Dampak Kemarau Panjang, Harga Cabai Rawit di Baubau Tembus Rp 150 Ribu Per Kg
Akibat kekeringan panjang, harga cabai rawit yang dijual pasar tradisional karya nugraha, Kota Baubau, mengalami kenaikan 100 persen
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, BAUBAU - Akibat kekeringan panjang, harga cabai rawit yang dijual pasar tradisional karya nugraha, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, mengalami kenaikan 100 persen hingga capai Rp 150 ribu per kilogram.
Menurut seorang pedagang cabai, Baudin, Jumat (20/9/2019), naiknya harga cabai rawit ini disebabkan kekurangan stok akibat banyaknya tanaman cabai rawit mati kerena mengalami kekeringan.
“Ini musim panas, sehingga bendungan air jadi kering. Ini disebabkan karena musim panas, cabai kecil juga ikut naik dipengaruhi semua,” kata Baudin.
Ia menjelaskan, naiknya harga cabai rawit ini telah terjadi sejak musim kemarau panjang yang melanda.
“Kalau musim hujan, biasanya harga Rp 60 ribu per kilogram, sekarang sudah naik menjadi Rp 150 ribu per kilogram,” ujarnya.
Menurutnya, bila keadaan masih terus kekeringan, ia memperkirakan harga cabai rawit akan terus mengalami kenaikan.
Baca: Perawat Dibunuh Tetangganya karena Menolak Berhubungan Badan, Pelaku Nekat Setubuhi Jasad Korban
Baca: 4 FAKTA Temanggung Tetapkan Hari Jumat sebagai Hari Minum Kopi
Naiknya harga cabai rawit ini, juga dikeluhkan seorang ibu rumah tangga, Yeni, yang mengatakan harga cabai rawit terlalu mahal.
“Saya belinya sedikit saja kadang seperempat liter saja, karena harga cabai mahal sekali. Tapi ini sudah mahal, jadi tidak usah dulu makan pakai sambal,” ucap Yeni.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Akibat Kemarau Panjang, Harga Cabai Rawit Tembus Rp 150 Ribu Per Kg"
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.