Kerusuhan Tak Hanya di Wamena Papua, Ratusan Mahasiswa juga Akan Unjuk Rasa di Kantor Gubernur
Kerusuhan tak hanya terjadi di Wamena, Papua. Ratusan mahasiswa juga akan unjuk rasa di Kantor Gubernur Papua.
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Sri Juliati
Kerusuhan tak hanya terjadi di Wamena, Papua. Ratusan mahasiswa juga akan unjuk rasa di Kantor Gubernur Papua.
TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan tak hanya terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Rencananya, ratusan mahasiswa juga akan unjuk rasa di Kantor Gubernur Papua, Kota Jayapura.
Namun aparat Brimob menghalau dan meminta mereka naik truk agar tidak melakukan aksi long march.
Kerusuhan di Wamena bermula dari ribuan massa yang menggelar aksi unjuk rasa, Senin (23/9/2019).
Kontributor Papua Tribunnews.com melaporkan, aksi unjuk rasa berjalan anarkis dengan adanya pembakaran sejumlah gedung dan rumah masyarakat.
Baca: Kerusuhan Terjadi di Wamena Papua, Perkataan Guru kepada Siswa yang Berujung Pembakaran dan Tembakan
Baca: 5 Fakta Kerusuhan di Wamena: Diduga Dipicu Ucapan Guru pada Siswa, Kantor Dibakar, Kondisi Terbaru
Kantor Bupati setempat juga menjadi sasaran pembakaran oleh massa.
Tak hanya kantor Bupati, sejumlah rumah penduduk juga turut dibakar.
Aksi massa dimulai sejak pagi, sekitar pukul 09.15 WIT.
Seorang warga Wamena yang namanya enggan disebut mengatakan, situasi Wamena tidak terkontrol.
Massa telah bertindak anarkis.
“Situasi tidak terkontrol, media dikarang ambil gambar, massa semakin anarkis kantor Bupati Jayawijaya dibakar oknum massa,” kata dia.
Bahkan, situasi semakin mencekam.
“Situasi makin brutal, semua memilih menghentikan aktivitasnya,” ungkapnya.
Warga Wamena lainnya yang juga namanya enggan disebut menuturkan, situasi Wamena mencekam dan aksi pembakaran dimana mana.
“Saya sudah tutup usaha saya, takut karena semakin mencekam bakar-bakaran,” tuturnya.
Sementara di Abepura, tepatnya di Halaman Auditorium Universitas Cenderawasih, ratusan mahasiswa yang mengklaim mahasiswa eksodus dari sejumlah wilayah Indonesia bergabung dengan mahasiswa Uncen.
Rencananya, mereka akan menggelar unjuk rasa ke Kantor Gubernur Papua di Kota Jayapura.
Namun, aparat Brimob menghalau mereka.
Aparat pun meminta mereka naik truk, tidak long march.
Aktivitas perkulihan di Uncen juga dihentikan sementara.
Sekolah di Jayapura juga memilih memulangkan para siswanya lebih cepat.
Menyikapi aksi anarkis di Wamena, informasinya pihak Bandara Sentani menghentikan sementara penerbangan ke Wamena.
Dilansir Kompas.com, Kepala Bandara Wamena Joko Harjani kepada Antara menyebutkan, operasional bandara ditutup sementara hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Penghentian operasional bandara dilakukan sekitar pukul 10.30 WIT dengan menerbangkan tiga pesawat kargo yang sebelumnya berada di Bandara Wamena.
“Saat ini sudah tidak ada pesawat di bandara,” kata Joko.
Joko menambahkan, bandara akan dibuka bila ada permintaan dari pihak kepolisian atau militer.
Bandara Wamena yang terletak di Lembah Baliem setiap hari melayani 120 penerbangan dari dan ke Wamena.
"Tingginya aktivitas penerbangan itu disebabkan Wamena menjadi pintu masuk ke beberapa kota dan kampung di Kawasan Pegunungan Tengah," ujar Joko.
Sementara itu, Kepala Bandara Sentani, Anthonius Praptono, secara terpisah mengakui dihentikannya penerbangan ke Wamena karena alasan keamanan.
"Memang benar penerbangan dari dan ke Wamena sudah dihentikan sementara tanpa batas waktu yang dipastikan," kata Anthonius.
"Setiap harinya sekitar 20 kali penerbangan dari dan ke Wamena dari Bandara Sentani," imbuhnya.
Kerusuhan di Wamena
Sebelumnya, kerusuhan kembali terjadi di Kota Wamena, Papua.
Aksi unjuk rasa dilakukan oleh para siswa di Wamena, Senin (23/9/2019) yang berujung kerusuhan.
Dilansir Kompas.com, demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN dan beberapa kios masyarakat.
Unjuk rasa yang berujung rusuh itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.
Hal itu membuat siswa marah hingga kemudian kabar itu meluas dan memicu aksi unjuk rasa pelajar di Kota Wamena.
"Sampai saat ini, Wamena masih dikuasai pelajar yang berunjuk rasa," kata Kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, via telepon.
Dilaporkan, aparat kepolisian dan TNI berusaha memukul mundur siswa demonstran.
Hal itu berlangsung sekitar 4 jam.
Namun, siswa demonstran tetap bertahan dan kian bertindak anarkistis.
"Suara tembakan terdengar di mana-mana selama 3 jam," ujar John.
Memang dalam percakapan dengan John, terdengar suara rentetan tembakan senjata api.
Hingga saat ini, aktivitas di Kota Wamena lumpuh.
Masyarakat memilih mengungsi di kantor Polres Wamena dan Kodim.
(Tribunnews.com/Citra Agusta PA/Kontributor Papua, Banjir Ambarita/Kompas.com/John Roy Purba)