Sikap AR Berubah Setalah Bekerja di Bekasi, Orang Tua Tak Tahu Kalau Ia Bergabung Dengan JAD
Keduanya merupakan terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi yang terhubung dengan JAD Bandung.
Editor: Hendra Gunawan
"Sejak merantau, perbedaan yang saya rasakan mungkin jarang pulang, bahkan hari raya pun ia tak pulang, biasanya momen tersebut menjadi ajang berkumpul kami bersama keluarga," ucapnya.
Namun, Rosid masih positive thinking. Ia tak menaruh curiga pada sang anak.
Ia beranggapan anaknya tak pulang karena tak mempunyai ongkos untuk pulang.
Terlebih jarak dari tempat perantauan ke rumahnya jauh.
Ongkos perjalanan pun meningkat di hari Lebaran.
Rosid tak berpikir anaknya melakukan hal negatif.
Ia hanya berpesan agar anaknya pulang jika tak ada pekerjaan di perantauan.
Selain itu, terduga teroris asal Cianjur ini juga mengikuti pengajian.
Ketika ditanya materi apa yang dipelajari, jawaban AR tidak membuat Rosid curiga.
"Kalau saya bertanya materi apa yang ia ikuti di pengajian, ia selalu menjawab dari balik telepon mempelajari Alquran dan Assunah waljamaah," ucapnya.
Rosid menyebut anaknya ikut perkumpulan yang agenda pertemuannya rutin.
"Saya pikir seperti pengajian di kampung saja, saya selalu bilang untuk berhati-hati bergaul, anak saya selalu menjawab seadanya dan saya pun tak terlalu curiga," kata Rosid.
Komunikasi Rosid dan AR hanya dilakukan melalui telepon karena terbatas jarak.
Ia juga jarang menelepon sang anak karena penghasilannya sebagai kuli bangunan terbatas.
Merantau Cari Uang