Sepekan Terakhir Lima Janin Meninggal dalam Perut Ibu di Pelalawan
Belum bisa dipastikan apakah ini dipicu munculnya kabut asap dan untuk kepastiannya pemicunya harus diperiksa lebih spesifik
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru Johanes
TRIBUNNEWS.COM, RIAU - Kabut asap tebal yang melanda Kabupaten Pelalawan Riau sudah dua pekan berlangsung dan kepekatannya belum berkurang hingga Rabu (18/9/2019).
Masyarakat diimbau mengurangi aktivitas di luar rumah dan selalu menggunakan masker maupun sejenisnya apabila terpaksa keluar.
Untuk mengantisipasi gangguan kesehatan akibat kabut asap yang ditimbulkan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kabupaten Pelalawan maupun di daerah dan provinsi lain.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Diskes) Pelalawan, hingga 16 September 2019 sudah 1.200 warga yang terserang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).
Dengan rincian usian dibawah 1 tahun sebanyak 89 pasien, umur antara 1 sampai 5 tahun ada 264 warga dan usia di atas 5 tahun mencapai 847 orang.
Peningkatan penderit ISPA dipengaruhi oleh kabut asap yang melanda Pelalawan.
Baca: Seorang Remaja Dihamili Ayah Kandungnya Sendiri Hingga Dijual Seharga Rp 300 Ribu
"Data berdasarkan kunjungan pasien di seluruh Puskesmas ditambah dengan rumah sakit daerah," tutur Pelaksana tuga (Plt) Kepala Diskes Pelalawan, Asril M.Kes, kepada tribunpelalawan.com, Rabu (18/9/2019).
Selain ISPA yang meningkat, jenis penyakit lain juga mengalami penambahan signifikan.
Di antaranya penyakit asma sebanyak 85 pasien, iritasi mata 38 orang, dan iritasi kulit 134 orang.
Peningkatan itu juga diakibatkan oleh jerebu yang menguasai angkasa Pelalawan.
Kelompok masyarakat yang paling terancam kesehatannya akibat kabut asap yakni para ibu hamil.
Paparan asap bi mengganggu perkembangan jani di dalam kandungannya, seperti yang dianjurkan oleh dokter spesialis kandungan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Selasih Pangkalan Kerinci, dr Asterli Rizqani, SpOG.
Dokter Asterli menyaranka para ibu hamil disarankan mengungsi dari daerah tempat tinggalnya karena paparan asap seperti Pelalawan dan daerah lainnya.
Baca: Viral Prajurit TNI Sholat Beralas Daun Sawit di Tengah Kebakaran Hutan Calon Ibu Kota Indonesia
Jika tidak mungkin menghindar, diminta untuk tidak keluar rumah menghindari kontak langsung dengan udara yang bercampur jerebu. Minimal mengurangi aktivitas di luar rumah secar drastis.
"Sebenarnya solusi satu-satunya ya mengungsi ke daerah yang tidak terpapar asap, seperti padang. Beberapa pasien saya sudah mengungsi kesana menghindari asap," beber Asterly.
Menuru dia tidak ada makanan atau minuman yang khusus menghindari bahaya asap, termasuk pemberian obat-obatan.
Sebab walau bagaimanapun udara yang bercampur dengan asap tetap terhirup meski berada di dalam rumah.
Dalam satu pekan ini, kata Asterly, ada lima pasiennya yang kehilangan janin di dalam kandungan.
Jabang bayi yang usianya beragam meninggal sebelum dilahirkan.
Namun dia tidak bisa memastikan meninggalnya janin itu disebabkan oleh kabut asap.
Bahkan tidak ingin dihubungkan dengan kondisi kabut asap karena harus dibuktikan oleh ahli atau dokter lain yang lebih spesifik.
"Hanya saja angka kematian janin meningkat tepat saat kabut asap sekarang ini. Dalam minggu ini sudah ada lima pasien. Tapi saya tak mengatakan karena kabut asap," tegasnya lagi.
Ada beberapa penyakit dan kondisi yang bisa mengakibatkan janin seorang wanita meninggal. Yakni penyekit kecing manis, darah tinggi, kelebihan bulan, dan lain-lain.
Tapi ia kembali menyarankan kepada par ibu hamil segera mengungsi ke daerah yang udaranya lebih bersih. (Tribunpelalawan.com/Johannes Wowor Tanjung)
Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul Dokter Kandungan Sarankan Ibu Hamil Mengungsi, Penderita ISPA Pelalawan Riau Capai 1.200 September