Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Horor Mbah Pani Selama 5 Hari Dikubur Hidup-hidup, Digoda Mahluk Halus

Pantangan topo pendem tidak boleh tidur, tidak boleh makan, tidak boleh minum, tidak boleh buang air kecil, dan tidak boleh buang air besar

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Cerita Horor Mbah Pani Selama 5 Hari Dikubur Hidup-hidup, Digoda Mahluk Halus
tribun jateng
Ini yang Dirasakan Mbah Pani Selama 5 Hari Dikubur Hidup-hidup 

TRIBUNNEWS.COM, PATI -   Supani atau Mbah Pani (63) melakukan ritual topo atau  tapa  pendem  selama lima hari lima malam mengundang penasaran pembaca.

Selain berita itu viral,  netizen bertanya apa saja yang dialami dan dirasakan oleh Mbah Pani  selama  terbaring "dalam kuburan" di rumahnya.

Berikut ini petikan wawancara wartawan Tribun Jateng, Mazka Hauzan Naufal dengan Mbah Pani di rumahnya di Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, sehari setelah berhasil melakukan topo pendem, yang dijalaninya tidak makan, tidak minum, tidak tidur, dan tidak buang air.

Wawancara berlangsung dalam bahasa Jawa krama selama hampir satu jam lamanya.

Baca: Video Viral 'Penampakan Naga di Kalimantan' Ini Buat Heboh, Kejadian Tahun 2010 Tak Kalah Heboh

Apa perlengkapan melakukan topo pendem?

Jadi ini ritual topo pendem ke 10 yang saya lakukan. Ini adalah penutup.

Berita Rekomendasi

Sebelum-sebelumnya tiga hari tiga malam. Kalau yang penutup ini saya dipendem lima hari lima malam.

Saya dipocong (dikafani). Ya saya sendiri yang memakai kain kafan.

Sekujur tubuh. Kemudian saya berbaring dengan posisi miring menghadap kiblat.

Baca: Kediaman Dinas Bupati Pelalawan Disulap Jadi Rumah Singgah Korban Kabut Asap di Riau

Terus alas berbaring saya di dalam hanya blarak (daun kelapa kering).

Ada 8 kelapa muda diletakkan di empat sudut.

Ada bantal gelu (bantalan dari tanah) diletakkan di kepala, pantat, dan kaki. Gelunya tiga.

Itu gelu yang saya pakai dari dulu. Nanti kalau saya dipanggil Gusti Allah, saya ingin gelu ini juga yang dipakai ketika saya dikuburkan.

Apa pantangan orang melakukan topo pendem?

Tidak boleh tidur, tidak boleh makan, tidak boleh minum, tidak boleh buang air kecil, dan tidak boleh buang air besar.

Istilahnya pati geni, mateni geni memadamkan api. Sebelum menjalani topo pendem,

selama tiga bulan saya tidak makan apa-apa selain buah-buahan

Ada wirid khusus selama ritual?

Wirid sebisa-bisanya saya. Sebab saya bukan kiai. Sebisanya saya baca, entah itu Alfatihah atau lainnya.

Yang jelas saya meminta kekuatan kepada Allah SWT.

Baca: Jenazah Wanita dan Bayi yang Ditemukan di Lahan Kosong Dimakamkan Satu Liang Lahat

Selama dalam kuburan itu saya melaksanakan salat, bertayamum pakai tanah. Juga salat tahajud dan salat hajat. Saya lakukan semampu saya.

Mengalami apa saja selama di dalam kuburan?

Biasa. Lumrah saja. Ada (makhluk) yang menggoda. Rasanya merinding-merinding, begitu saja.

Ibarat orang perang, pihak sana saya lawan, akhirnya mereka mundur.

Ritual saya lanjutkan, alhamdulillah kuat. Namanya orang nglakoni tentu ada perlawanan dari pihak 'sana'. Saya tak melihat tapi merasakan.

Hal apa paling berat dalam ritual ini?

Beban saya, rasanya lesu, saya tahan. Melek, jangan sampai tidur, alhamdulillah kuat.

Ada air tanah hingga merendam separuh tubuh saya.

Sampai sekarang rasanya masih kurang enak.

Air itu disedot pakai pompa air setiap beberapa menit sekali. Alas tidur pakai anyaman daun kelapa (blarak) rasanya gatal.

Baca: Penuh Penghinaan: Cara Pengurus Jenazah Tangani Mayat Orang Australia

Yang paling mengesankan selama lima hari apa?

Cungkup atau atap peti dalam kubur itu hampir jebol. Badan saya mepet ke tepi.

Tanah kuburan saya minta dikurangi supaya cungkup tidak ambrol.

Kalau jebol bisa menimpa saya bahaya.

Alhamdulillah sampai topo pendem selesai tidak sampai jebol.

Kapan pertama melakukan topo pendem?

Waduh, saya lupa. (Istri Mbah Pani menyahut, tahun 1988).

Apakah benar rasa air berubah dari asin jadi tawar?

Betul. Tadinya tukang pacul nanya, Mbah, airnya asin?

Lalu saya bilang, kalau jadi tawar bisa buat pitulungan (berkhasiat, bisa untuk menolong orang).

Saya cuma bilang begitu, ternyata dituruti oleh Allah SWT. Berubah jadi air tawar begitu saya mulai topo pendem.

Dan orang-orang pada minta air tawar itu. Maklum biasanya di sini air asin karena dekat laut.

Apa tujuan topo pendem?

Setelah saya menjalani 9 kali topo pendem, guru saya meninggal.

Waktu itu saya ingat, kalau tidak saya tutup dengan yang kesepuluh, rugi saya.

Tujuan saya, ketika saya diberi (diijazahi) guru saya, ialah untuk kekuatan Islam saya.

Tujuan saya untuk menguatkan badan saya. Ya kalau bisa untuk membantu orang lain.

Apa pesan kepada keluarga sebelum bertapa?

Saya pesan ke mamah (istri). Mah, nanti kalau saya mau masuk (pertapaan), jangan lupa masalah kode tarikan lawe wenang.

Ada tali diikatkan di tangan bisa ditarik-tarik untuk memberi kode yang di luar kuburan (keluarga)

Kalau tangan saya tidak merespon, tandanya saya dipanggil Tuhan. Kalau saya masih merespon, artinya Alhamdulillah masih ada nyawanya.

Satu ujungnya terikat pada tangan kiri Mbah Pani. Ujung lainnya berada di luar liang kubur.

Adakah maksud topo pendem, kenapa harus 5 hari?

Lima hari kan Sepasar. Itu pasaran saya.

Weton saya, weton istri saya, weton anak saya. Bisa pas.

Maka pas jam 5 sore saya harus keluar dari kuburan ini. Sebelum jam 5 sore persis harus dibongkar.

Sehingga tepat jam 5 sore saya diangkat.

Itu pakai petung jawa. (mazka hauzan naufal/cetak)

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Ini yang Dirasakan Mbah Pani Selama 5 Hari Dikubur Hidup-hidup

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas