasil riset mengejutkan dirilis organisasi kesehatan dunia WHO baru-baru ini. Menurut WHO, rata-rata setiap 40 detik ada satu orang di dunia yang tewas bunuh diri.

Hasil itu didapat WHO setelah menjumlah semua kasus bunuh diri setiap tahunnya.

Dilansir The Independent, setiap tahunnya ada hampir 800.000 kasus kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia, menurut laporan WHO.

Angka tersebut menjadikan bunuh diri penyebab kematian nomor dua di antara orang muda berusia 15-29 tahun.

Penyebab pertama adalah kecelakaan lalu lintas.

Menurut WHO, hal ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan yang harus dilakukan negara-negara di dunia untuk mencegah kematian akibat bunuh diri.

WHO menyebut bunuh diri sebagai "fenomena global" yang mempengaruhi semua negara di dunia, sehingga setiap negara harus membantu untuk menerapkan taktik pencegahannya.

"Meski ada penurunan dalam angka kasus bunuh diri, namun tetap masih ada satu orang di dunia yang tewas setiap 40 detik karena bunuh diri."

"Setiap kematian merupakan tragedi bagi keluarga, kerabat, teman, juga rekan. Namun bunuh diri bisa dicegah," kata direktur jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada The Independent.

"Kami menyerukan kepada semua negara untuk memasukkan rencana pencegahan tindak bunuh diri, yang terbukti ke dalam program kesehatan dan pendidikan nasional secara berkelanjutan," katanya.

Ilustrasi Bunuh Diri Gantung Diri
Ilustrasi Bunuh Diri Gantung Diri (Tribun Jabar)

Meskipun jumlah negara dengan strategi pencegahan bunuh diri nasional telah meningkat dalam lima tahun terakhir, menurut WHO angka itu baru mencakup 38 negara dan itu merupakan jumlah "terlalu sedikit".

Laporan baru, yang diterbitkan WHO, pada Senin (9/9/2019), atau sehari sebelum Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pada 10 September itu juga menemukan bahwa negara-negara dengan pendapatan tinggi memiliki tingkat bunuh diri tertinggi antara 2010 dan 2016.

"Sementara 79 persen kasus bunuh diri di dunia terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, negara-negara berpenghasilan tinggi juga memiliki tingkat bunuh diri tertinggi yaitu 11,5 per 100.000 orang," tulis laporan itu.

Negara-negara berpenghasilan tinggi memiliki hampir tiga kali lebih banyak kasus di mana laki-laki bunuh diri, daripada perempuan, sedangkan angka ini lebih sama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Kendati demikian, WHO menilai kematian akibat bunuh diri masih sangat mungkin dicegah melalui metode tertentu.

"Intervensi utama yang telah menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi bunuh diri adalah membatasi akses ke sarana, mendidik media tentang pelaporan bunuh diri yang bertanggung jawab."

"Selain itu, melaksanakan program-program di antara kaum muda untuk membangun keterampilan yang memungkinkan mereka mengatasi tekanan hidup."

"Juga tak kalah penting adalah identifikasi awal, manajemen dan tindak lanjut orang yang berisiko bunuh diri," tulis pernyataan laporan WHO.

Menyusul temuannya, WHO bekerja sama dengan mitra global, Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (WFMH), Asosiasi Internasional untuk Pencegahan Bunuh Diri, serta Persatuan Kesehatan Mental Global, meluncurkan kampanye aksi 40 detik.

Kampanye tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang skala bunuh diri di seluruh dunia dan peran yang dapat dilakukan setiap orang dalam mencegahnya. (Kompas.com/Agni Vidya Perdana)

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul BREAKING NEWS: Guru Gorok Lehernya Sendiri di Ngabang Landak Kalbar, Kondisinya Memprihatinkan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas