Fakta Tapa Pendem Mbah Pani, Cara Bertahan Hidup hingga Mengaku Tetap Salat saat Jalani Ritual
Supani alias Mbah Pani (63) melakukan topo pendem dalam rumah di desanya, Bendar RT 3 RW 1 Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jateng Senin (16/9/2019)
Penulis: Sinatrya Tyas Puspita
Editor: Daryono
Mbah Pani menjalani ritual tapa pendem tersebut di dalam rumah.
Pintu rumah, ternyata dikunci dari dalam selama prosesi tersebut.
Tetangga hingga wartawan TribunJateng.com, tak diizinkan masuk ke dalam rumah.
Anak angkat Mbah Pani, Suyono mengatakan, ritual topo pendem tersebut adalah prosesi sakral.
Suasana saat Mbah Pani dikubur pun hening dan menegangkan.
Baca: Sudah Sedih Ditambah Kaget Juga Sang Ibu Lihat Putri Sulung Tewas Bersama Bayi 4 Hari
Baca: Kesaksian Keluarga Usai Mbah Pani Jalani Ritual Topo Pendem Selama 5 Hari: Ada Air Keluar dari Kubur
Baca: Fenomena Aneh Setelah Mbah Pani di Juwana Pati Keluar dari Liang Kubur
4. Tetap menjalankan salat
Dalam ritual tersebut, Mbah Pani dikafani dan dikubur layaknya jenazah di dalam sebuah liang pertapaan di dalam rumahnya di Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.
Selama melakoni tapa pendem, menurut pengakuan Mbah Pani, ia tidak makan, tidak minum, tidak tidur, dan tidak buang air.
Viralnya ritual yang dilakoni Mbah Pani ini sontak memancing pro-kontra masyarakat.
Di kolom-kolom komentar media sosial, mudah ditemukan perdebatan mengenai hal ini.
Pihak yang kontra umumnya mempertanyakan keislaman Mbah Pani.
Dalam perdebatan panjang mengenai keabsahan ritual tersebut dalam ajaran Islam, banyak yang menduga, Mbah Pani meninggalkan kewajiban salat lima waktu ketika melakoni ritual kejawen tersebut.
Namun, ketika ditanya tentang hal ini, Mbah Pani menegaskan bahwa dirinya tetap salat ketika bertapa.
"Ya salat lah. Tapi wudunya tidak pakai air, saya tayamum pakai tanah."
"Ya menurut keyakinan saya lah, saya usap-usapkan (ke anggota tubuh yang perlu diusap saat tayamum)."
"Salat ini tidak saya lupakan, sebab ini kewajiban orang Islam," terang Mbah Pani, lagi-lagi dalam bahasa Jawa.
Mbah Pani mengaku, dirinya memang kurang piawai berbahasa Indonesia.
Informasi yang kami dapat dari pihak keluarga, setiap waktu salat wajib tiba, keluarga akan memberitahukannya pada Mbah Pani melalui lubang pralon yang terpasang di liang pertapaan.
Melalui lubang pralon tersebut, sebuah tali tambang menghubungkan Mbah Pani dengan "dunia luar".
Satu ujung tali terikat pada tangan kirinya, ujung lainnya berada di luar liang kubur.
Baca: Kesaksian dan Tanda Alam Air Berubah Rasa, Kisah di Balik Aksi Tapa Pendhem Mbah Pani Dikubur 5 Hari
Jika keluarga hendak menyampaikan waktu salat, tali tersebut akan ditarik-tarik sebagai kode.
Mbah Pani menerangkan, selain salat wajib, ia juga melaksanakan salat sunnah ketika melakoni topo pendem.
"Salat hajat dan tahajud kalau malam hari. Saya jalankan terus sekuat saya," ucapnya.
Mbah Pani mengaku tidak ada wirid khusus yang ia baca selama menjalani ritual.
Ia baca surat dalam Al-Qur'an maupun kalimah thoyyibah yang ia ketahui.
"Wirid sebisa-bisanya saya. Sebab saya bukan orang pintar. Saya bukan kiai."
"Sebisanya saya baca, entah itu al-Fatihah atau lainnya."
"Yang jelas saya meminta kekuatan dari Allah swt. Yang paling saya percayai ya Allah swt."
"Alhamdulillah saya kuat (menjalani ritual ini). Saya senang," ungkap Mbah Pani dengan wajah semringah sembari mengelus dada.
Oleh tetangga, Mbah Pani dikenal taat beribadah.
Ia senantiasa salat berjamaah di Mushola Al-Ikhlas, musala setempat.
Hal ini disampaikan Sutoyo, Carik Desa Bendar sekaligus tetangga Mbah Pani, ketika diwawancarai pada Senin (16/9/2019) lalu.
"Dia selalu di musala. Setiap waktu salat dia azan. Salat lima waktu selalu di musala," ujarnya.
Suyono, anak tiri Mbah Pani, menyadari, di samping yang mendukung, pasti banyak masyarakat di luar sana yang tidak setuju dengan ritual yang dilakoni bapaknya.
Untuk itu, mewakili pihak keluarga, ia meminta maaf.
"Kami minta maaf kalau ada yang tidak sepaham. Niat beliau hanya ingin meningkatkan ketakwaan pada Allah. Kasihan beliau," ujarnya, Sabtu (21/9/2019).
5. Suasana saat kuburan dibongkar
Suasana menegangkan tergambar saat pembongkaran kuburan di mana Mbah Pani menjalani ritual topo pendem.
Pembongkaran tersebut dilakukan Jumat (20/9/2019) petang, dilakukan satu jam sebelum rencana awal.
Istri Mbah Pani, Sri Khomaidah tak tahu mengapa Mbah Pani meminta kuburan dibongkar di luar rencana.
"Saya tidak tahu alasan Mbah Pani minta dibongkar nanti habis magrib. Yang jelas tadi pas mau dibongkar, Mbah Pani bisik ke saya lewat lubang ventilasi agar pembongkaran dilakukan setelah magrib," katanya, kepada wartawam, termasuk TribunJateng.com.
Beberapa orang yang melihat proses pembongkaran kuburan tampak cemas.
Rupanya, papan penutup liang pertapaan sebagian mulai retak.
Keluarga juga khawatir seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Hingga akhirnya, keluarga Mbah Pani dibantu warga sekitar membongkar liang kubur pertapaan tersebut.
Kuburan dibongkar menggunakan cangkul.
Setelah tanah disingkarkan, perlahan, papan penutup liang mulai terlihat.
Saluran pernafasan di kuburan tersebut akhirnya juga disingkirkan.
Lama kelamaan, terlihat Mbah Pani yang terbaring menyamping menghadap kiblat, posisi tangan kanannya berada di bawah.
Ia masih mengenakan kain kafan, seperti orang yang dikubur.
Di dalam lubang kubur itu, Mbah Pani terlihat pucat dan lemas.
Keluarga pun langsung turun, mereka memberi makan dan minum untuk Mbah Pani.
Baca: Ada Motif Politik di Balik Penetapan Tersangka Imam Nahrawi? Ini Penjelasan KPK
Mbah Pani lalu juga dimandikan dengan air bunga.
Ia akhirnya dibantu diangkat ke luar liang kubur.
Mbah Pani dipeluk istrinya, mereka berdua menangis.
Anggota tim medis, Hardi Widiyono mengatakan, kondisinya Mbah Pani cukup baik meski tidak makan dan tidak minum selama lima hari dan lima malam.
Hanya saja, Mbah Pani memang lemas.
Hal itu, kata Hardi, adalah hal yang wajar.
“Apalagi selama di dalam bisa dikatakan kekurangan cairan,” ujarnya.
Baca: BERITA POPULER: Viral Mbah Pani Topo Pendem, Liang Kubur Terus Keluarkan Air, Siapapun Boleh Minta
Baca: Fenomena Aneh Setelah Mbah Pani di Juwana Pati Akhiri Tapa Pendem, Liang Kubur Terus Keluarkan Air
Baca: Setelah 5 Hari Tapa Pendem, Liang Kubur Mbah Pani di Juwana Pati Dibongkar, Ini Foto-fotonya
6. Liang kubur keluarkan air
Menurut Joko Wiyono, adik ipar Supani alias Mbah Pani (63), air tanah terus keluar di liang kubur tempat Mbah Pani melakukan ritual tapa pendem.
Pihak keluarga secara rutin menguras air menggunakan pompa air setiap 10 menit sekali.
Joko menyebut, pada awalnya air tanah tersebut asin seperti air laut.
Namun, beberapa saat setelah liang kubur digunakan Mbah Pani untuk bertapa, air disebut berubah tawar.
"Awalnya asin, karena di sini memang dekat laut. Tapi kemudian berubah jadi tawar setelah digunakan Mbah Pani untuk tapa pendem," katanya.
Joko mengaku sempat mencicipi air tanah yang keluar dari liang kubur Mbah Pani dan rasanya tawar, seperti berasal dari sumber mata air asli.
"Rasanya itu seperti air sumber asli, gak seperti air matang, tapi seperti air yang di mata air begitu, khas dan segar. Saya minum berkali-kali," jelasnya.
Air tanah itu, lanjutnya, kemudian ditampung di jeriken air berukuran besar.
Kini, lebih dari du jeriken besar terisi penuh dengan air dari liang pertapaan Mbah Pani.
Joko mengatakan, selagi air tersebut belum habis, pihak keluarga akan mempersilakan siapa pun yang ingin meminta air tersebut. (Mazka Hauzan Naufal)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Ini Fenomena yang Terjadi Saat Mbah Pani Juwana Pati Akhiri Tapa Pendem : Silakan Ambil Airnya
(Tribunnews.com/Mazka Hauzan Naufal/Yongki Yulis/TribunJateng)